Langit ~ 30

49K 3.2K 419
                                    

Ada adegan 17+. Kalo usianya belum cukup, di skip saja ya.

Nggak terlalu vulgar sih. So, be smart readers ya guys :-))

*****

Selesai makan malam di luar, aku dan Desember menuju hotel tempat kami berdua akan menginap malam ini. Setibanya di dalam kamar, Desember langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Tadi kami sempat membeli baju sebelum ke hotel.

Aku pun segera membuka kemejaku dengan kaos yang lebih santai. Setelah itu, aku naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhku yang sudah lelah.

Tak berapa lama, Desember keluar dengan baju tidurnya. Aku tersenyum dan memanggilnya. "Kemarilah, Des."

Dia pun berjalan dan menaiki ranjang untuk ikut bergabung denganku. Aku langsung memeluk tubuhnya sambil menghusap punggung Desember. Mataku yang tadinya sudah terpejam, spontan terbuka saat menyadari bahwa dia tidak memakai bra.

Desember itu emang istri idaman. Dia tahu aja kalau aku belum mengkonsumsi susu dari tadi pagi. Nggak minum susu juga nggak apa-apa deh, asal bisa pegang susu.

Ini bukan hal mesum, tapi rezeki suami yang soleh. Jadi sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Secara perlahan namun pasti, tangan kiriku menyelusup ke dalam baju tidurnya. Bibirku tersenyum saat menemukan aset milik istriku. Padat, kenyal dan pas dalam genggaman tanganku.

Ya Tuhan...

Ciptaanmu benar-benar sempurna. Aku tidak akan pernah mendustai karunia yang sudah engkau berikan ini.

Desember tidak menolak ketika tanganku menyentuh dadanya. Dia hanya menatapku dengan pandangan yang sulit untuk aku artikan.

"Mas Langit..." Ucapnya pelan.

"Hem?"

"Aku mau minta maaf."

Kedua alisku menaut. "Minta maaf untuk apa?"

Dia menatapku sebentar, lalu menunduk. "Gara-gara bela aku, persahabatan mas Langit jadi rusak."

Aku tersenyum. "Bukan salah kamu. Yang namanya sahabat, nggak akan menyakiti perasaan sahabatnya sendiri," Kataku dengan posisi tangan kiri yang masih betah dan nyaman berada dibalik baju tidurnya.

"Mas... jangan diremas kayak gitu. Sakit," Protes Desember.

Aku tersenyum dan mengeluarkan tanganku dari dalam bajunya. Walaupun sebenarnya, aku sangat ingin menyentuhnya malam ini. Tapi aku tidak mau memaksa Desember. "Maaf ya, aku kelepasan. Yaudah, sekarang kita tidur."

Aku kembali memeluknya. Dan sialnya, bagian bawahku malah mengeras di waktu yang tidak tepat.

"Hem... mas Langit lagi pingin ya?"

Kampret! Udah tahu, pakai nanya lagi Des!

Aku menunduk untuk melihat respon dari wajahnya. Hem... kayaknya dia nggak akan menolak kalau aku ajak olahraga malam. "Kamu mau bercinta sama aku?"

Desember mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu menunduk lagi. "Iya... aku mau," Jawabnya pelan.

Aku mengulum senyum dan langsung melumat bibirnya. Dia mengalungkan kedua tangannya di leherku. Memberiku kebebasan untuk mencicipi tubuhnya. Bibir kami berhenti memagut, saat kedua tanganku menarik baju tidur Des dari atas kepalanya.

Dia benar-benar menggoda iman! Aku menunduk untuk mencicipi salah satu aset miliknya. Tanpa melepas hisapan, aku menarik tubuhnya untuk duduk di atas pangkuanku. Dia mengeluarkan suara desahan. Kali ini, aku tidak akan melarangnya. Karena kami berada di hotel, jadi dia bebas untuk mendesah ataupun berteriak sesuka hatinya.

Hello, December!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang