Desember ~ 9

33.7K 2.9K 100
                                    

Kaki ku terus melangkah dengan cepat keluar dari rumah keluarga Prasaja.

Aku berjalan sambil menunduk, karena tak ingin dilihat orang lain jika aku sedang menangis saat ini. Bahkan bagian bawahku masih terasa perih karena aku memaksa kaki ku untuk berjalan cepat. Aku ingin sampai di rumah dan membersihkan tubuhku yang sudah kotor ini.

Setiba nya di depan rumah, aku langsung mengetuk pintu.

"Bass, buka pintunya."

Tak sampai satu menit, pintu sudah dibuka oleh adikku.

"Loh Kak Des udah pulang? Padahal Bas baru mau jemput ke sana tadi."

Tanpa menjawab pertanyaan nya aku langsung masuk ke dalam rumah. Aku mengambil handuk dan pakaian baju ganti dari dalam lemari. Setelah itu, aku keluar dari kamar dan pergi ke belakang dapur, untuk mandi.

Begitu di dalam kamar mandi, aku langsung menghidupkan kran air untuk mengisi bak mandi. Ku buka seluruh pakaianku, dan membasahi tubuhku dengan air dingin dari atas kepala hingga ke kaki.

Aku menangis sambil menyabuni seluruh tubuhku dengan kuat. Tapi jejak cumbuan dari tuan Langit yang ada di tubuhku tidak mau hilang.

Pria itu sudah meniduri dan menikmati tubuhku. Tidak hanya sekali, tapi dua kali! Tuan Langit melakukan nya dua kali malam itu.

Tapi mengapa dia tidak mengingat wajahku?

Dia bahkan mengejek dan menghinaku tadi pagi. Dia bilang mual jika melihat wajahku. Apa sebegitu burukkah rupaku di mata nya?

Dia bilang akan menikahiku, tapi semuanya bohong! Dia tidak ingat dengan janji nya. Seharusnya aku tidak mempercayai ucapan orang yang sedang mabuk.

Aku menyiramkan air ke tubuhku lagi setelah selesai menyabuni nya. Tiba-tiba gerakanku mengambil air dari dalam bak mandi berhenti saat teringat sesuatu.

Dua kali tuan Langit melakukan nya dan dua kali juga dia mengeluarkan nya di dalam tubuhku.

Itu artinya, kemungkinan kalau aku bisa hamil itu sangat besar. Apalagi ini adalah masa suburku.

Ya Tuhan....

Bagaimana ini?

Aku harap itu tidak terjadi. Karena aku yakin, tuan Langit tidak akan mau mengakui kalau dia pernah meniduriku.

Semua orang di kampung ini juga tidak akan ada yang percaya akan hal itu. Aku yang akan di salahkan dan selalu salah di mata mereka.

Bagi mereka, aku adalah wanita miskin yang suka menggoda pria kaya di kampung ini.

Jadi sebaik dan sebagus apapun kelakuanku di luar, mereka tetap tidak akan merubah pandangan nya terhadapku yang sudah di cap negatif.

Sungguh sangat menyedihkan jika menjadi orang yang tak punya, kita akan dipandang sebelah mata oleh orang lain. Contoh nya seperti keluargaku ini. Miris sekali.

*****

Satu bulan semenjak kejadian 20 Desember itu sudah berlalu. Sejauh ini aku masih biasa saja, belum merasakan apa-apa.

Tiga minggu yang lalu aku sempat senang saat melihat bercak darah dalam pakaian dalamku. Aku pikir itu menstruasi, tapi aku merasa sedikit aneh. Karena darah nya hanya sedikit yang keluar, dan itupun hanya satu hari saja. Padahal, biasanya mentruasiku berlangsung selama 5 hari.

Dan sudah satu bulan ini juga tuan Langit selalu menghindar setiap bertemu denganku. Bahkan dia melarang aku masuk ke dalam kamar nya. Semua pakaian kotor nya pun tidak pernah lagi aku cuci, karena dia menggunakan jasa laundry. Dia bahkan dua kali lebih dingin saat melihat diriku jika tak sengaja berpapasan.

Hello, December!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang