Aku mengumpat kesal saat tahu Jonathan yang duduk di sebelahku. Ini penerbangan yang paling menjengkelkan untuk seumur hidupku.
"Bagaimana kabar Desember?" Tanya Jo.
Aku mendengus dan menoleh ke arahnya dengan ekspresi malas. "Untuk apa kau menanyakan kabar wanita yang sudah menjadi istri orang?"
"Istri sementara kan? Bukannya kau berniat untuk menceraikannya?"
Oh sial! Jika bukan karena ini di dalam pesawat, aku pasti akan meninju wajahnya sekarang juga. "Kalau aku tidak mau menceraikannya, kau mau apa?" Tantangku kesal.
"Dia pasti akan menceraikanmu."
"Oh ya?" Aku menahan emosi.
"Ya. Aku sangat mengenal Desember. Dia sangat sulit untuk jatuh cinta. Dia juga tidak menyukai tipe pria sepertimu. Kasar, sombong dan emosian. Aku sangat yakin, jika bukan karena hamil. Dia tidak akan mau menikah denganmu! Kau adalah pria brengsek yang beruntung!"
"Dia juga gadis kampung yang beruntung mendapatkanku."
Jonathan menggeram. "Des seharusnya menikah denganku jika kau tidak menghamilinya, brengsek!"
"Sudahlah Jo, terima saja kenyataannya kalau Des sudah menjadi istriku."
"Kau memang memiliki raganya, tapi tidak dengan hatinya. Karena aku sangat yakin Lang, kalau Desember mencintaiku. Akulah pria yang dia inginkan untuk menjadi suaminya bukan kau," Ujar Jo menyindirku.
"Lantas aku peduli? Mau dia cinta sama kamu kek, mau hatinya jadi milik kamu kek. Bodo amat! Intinya dia udah nikah sama aku. Masalah cinta itu gampang Jo. Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa bertemu, terbiasa berciuman dan terbiasa bercinta. Jadi kau jangan khawatir, aku akan membuat Des terbiasa dengan diriku. Aku harap, kau sadar dengan status Des sekarang. Jika kau memang tulus mencintainya, tidak seharusnya kau merusak rumah tangganya. Sekarang siapa yang lebih pantas disebut dengan pria brengsek? Aku atau kau?"
"Aku tidak brengsek sepertimu! Aku tidak pernah menghina wanita. Aku juga tidak pernah meniduri wanita semabuk apapun diriku! Jadi jangan samakan aku denganmu Lang. Itu sangat jauh sekali," Balas Jo tak terima dengan ucapanku.
"Aku juga tidak sudi disamakan dengan pria lembek sepertimu Jo."
"Aku lembek?" Tanya Jo mengulang ucapanku. Ekspresi wajahnya tampak tersinggung tapi aku tidak peduli.
"Ya."
"Jadi seperti itu, penilaianmu terhadapku? Coba tanya ke Des, bagaimana cara aku mencium bibirnya."
Kedua tanganku langsung mencengkram kerah bajunya. Shit! Dia berhasil membuatku cemburu. "Kapan kau menciumnya?!" Tanyaku emosi.
Mungkinkah Jonathan dan Des melakukannya waktu aku melihat mereka berdua berpelukan di depan rumahnya itu? Aku benar-benar kecolongan!
"Menurutmu?" Tanyanya balik dan tersenyum meledekku. Kemudian dia melepaskan cengkraman tanganku dari kemeja putihnya. "Semakin kau bersikap kasar dan menyakitinya, semakin besar peluang untuk aku merebutnya darimu. Jadi semua tergantung dengan sikapmu Lang. Aku hanya tinggal menunggu eksekusi darimu saja."
Rahangku mengeras dan menatapnya dengan penuh amarah. Ingin sekali aku meninju wajahnya, tapi situasi sedang tidak mendukung. "Aku peringatkan padamu Jo. Jangan pernah menyentuh Desember ataupun bertemu dengannya. Jika ketahuan olehku, lihat saja. Aku tidak akan menceraikannya, tapi aku pastikan hidup Desember akan menderita selama tinggal bersamaku. Jangan harap kalian bisa bersatu. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kau mendengar itu, Jo?"
"Lakukan saja apa mau mu. Asal kau jangan menyesal nantinya. Aku peringatkan padamu, Lang. Walaupun Desember orangnya sangat penurut dan kelihatan tidak pernah marah. Tapi sebenarnya dia selalu memendam perasaannya. Dia akan mengingat siapa-siapa saja yang pernah mengejek dan menghinanya. Sampai mati pun, dia tidak akan pernah memaafkan orang yang menyakitinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, December!
Fiksi Umum(HELLO SERIES #1) Desember adalah namaku dan bulan kelahiranku. Tepat di hari ulang tahunku yang ke 20, Tuhan menguji hidupku. Di sanalah awal mula perjalanan kisahku yang penuh dengan air mata, dan aku yakin kalian tidak akan sanggup untuk berada d...