Langit ~ 10

32.6K 2.9K 150
                                    

"Astaga!" Pekikku terkejut saat membuka pintu kamar dan melihat Desember berdiri di sana.

Ini pembantu ngapain coba berdiri di depan kamar aku? Bikin jantungan saja.

"Mau apa kamu?" Tanyaku sinis.

Dia menoleh ke arah kanan dan ke kiri melihat keadaan sekitar. Lalu dengan sedikit takut dia menatapku. "Sa-saya mau bicara sama tuan Langit."

Sebelah alisku naik ke atas menatapnya. "Mau bicara apa? Mau meminjam uang?!"

"Bu-bukan tuan." Dia menggeleng pelan.

Aku mengerutkan dahi saat Desember mengambil sesuatu dari dalam kantong celana nya.

Dia menunjukkan tiga buah testpack dihadapanku.

"Kamu udah gila? Untuk apa kamu menunjukkan benda ini padaku?!" Bentakku pada nya.

"Sa-saya hamil. Ini anak tuan Langit," Ucapnya pelan dengan suara bergetar.

Aku merasa seperti disambar petir di siang bolong mendengar ucapan Desember tadi.

Dia hamil!

Dia bilang itu adalah anakku!

Kapan aku tidur dengan nya? Melihat dia saja aku sudah malas, bagaimana mungkin aku bercinta sama pembantu ini!

"Kamu mau fitnah saya? Kapan kita tidur bersama?!"

"Saya tidak bermaksud untuk mencemarkan nama tuan Langit. Tapi satu bulan yang lalu tuan mabuk dan me-meniduri sa-saya. Bahkan malam itu, tuan sempat berjanji untuk bertanggung jawab. Apa tuan tidak ingat?"

Oh sial!

Aku menghusap wajahku dengan kasar.

Ini benar-benar mimpi buruk!

Dengan kasar, aku menarik tangan Desember untuk masuk ke dalam kamar. Jangan sampai ada yang mendengar pembicaraan ini!

Sampai di kamar dia malah menangis, dan itu membuatku tambah kesal setengah mati.

"Jangan menangis! Saya benci mendengar tangisanmu!" Teriakku.

Dia tersentak lalu menundukkan kepala sambil menangis sesenggukan.

"Dengar, saya memang ingat bahwa malam itu saya mabuk dan meniduri seorang wanita. Tapi, saya tidak percaya kalau wanita itu adalah dirimu! Sangat tidak mungkin! Saya pasti akan mual jika mencium aroma tubuhmu. Jadi mustahil, kalau aku menidurimu!"

Dia menatapku dengan beruraian air mata. "Itu saya tuan. Tidak ada wanita lain pun di malam itu, hanya saya sendiri. Saya tidak berbohong... saya mohon, tuan percaya kepada saya."

"Kamu kira saya bodoh mau percaya begitu saja? Kalau memang wanita itu adalah kamu, mengapa baru sekarang kamu memberitahukan hal ini kepada saya? Dasar sialan! Kamu tahu, satu bulan lagi saya akan menikah. Dan kamu mau menghancurkan semuanya?!" Bentakku kasar.

"Saya tidak tahu kalau saya akan hamil tuan... saya mohon supaya tuan mau bertanggung jawab."

"Siapa yang bisa menjamin itu adalah anak saya? Bisa saja kamu tidur dengan pria lain, seperti Jo misalnya. Bukan kah dia kekasihmu?"

"Saya tidak pernah tidur dengan pria lain. Saya bukan wanita seperti itu...." Jawab Desember dengan tersendu-sendu.

Aku memaki diriku sendiri!

Mengapa aku berkata seperti itu? Jelas-jelas dia masih perawan waktu aku tiduri.

Dasar bodoh!

Seketika aku terkejut saat melihat Desember bersujud di bawah kakiku.

Hello, December!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang