Naomi Wijaya
• Ini udah seminggu Lang, kamu belum mau maafin aku juga?
• Telpon gak di angkat, sms gak dibalas, bbm cuma diread doang? Tega ya kamu!
• Hey, Langit Prasaja! Jangan diemin aku kayak gini....
Setelah membaca isi chat dari Naomi, aku kembali meletakkan ponsel nya di atas meja kerjaku.
Biarin aja dia merasa bersalah, emang dia kira enak apa nolak lamaran orang?
Aku kembali mendengar suara chat bbm dari ponsel ku.
Naomi Wijaya
• Sayang... kok cuma di read sih?
• Please, maafin aku :'(
• Kita bisa bahas soal pernikahan itu dengan kepala dingin, jangan emosi kayak gini.
• Kita udah dewasa bukan remaja lagi.
• Aku cinta sama kamu.
• Sayang, please balas chat aku.
• Jadi gak konsen nangani pasien gara-gara kamu marah gini sama aku :'(
• Please....
Tanganku terasa gatal ingin membalas chat nya Naomi. Nggak tega juga lihat dia mohon-mohon begitu.
Biasa nya juga kami sering bertengkar karena berbeda pendapat, dan saling cemburuan satu sama lain. Tapi salah satu di antara kami pasti akan mengalah lebih dulu. Setelah itu kami akan baikan, berpelukan lagi, ciuman lagi dan bercumbu di mobil ataupun di hotel.
Tapi pertengkaran kami kali ini beda, gak bisa di selesaikan hanya dengan ciuman panas ataupun blow job yang sering dia berikan untukku saat berkencan.
Dia menolak lamaranku, dan itu membuat aku sangat kecewa pada nya.
Kenapa aku memilih dia menjadi istriku? Karena hanya dia satu-satu nya wanita yang memenuhi kriteria seleraku.
Aku bukan pria yang munafik. Naomi itu wanita cantik, pintar, dan memiliki tubuh yang bagus. Lelaki mana yang bisa menolak pesona wanita seperti itu? Aku yakin semua laki-laki akan betah dan tidak akan 'jajan' di luar jika memiliki istri yang pintar di atas ranjang memenuhi kebutuhan suami. Dan itu bisa aku dapatkan itu semua dari Naomi.
Terlepas dari itu semua, aku memang cinta pada nya. Jadi aku menikahi nya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisku tapi juga karena cinta.
Sebenarnya aku udah nggak terlalu marah pada Naomi. Hanya saja, aku mau kasih dia pelajaran. Biar dia nyesal udah nolak lamaranku.
Aku kembali meletakkan ponsel di samping meja.
Tiba-tiba Jonathan datang ke arah meja kerjaku dengan membawa buku akte pengawasan ketenagakerjaan yang bewarna biru gelap.
"Ini Lang, laporan dari PT. Sucfindo." Ucap Jo.
"Thank you."
Dia mengangguk lalu berbalik hendak pergi. Namun aku langsung memanggil nya.
"Jo."
Dia berbalik ke belakang lagi.
"Kenapa? Ada yang kurang?"
"Oh bukan itu. Aku mau tanya sesuatu sama kamu. Ini tentang Desember."
"Dia kenapa Lang? Sakit?" Tanya nya khawatir.
"Bukan, dia tidak sakit."
"Lalu apa?"
"Apa dia kekasihmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, December!
General Fiction(HELLO SERIES #1) Desember adalah namaku dan bulan kelahiranku. Tepat di hari ulang tahunku yang ke 20, Tuhan menguji hidupku. Di sanalah awal mula perjalanan kisahku yang penuh dengan air mata, dan aku yakin kalian tidak akan sanggup untuk berada d...