19. Please Don't Hurt Him

2.3K 321 23
                                    


Gun

Semua orang pasti ada di dalam fase, ingin melupakan tapi sulit. Ingin bertahan tapi sakit. Iya, itu lah gue sekarang. Jijik ya.

Gue pun menyalakan puntung rokok lalu menghisapnya perlahan. Suasana pagi hari yang sepi gak kayak biasanya. Ini jam 8 pagi, biasanya kalau di apartemen ada Mino yang bangunin gue, menggedor pintu kamar gue keras-keras untuk menyuruh gue bantu-bantu bikin sarapan atau kalau sarapannya udah siap, dia langsung menyuruh gue untuk sarapan. Kayak kemarin pagi, Seulgi yang datang ke kamar gue dan menyuruh gue sarapan.

Gue senang karena pagi itu Seulgi orang yang pertama gue lihat disaat gue baru bangun tidur. Tapi, perasaan senang itu gak lama setelah gue baca pesan dari Sehun di hp Mino.

Irene Bae

Gue di depan, buka pintunya.

Pagi-pagi ini cewek udah mau ngerecokin gue? Ngapain? Gue masih baik untuk gak mengusir Rain, gue berjalan gontai dan membukakan pintu kamar hotel yang gue pesan semalam. Rain yang udah rapih dengan stelan kampusnya berdiri di depan pintu sambil menyodorkan gue satu paper bag berukuran sedang.

"Sarapan" Kata Rain.

"Buat gue?"

"Iya lah"

"Ngapain lo repot-repot bawain gue sarapan?"

Rain diam. Seakan-akan sedang memikirkan apa yang akan dia katakan.

"Lo perhatian sama gue ya sekarang." Kata gue bercanda.

"Perhatian apanya? Itu gue sekalian lewat aja terus keinget lo, gue gak mau aja lo mati gara-gara gak makan dari kemarin"

Gue tersenyum dan akhirnya menerima makanan yang Rain bawa. Gue harusnya bersyukur karena masih ada yang peduli dan ingat sama gue. Gue memperhatikan Rain lama.

"Lo gak mau nyuruh gue masuk gitu?" Tanya Rain sarkas, berhasil membuyarkan lamunan gue.

"Ah iya, masuk."

Rain pun masuk, gue menyiapkan makanan yang Rain bawa di mini pantry dan setelahnya menyusul Rain yang ternyata sedang ada di balkon.

"Mau sampai kapan lo tinggal di hotel kayak gini? Hidup lo seberantakan itu ya gara-gara Seulgi?" Tanya Rain yang sekarang sedang menikmati permen lolipopnya.

Pandangannya lurus ke depan, menatap jalan raya yang belum terlalu padat pagi ini. Gue ketawa lalu duduk disebelahnya. Satu mangkuk nasi putih dengan omelette daging dan kimchi yang dibawa Rain seolah enggan untuk gue makan. Seulgi lebih menarik daripada nasi omelette.

"Bukan Seulgi kok yang buat gue merasa seberantakan ini. Tapi, gue sendiri"

"Gun"

"Hmm"

"Move on yuk."

Gue terdiam. Ajakan Rain menarik, tapi gue bisa apa? Gue belum bisa kayaknya. Gue gak yakin, apa gue bisa menemukan cewek yang lebih baik dari Seulgi diluar sana?

"Kok lo diem aja?" Tanya Rain.

"Hahaha, gue belum bisa kalau kayak gitu."

"Lo mau terus kayak begini ?"

Gue pun menatap Rain lekat-lekat. Dari pandangan matanya gue bisa lihat kalau Rain serius. Rain gak lagi main-main dengan ucapannya. Gue tau, pasti Rain merasakan hal yang sama, pasti Rain pun ragu untuk melupakan Mino.

Sampai pada akhirnya, entah apa yang gue lakukan, gue mendekatkan wajah gue pada gadis ringkih di hadapan gue ini. Hell? bibir gue menempel di bibir Rain, dan kami berdua yang patah hati berusaha menikmati hal yang sekiranya bisa menjadi obat untuk luka diantara kami berdua.

Another Side | Mino + Seulgi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang