SeulgiHari semakin larut, cafetaria ini seakan jadi saksi bisu diantara gue dan Irene. Ditambah lagi pengunjung di sini benar-benar hanya gue dan Irene doang.
Satu cangkir hot choco yang gue pesan masih belum tersentuh, masih utuh, bahkan sudah mulai dingin. Gue gak tau harus mulai darimana untuk bicara sama cewek di hadapan gue ini.
Setelah pikir-pikir, gue gak seharusnya memarahi Irene kayak barusan, gue harus tau dulu dari sisi Irene sebelum gue membela Winjoon secara berlebihan.
Semakin gue menatap cewek ringkih ini, gue semakin kasihan dan ingin mencoba untuk memahami Irene lebih dalam. Gue gak boleh egois soal Mino dulu, disini gue cuman pengen tau Irene yang dulu gue kenal mungkin udah gak sama lagi.
"Rin, are you okay? Lo gak usah nangis" gue membuka suara saat mendengar suara isakan dari bibir mungil Irene. Setelah dia tau kalau gue sadar dia menangis, tangisannya semakin kencang.
"Gue gak bisa jadi cewek yang baik, gue bukan teman yang baik buat lo, bukan kakak yang baik buat Winjoon dan bukan anak yang baik buat orang tua gue. Gue bukan cewek yang sempurna kayak lo, gi. Harusnya gue sadar kenapa Mino gak pernah mau dengerin gue, karena gue gak mungkin bisa jadi cewek yang baik juga buat dia"
Gue diam setelah mendengar perkataan Irene barusan. Ada rasa bersalah di dalam diri gue, walaupun gue belakangan ini sering dibuat sakit hati sama dia, tapi gue harus ingat kalau dulu gue dan Irene bersahabat.
Dulu, Irene sosok kakak yang baik buat gue. Dulu, sebelum Irene suka sama Mino dan berusaha rebut Mino dari gue.
"Dulu gue emang brengsek dan gak tau diri mau rebut Mino dari lo"
"Rin—"
"Gue sadar sekarang, dulu gue se gak tau diri itu. Gue gak mau minta maaf sama lo gi"
"......."
"Gue gak mau minta maaf, karena gue gak pantas Minta maaf. Lo gak akan mungkin secepat itu maafin gue"
Gue menghela nafas dalam-dalam. Gue gak sejahat itu. Gue gak mungkin menghiraukan permintaan maaf orang lain. Walaupun butuh proses, pasti gue bakal maafin Irene kalau dia benar-benar sama permintaan maafnya. Hati kecil gue berpendapat, kali ini Irene mau berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.
"Gue gak pernah menyangka kalau Winjoon bakal dipertemukan sama lo. Gue jadi ngerasa malu karena ketahuan kalau gue bukan seorang kakak yang baik buat Winjoon. Tapi disisi lain gue senang, karena lo sama Mino jauh lebih bisa menjaga adik gue. Gue senang ada orang yang baik buat Winjoon, karena gue udah gak pantas lagi buat Winjoon"
Gue terenyuh dan sedih. Gue yakin, Irene begini pasti ada alasannya. Gue pun perlahan menggenggam tangan Irene diatas meja.
"Rin, lo boleh cerita apa aja sekarang kalau lo mau"
Irene mulai terisak lagi, kali ini lebih pilu dan gue pun jadi ikut merasakan apa yang Irene rasakan.
"Gue gak tau harus ngomong apa gi, gue cuman ngerasa jadi orang yang berbeda. Bukannya gue gak mau ngurusin Winjoon, tapi gue tuh cuman kesel. Gue cuman melampiaskan kemarahan gue karena nyokap dan bokap gue cerai. Mereka gak mau ketemu gue dan Winjoon, seakan-akan saling tuduh perihal hak asuh. Dan disitu gue lebih milih untuk mementingkan diri sendiri"
Gue gak tau harus bicara apa dan menanggapi cerita Irene kayak gimana. Yang pasti, gue langsung menghambur ke tubuh cewek ini. Gue memeluk Irene dan membiarkan Irene menangis di bahu gue. Ini nyaman, gue kangen. Gue kangen sosok Irene yang dulu, yang pernah gue kenal dengan sangat baik.
●●
Mino
Gun masih bersandar di salah satu pilar dan gue duduk di kursi tunggu. Kami berdua belum ada yang memulai untuk bicara setelah beberapa menit yang lalu Gun jujur sama gue, kalau dia suka sama Seulgi. Gue kaget, tapi gue juga bingung. Karena Gun gak pernah menunjukkan kalau dia suka sama Seulgi di depan gue.
"Gue tuh sayang banget sama lo no" Kata Gun dan kini duduk disebelah gue. Gue kaget dan bingung, kenapa jadi geli gini sih?
"Gak usah gitu mukanya nyet. Gue gak homo"
Gue diam. Membiarkan Gun bicara dan menjelaskan perasaannya.
"Gue boleh suka dan sayang sama cewek lo, tapi gue lebih sayang sama lo. Gue gak mau lo sedih dan terpukul kalau semisal Seulgi ninggalin lo. Gue gak bisa. Gue merasa jadi orang bodoh kemarin, kenapa juga gue harus menghindar setelah gue tau lo mau ngelamar Seulgi"
"Lo kok tau?"
"Iya, gue udah tau. Gue chat lo sama Sehun, sorry"
Gue bingung. Gue jadi merasa gak enak juga sama Gun. Tapi ya gila aja, brengsek banget kan kalau sampai Gun tega merebut Seulgi dari gue. Gue gak mau mempersulit masalah ini, toh Gun tau diri. Gue menepuk bahu Gun pelan.
"Gue salut sama lo. Kalau gue jadi lo, gue gak mungkin bisa nahan buat gak rebut cewek yang lo mau. Hahahaha" Kata gue jujur.
"Ketahuan kan sekarang siapa yang lebih brengsek"
"Hahaha terus sekarang lo mau gimana?"
"Hahaha gak tau, gue sayang sama Seulgi no. Banget. Tapi gue lebih sayang sama lo, jadi gue cuman bisa bilang, lo orang yang tepat buat Seulgi. Jangan sia-siain bro!"
"Kalau gue ditolak Seulgi, lo mau apa?"
"Lah suka bego. Mana mungkin dia nolak lo. Gue juga tau, cewek kalau udah di apa-apain sama cowoknya gak mungkin bisa nolak kalau diajak nikah"
"Di apa-apain apa maksud lo....?"
"Hahaha. Nope"
Gue bersyukur karena Tuhan baik sama gue udah memberi sepupu baik kayak Gun.
"Gun, kok barusan lo bisa dateng sama Irene ?"
Gun hanya diam sambil menggaruk tengkuknya kikuk.
"Kok salah tingkah gitu? Ribet amat mau jawab."
"Ya kebetulan aja ketemu dia"
"Deket banget lo sama Irene ?"
"Ya biasa aja sih, Rain kan kakak kelas gue waktu SMA."
"Kurain gue, lo naksir sama Irene"
"Ngaco lo no. Tapi gue mau coba."
"Mau coba apa ?"
"Mau coba membuka hati buat Rain."
●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side | Mino + Seulgi [✔]
Fanfic+ au + another side + another life mino + seulgi