Philophobia Part 20: The Suprise

2.6K 199 70
                                    


PART 20



Author's POV


Jimin seakan tak jemu menggenggam erat jemari Lelaki manis yang begitu dicintainya, sesekali mengecup kecil punggung tangan pucat itu, seakan memberikan Jungkook kekuatan. Bukan, sebenarnya bukan hanya Jungkook, tapi juga.. dirinya sendiri.

Ini sudah memasuki menit ke-dua puluh setelah Jin dan beberapa orang Susternya merangsek masuk ke dalam bangsal perawatan Jungkook setelah salah seorang di antara mereka menginterupsi perbincangan mereka sebelumnya, mengatakan bahwa.. denyut nadi Jungkook tidak stabil.

Entah apa yang dilakukan Psikiater handal itu ditemani seorang Dokter lainnya, dan tiga orang Suster pada Jungkook dua puluh menit yang lalu, yang pasti sampai saat ini Jungkook belum juga membuka matanya.

Kedua manik pekat itu kembali berair, siap kembali menumpahkan tetes kelemahannya namun ia menahannya kuat-kuat. Setidaknya jangan di depan Jungkook saat Lelaki manis itu butuh kekuatan untuk 'kembali' padanya, dan memperlihatkan air matanya di depan Jungkook sama sekali bukan pilihan yang tepat saat ini.

"Hey, Cantik.. ayolah, bukalah matamu." Bisik Jimin seraya membelai sayang wajah Jungkook yang dihiasi selang oksigen yang terhubung di kedua lubang hidungnya.

"Jungie-ah, aku merindukanmu. Tidakkah kau merindukanku, eum?" bisik Jimin lembut, kemudian kembali mengecup punggung tangan sang Kekasih.

Jimin menatap nanar wajah pucat Jungkook, kemudian membelai sayang kepala sang Kekasih.

"Jungie-ah, berbagilah denganku. Ceritakan semua keluh-kesahmu padaku, aku akan membantumu sampai kapanpun. Percayalah padaku, Sayang. Berbagilah, jebal.. jangan menderita seorang diri." Jimin tak kuasa menitikkan setetes kelemahannya, kemudian beranjak untuk mengecup kening Jungkook lama.

Membulatkan matanya tak percaya kala jemari dalam genggamannya bergerak lemah, membuatnya sontak menatap Jungkook lekat.

Kelopak itu bergetar ringan sebelum perlahan terangkat guna memperlihatkan sepasang marble hazel yang tersembunyi indah di dalamnya. Jimin membungkam mulutnya tak percaya kala melihat Jungkook –Kekasihnya telah membuka matanya, mengerjapkannya perlahan seakan tengah membiasakan penglihatannya dengan pemandangan di sekelilingnya.

"Jungie.. Sayang, kau sudah sadar?" tanya Jimin lembut, namun tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya disana.

Jungkook menoleh perlahan pada Jimin yang menatapnya cemas, perlahan senyum tipisnya terukir di wajah cantiknya, membuat Jimin tak kuasa menahan diri untuk tidak membalas senyuman favoritnya itu.

"J-Jim?" panggil Jungkook lemah, Jimin langsung mendekatkan wajahnya pada sang Kekasih.

"Ya, Sayang? Aku disini. Aku selalu disini, menemanimu." Bisik Jimin lembut, membuat relung hati Jungkook menghangat.

Hatinya lega, dan menghangat setelah mendengar janji Jimin padanya. Ia akan selalu berada di sisi Jungkook. Ya, setidaknya sekarang ia memiliki Jimin yang selalu senantiasa memberikannya pelukan hangat ketika ia merasa takut untuk melangkah –menapaki kaki di dunia yang kejam dan dingin ini.

Air mata harunya tak sadar telah berhasil lolos dari pelupuk, membuat Jimin semakin khawatir saja.

Dielusnya sayang pucuk kepala Jungkook, "Sayang, kenapa menangis, eum? Ada yang sakit? Dimana? Beritahukan padaku, Sayang. Berbagilah padaku."

Philophobia (JiKook / MinKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang