Philophobia Part 8 : The Liar and The Witch

2.9K 200 27
                                    

PART 8



Lelaki manis itu terlihat tengah mengetukkan jemarinya pada meja kebesarannya, wajahnya terlihat gusar, terlihat dari semburat merah yang menjalar memenuhi wajahnya, dan tak lupa delikan tajamnya pada benda tipis persegi panjang dalam genggaman tangannya yang lain.

Dengusan gusar berhasil lolos sebelum ia melempar asal ponselnya ke atas mejanya dan memutar kursi kebesarannya hingga beralih menatap jendela kacanya yang menampilkan pemandangan kanvas Tuhan.

"Park Jimin, beraninya kau." Gumamnya seraya memijat pelipisnya.

Sial, sekarang ia sedikit merasa menyesal telah menyuruh Asisten kepercayaannya untuk membuntuti Kekasihnya sepanjang hari. Tapi, tak dipungkirinya, ia juga bersyukur dengan adanya Park Bogum –sang Asisten-, ia jadi bisa mengetahui bagaimana tabiat Kekasih tampannya itu.

Uh, mengapa Kekasihnya berani sekali membohonginya? Menipu seorang Min Yoongi? Oh, tidak, tidak lagi, Sayang.

Min Yoongi –lelaki manis yang semula terlihat gusar, kini terlihat begitu semangat meraih kembali ponsel yang semula tergolek asal hampir mendekati tepi meja. Menekan beberapa kali layar datar itu, sebelum menekan ikon dial dan mendekatkan benda canggih itu di daun telinganya.

Menunggu dengan sabar nada sambung beberapa kali, hingga sebuah suara yang dirindukannya mulai memenuhi telinganya.

"yes, Baby. What's wrong?"

Park Jimin. Yoongi memejamkan matanya sejenak seraya merapalkan nama itu baik-baik di dalam hatinya.

"kau dimana, Chimchim?" tanya nya. Hanya untuk memastikan bahwa Jimin masih Kekasihnya yang tak pernah berbohong.

"aku? Aku di studio di daerah Sangmun-dong, Baby. Ada pemotretan hari ini. Kenapa, Baby?"

Yoongi memijat keningnya sejenak, sebelum menyandarkan kepalanya pada kepala kursinya.

'kau berbohong, Sayang.'

"oh, ya? Pemotretan apa?" Yoongi terus menggali, sejauh mana Jimin akan menyembunyikan diri dalam lubang dusta menyebalkan.

"ah~ itu.. hanya pemotretan untuk kalender, perusahaanku berniat membuatkan Season Greeting untuk penggemarku."

Ingin rasanya Yoongi mendengus geli untuk alasan –karangan gila itu. Cih, Season Greeting, ya? Bahkan ini masih bulan Maret, dan terlalu awal untuk membuat sebuah Season Greeting untuk tahun berikutnya.

"ah, begitukah? Aigoo.. aku iri sekali pada penggemarmu yang terus kau perhatikan sampai kau rela membuat Season Greeting lebih awal." Sindir Yoongi, namun Jimin yang bagaikan anak domba tersesat itu hanya terkekeh menanggapinya.

"aigoo, mengapa iri, Baby? Aku hanya akan menjadi milikmu."

Tersenyum getir mendengarnya sebelum ia kembali memutar kursinya menatap cakrawala di hadapannya.

"Chim, tidakkah kau.. merindukanku?"

Oh, mengapa suaranya terdengar begitu parau? Dan lagi.. mengapa hidung dan ruang matanya memanas? Apakah.. ia benar-benar mencintai lelaki di seberang line itu? Oh, Min Yoongi yang malang. Mencintai seorang pendusta ulung.

"aku selalu merindukanmu, Baby. Setiap saat. Dan, kau tahu apa? Aku baru saja selesai merengek pada Sejin hyung agar mempercepat pemotretannya agar aku dapat bertemu denganmu secepatnya."

Yoongi terkekeh kecil, sementara matanya menyiratkan kepedihan. "benarkah?"

"tentu, Baby. Ah, kau sedang apa?"

Philophobia (JiKook / MinKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang