Philophobia Part 35 : The lost Soul

645 97 96
                                    

Tak banyak yang bisa Taehyung lakukan saat ini, ia hanya bisa menatap iba sang Adik yang masih menatap hampa pemandangan di balik jendela kamarnya yang kecil, sesekali isakan lolos dari bibir berbentuk curvy itu.

Lain Taehyung, lain pula yang Seokjin lakukan. Ia tengah sibuk menelepon beberapa kerabat atau temannya di ruang tamu. Semua yang diteleponnya merupakan orang-orang yang bekerja di bidang penyelidikan, kepolisian, forensik, dan sebagainya. Yang mana ia harap dapat membantunya menemukan belahan hati sang Adik ipar, Jimin.

Ya, ini sudah memasuki hari ketiga hilangnya seorang Park Jimin yang mana dikarenakan sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan mobil yang dikendarainya hilang kendali hingga masuk ke dalam jurang beserta dirinya.

Kecelakaan itu jelas membuat luka yang amat dalam bagi keluarga, terutama Jungkook dan Ibunya –Park Bo Young.

Terlebih Jungkook, sejak hari pertama kabar itu sampai ke telinganya, Lelaki manis dengan perut agak membesarnya itu tak hentinya menangis dan terisak, sesekali ia akan menjerit histeris, tak terima dengan kenyataan yang menerpa hubungan manisnya dengan Jimin.

Alih-alih menjadi berita baik nan manis, gagalnya pernikahan antara Jimin dan Yoongi justru malah membuat Jungkook semakin tak karuan, bahkan sekarang ia lebih terlihat seperti sebuah boneka tak bernyawa, hampa.

Sudah tiga hari ini Jungkook lalui tanpa memejamkan matanya sedetik pun, dan itulah yang membuat Taehyung, Seokjin, bahkan Bo Young bingung tak menentu. Pasalnya Lelaki itu kini tak lagi sendiri, di dalam tubuhnya tertanam janin yang tengah tumbuh, dan hal itu tentu akan berakibat pada perkembangan dan kesehatan si jabang bayi.

Bukan hanya itu, Jungkook juga kerap melewatkan jam makannya, yang ditelannya hanya susu untuk kandungan janin, tidak dengan nasi atau lauk-pauk yang lainnya.

Helaan napas Taehyung keluarkan, sesekali ia akan melirik pada sang Suami yang masih sibuk menjaga bayi mereka seraya menelepon kolega-koleganya, namun sesekali juga ia akan melirik Park Bo Young yang masih duduk termenung di meja makan, dan itu sudah berlangsung sejak pagi tadi hingga kini matahari sudah terbenam di ufuk barat.

Dua manusia yang ditinggalkan Jimin sama hancurnya, Taehyung jadi mengkhawatirkan kondisi kesehatan mental Wanita paruh baya itu. Ia takut Bo Young akan kembali depresi dan menutup diri, lantaran Putra semata wayangnya kini entah berada di mana, apakah ia masih hidup atau tidak, tidak ada siapapun yang mengetahuinya selain Tuhan.

Helaan napas kini keluar dari mulut Seokjin yang sudah terduduk lemah seraya mengacak surainya penuh frustasi. Ini sudah hari ketiga, dan masih belum ada perkembangan dari pencarian Jimin. Dan lagi, ia juga mengkhawatirkan Adik kandungnya, Kim Namjoon, yang hingga saat ini masih terus bolak-balik kantor polisi karena diduga melakukan pembunuhan berencana pada Jimin lantaran mobil yang dikendarai Jimin hari itu adalah miliknya, dan sungguh Namjoon sendiri pun tak mengerti ada apa dengan mobilnya hingga kecelakaan pun tak terelakkan.

Taehyung memilih menghampiri sang Suami, mengelus sayang kepala Lelaki kecintaannya itu, hingga membuatnya bersandar nyaman di perut ratanya.

"Gwenchana, Chagi-ah. Semuanya akan baik-baik saja, percaya padaku," bisik Taehyung lembut yang secara ajaib mampu mengendurkan ketegangan di bahu Jin yang kini sudah meluruh lelah.

"Seharusnya aku bisa lebih kuat saat ini, Tae. Tapi aku malah –"

"Tidak seperti itu, kau juga manusia, jangan dikte dirimu seperti itu, Chagi. Sudah, kau telah berusaha semampumu hari ini, sisanya biar Tuhan yang mengerjakan bagian-Nya. Istirahatlah sejenak, Taejin appa. Kau belum tidur sejak kemarin."

Philophobia (JiKook / MinKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang