Philophobia Part 31 : PJM's and KNJ's

1.1K 139 46
                                    


PART 31


Jungkook mengerjapkan kedua matanya, kala seberkas cahaya berdesakkan memasuki retinanya, dan seketika cahaya putih itu berganti menjadi hamparan padang rumput yang luas nan indah dengan bunga-bunga yang tumbuh subur disana.

Matanya mengedar ke segala arah untuk menemukan petunjuk sekecil apapun mengenai tempat ini, pasalnya ia merasa tak pernah mengunjungi tempat seindah ini sebelumnya. Hingga suara yang ia rindukan memenuhi gendang telinganya, membuatnya sontak menoleh ke arah sumber suara.

"Jungie-ah," panggil sosok itu, sosok yang rasanya sudah lama sekali tak ia lihat wujudnya.

Dadanya mendadak terasa sesak, sementara ia sudah membiarkan air mata memenuhi pelupuk matanya, membiarkan pandangannya sedikit mengabur.

"Jimin-ie," tanpa ragu ia mulai berlari menghampiri sosok yang tengah berdiri tegak di tengah hamparan padang bunga krisan putih dan kuning.

Seakan tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, ia langsung mendekap erat tubuh itu, memeluknya seakan tiada lagi hari esok, membiarkan wajahnya terbenam di bahu itu.

"Hiks, kau kemana saja, Jimin-ie. Kau kemana saja?! Aku merindukanmu, kami merindukanmu.. hiks.." isak Jungkook yang entah sejak kapan mulai menangis tersedu.

Tak langsung menemukan jawaban, hanya usapan lembut di punggungnya lah yang ia terima, sementara sebuah senyum tipis terpatri di wajah Jimin tanpa sepengetahuan Jungkook.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Sayang." Bisik Jimin, membuat Jungkook dengan setengah hati melonggarkan pelukannya hanya demi menatap wajah yang ia rindukan, dan langsung menemukan senyum tipis itu.

Menggeleng kecil, kemudian meraih kedua tangan Jimin, menggenggamnya erat namun lembut di saat yang bersamaan.

"Tidak apa, Jim. Yang terpenting sekarang kau sudah disini, bersamaku." Ujarnya lembut seraya menatap ke dalam sepasang manik sepekat malam Jimin.

Tersenyum kecil, kemudian mengusap kedua tangan Jungkook dengan ibu jarinya, menghantarkan kehangatan ke dalam relung hati si Manis.

"Tapi.. sepertinya aku akan membuatmu menunggu lebih lama lagi. Atau mungkin, seharusnya aku mengatakan.. jangan menungguku lagi, Sayang."

Mendengarnya membuat senyum di wajah Jungkook meluntur seketika, "A-apa maksudmu, Jim?"

Menghela nafas sejenak, sebelum menatap Jungkook lirih. "Aku harus pergi lagi, mungkin agak lama, atau bahkan mungkin.. aku tak bisa menemuimu lagi, Jungie sayang."

"Wae? Kenapa kau berkata seperti itu?! Kenapa kau harus pergi lagi meninggalkanku, Jimin!? Meninggalkanku yang tengah mengandung anakmu!" seru Jungkook marah, ia kalap.

Jimin tersenyum maklum mendengarnya, menerima ketika Jungkook menghempas kasar tangannya, membuat hatinya kembali mendingin karena kekosongan yang menyesakkan jiwa.

Mengusap sayang kepala Jungkook, meminta Lelaki manis yang ia cintai itu kembali menatap matanya.

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih karena kau sudah mengandung darah dagingku. Tapi aku harus pergi, Sayang." Tuturnya penuh mohon.

"Kalau begitu, bawa aku bersamamu. Bawa kami bersamamu, Jim. Aku mohon." Air mata kembali turun di pipi Jungkook, dan Jimin langsung menghapusnya penuh kasih sayang.

Philophobia (JiKook / MinKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang