Prolog

1.5M 47.4K 4.1K
                                    

"Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi seribu satu hal yang menyakitkan."

●●●

Sial!

Hari ini Bela bangun tepat sepuluh menit sebelum gerbang sekolah ditutup. Ini adalah sebuah kegilaan yang sudah ia duga sejak sebelum beranjak tidur. Semua ini dikarenakan ia menonton drama Korea hingga larut malam tanpa memperhatikan jam. Salahkan saja dramanya yang berepisode dan membuat penasaran, jadilah Bela memaksa menghabiskan hingga tengah malam.

"Mommaa, kok nggak bangunin Bela siiih?" cewek itu mencebikkan bibir mendapatkan kedua orang tuanya kini hampir selesai sarapan, sementara dirinya baru turun dari kamar dengan seragam yang terpasang acak-acakkan.

"Hellaaawww, kamu udah Momma bangunin dari dua jam yang lalu keleus."

Bela mendengus, cewek itu tidak membalas ucapan Mommanya melainkan buru-buru menyalami Momma dan Papanya.

"Bela berangkat ya, udah telat." melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan dengan sudut mata.

Usai berpamitan, tanpa ba-bi-bu Bela segera berlari seperti orang kesetanan menuju garasi. memasuki mobil putih kesayangannya dan tanpa ampun menginjak pedal gas. Bersama Bela, si putih melesat cepat meniyisakan asap tipis.

Bela termasuk siswa yang patuh akan peraturan lalu lintas, tapi untuk hari ini tidak. Dari kejauhan Bela dapat melihat lampu dekat perempatan jalan menyala dengan warna merah. Cewek itu meringis, jika dia menunggu lampu hijau menyala maka akan memakan banyak waktu, percuma dong dia ngebut tadi.

Tak ada pilihan lain. Bela menggigit bibir bawahnya, mengumpulkan keberanian untuk menerobos lampu merah. sekali melanggar tak apa, pikirnya. Dengan satu hentakan pada kaki, mobil putih itu langsung melaju kencang menerobos aturan yang mengharuskannya berhenti. Bela hanya bisa mengucap maaf dalam hati pada orang-orang di perempatan jalan yang menyumpahinya.

Satu belokan lagi Bela akan segera sampai di sekolah. Waktu yang tersisa hanya dua menit dan Bela harus benar-benar memanfaatkan waktu yang sedikit itu.

Beribu sukur Bela ucapkan melihat gerbang sekolah belum ditutup. Pak Satpam sepertinya baru akan menutup gerbang. Bela segera menekan klakson bersamaan dengan menginjak pedal gas, mobil putihnya meraung hebat membuat pak satpam terkejut dan refleks melompat menjauh dari gerbang.

"Yess!" Bela menyeringai, tepat setelah mobilnya sukses memasuki arena sekolah bel masuk berbunyi. Kini ia bisa bernafas lega. Tidak perlu pusing memikirkan hukuman karena terlambat.

Baru saja hendak memarkirkan mobil di tempat biasa ia parkir setiap hari, sebuah mobil CRV menyerobot dari arah samping dan menempati parkiran yang sudah Bela landmark untuk mobilnya.

"Lah lah siapa yang berani ngambil tempet parkir gue." Sungutnya sedikit kesal. Ia menekan klakson dengan gemas berkali-kali, namun tak ada respon dari mobil di depannya. Tak mau berlama-lama, Bela memilih keluar dari mobil kemudian menghampiri mobil CRV hitam tadi.

"Woi keluar lu!" suruh Bela sambil mengetuk kaca mobil tak sabaran, Bela tak akan ikhlas tempat parkir strategisnya di ambil. "Lama banget si, keluar elah."

Bela sedikit mundur ketika pintu mobil itu terbuka. Seorang cowok berperawakan tinggi dengan kulit putih bersih keluar dari mobil tersebut. Bela harus mendongak saat menatap cowok itu karena tinggi mereka yang terpaut cukup jauh.

"Ini tempet parkir gue, kok jadi lo yang ngambil?"

Dengan tampang angkuh cowok itu menatap Bela kemudian memasukan kedua tangannya ke saku celana. "Parkiran ini punya nenek lo?" tanyanya tenang.

Dear Heart, Why Him?[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang