Gracious Dalvin, he was nice and handsome as hell
Dalvin duduk merenung di kursi panjang rumah sakit. Saat ini fikirannya sudah kembali normal setelah kalut karena kejadian beberapa saat yang lalu. Tatapannya kosong.
Ada perasaan janggal yang mengganggu Dalvin. Ia melirik ruangan tempat Bela ditangani. Cowok itu bertanya pada dirinya sendiri; kenapa ia merasa khawatir?
Dalvin menepuk pipi berkali-kali, berniat menyadarkan diri. Mengusir sesuatu asing dalam hatinya. Ia terus berusaha mengingat bagaimana Bela menampar dan mempermalukannya waktu itu, tapi otaknya mulai ikut-ikutan melawan seperti hatinya.
"Shit." Dalvin mengacak rambut frustasi. Sebenarnya dirinya kenapa sih?
"Bodoamat! Gue harus bodoamat" bisiknya jengkel pada diri sendiri. Susah sekali otaknya memaksa hati untuk meninggalkan tempat itu. Ia ingin pulang, tapi sesuatu dalam dirinya menolak.
lagi pula ia tidak ada hubungannya dengan ini semua. Dirinya hanya bertindak sebagai penolong. Dan juga pasti sebentar lagi keluarga Bela datang, ia sudah memberitahukan kepada mereka bahwa Bela kecelakaan. Jadi tak ada yang perlu di pusingkan.
"Gue harus pulang!" Katanya mantap. Tepat saat Dalvin berdiri seorang wanita setengah baya dan Nanda berjalan kearahnya. Cowok itu gelagapan dan tak tahu harus bagaimana. Dalvin yakin, wanita setengah baya itu adalah orang tua Bela. Terbukti dari raut kesedihan di setiap goresan wajahnya.
"Keadaan Bela gimana?"
"Bela dimana nak?"
Dua pertanyaan dari dua orang berbeda langsung menyerbunya, Dalvin sempat bingung menjawab yang mana lebih dulu. Tapi pilihannya jatuh pada ibu-ibu bermata sembab di hadapannya.
"Bela di dalam Tante, masih ditanganin dokter" jawabnya berusaha sesopan mungkin. Dirinya kini beralih pada Nanda. Sebenarnya Dalvin tidak mengenal anak cewek itu, ia hanya tahu nama dan wajahnya saja. "Kita doain aja semoga dia nggak kenapa-kenapa"
"YaAllah, Belaaa." Rani menutup wajahnya dengan tangan, terisak tiba-tiba. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Bela sekarang.
"InsyaAllah, Bela nggak apa-apa tante" Dalvin tak mengerti apa yang mendorongnya untuk berucap seperti tadi.
Nanda mendekat lalu memeluk Rani dari samping. Mengelus lengan Rani. "Bener yang dibilang Dalvin Tan, Bela pasti nggak kenapa-kenapa" Nanda memaksakan senyum, walau dia berkata seperti itu tetap saja dirinya juga merasa khawatir.
"Hmm... Vin" panggil Nanda sok kenal, karena jika tidak begitu dia tidak bisa mendapatkan informasi apa-apa. "Gimana ceritanya? Kenapa bisa gini?"
Mata Dalvin tak bisa beralih dari wanita yang mengenakan baju berwarna hijau muda itu. Ia malah jadi membayangkan Mamanya yang menangis. Hatinya tak kuat mendengar tangisan pilu Rani. "Biar Tante duduk dulu aja Nan, baru gue cerita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart, Why Him?[Completed]
Teen FictionDear Heart, Why Him? "Ketika benci mengundang cinta" a story by Haula S "Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi ser...