"Kau bintang yang terlalu terang untuk langit gelap seperti ku"
Bela baru saja selesai menceritakan semuanya pada Gya, kakak keduanya melalui telefon. Mulai dari bagaimana ia dan Dalvin bertemu, bertengkar, dan sampai Dalvin menolongnya. Gya menyarankan agar Bela meminta maaf pada Dalvin dan menghapus dendamnya. Menurut Gya, cowok itu telah menyelamatkan hidup Bela, jadi tidak ada salahnya untuk berdamai dengannya.
Awalnya Bela menolak mentah-mentah saran Gya, tapi lama kelamaan ia berubah fikiran. Bela akan mengikuti saran Gya untuk berdamai dengan dendamnya, tapi setelah itu Bela bertekad untuk melupakan semua tentang Dalvin, ia akan menghapus Dalvin dari ingatannya.
"Selamat pagi Bela" Sapa ceria seorang dokter perempuan yang baru saja masuk ke ruang rawat inap Bela. Cewek itu segera memperbaiki tidurnya. Kakinya yang semula menekuk ia luruskan.
"Pagi juga dok" balas Bela memberikan senyum pertamanya pagi ini.
"Ini tadi ada di depan kamar kamu" dokter itu meletakkan setangkai mawar merah di sisi Bela. Mawar itu terlihat seperti mawar yang ditemukan Nanda di depan pintu. Bela sempat mengira mawar itu adalah mawar yang kemarin, tapi ternyata bukan, di atas nakas mawar merah itu masih tetap ada.
Dokter itu terkekeh karena wajah Bela yang langsung menunjukan ekspresi terkejut. "Mungkin dari pacar kamu" celetuk si dokter sambil memeriksa dan mengganti infus Bela.
"Saya nggak punya pacar kok"
"Berarti penggemar rahasia"
"Penggemar rahasia?"
"Iya. Dia suka sama kamu, tapi dia takut nunjukin dirinya ke hadapan kamu karena alasan sesuatu."
"Maksud dokter?" Sambar Bela cepat.
Bela tak perduli lagi dengan apa yang dilakukan si doker, bahkan ketika dokter itu menyuntik tangannya, Bela tidak merasakan apa-apa. Rasa penasaran menutupi rasa ngilu akibat jarum suntik.
"Gimana ya, simplenya penggemar rahasia itu orang yang nggak berani jujur sama perasaannya sendiri. Seperti yang saya bilang tadi. Karena alasan tertentu"
Bela semakin penasaran. "Contoh alasannya?"
Dokter muda itu tertawa kecil sembari membereskan barang-barangnya. Kini ia sudah selesai melaksanakan tugasnya."Contohnya... Dia takut nunjukin diri karena nggak percaya diri, atau mungkin dia orang terdekat kamu, jadi dia takut sesuatu buruk terjadi kalau dia jujur"
"Terus-"
"Maaf ya Bela, saya harus periksa pasien yang lain" Dokter cantik itu mencubit pipi Bela. Ia mengeluarkan sebuah kartu nama lalu memberikannya pada Bela. "Nih kamu bebas curhat, ada info kontak saya disana, tapi jangan sekarang ya. Saya lagi sibuk"
Bela memandangi kartu nama yang diberikan dokter itu. Sejenak ia membaca nama lengkap si pemilik kartu nama. Bela merasa familiar dengan nama yang tertulis disana.
"Saya lanjut nugas dulu ya, oiya panggil saya Kak Jessie aja, dokter Jessie juga boleh. Tapi kayaknya lebih enak pake kak, umur kita nggak beda jauh kok hahaha" Jessi tertawa renyah.
"Sepertinya kamu nggak perlu lama-lama dirumah sakit, asalkan kamu rajin minum obatnya dan makan teratur. Tetap semangat ya, cepat sembuh, semoga penggemar rahasiamu cepet ketahuan" senyum tak luput dari wajah ramah Jessie hingga ia meninggalkan kamar Bela.
Tepat setelah dokter Jessie keluar, Nanda datang dengan cengiran konyol yang menghiasi wajahnya.
"Lo nggak sekolah?" Tanya Bela heran karena sekarang Nanda seharusnya berada di dalam kelas dan mengikuti pelajaran sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart, Why Him?[Completed]
Teen FictionDear Heart, Why Him? "Ketika benci mengundang cinta" a story by Haula S "Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi ser...