- Pikiranku mengatakan "lupakan" tapi hati ini menggenggam namamu terlalu erat -
●●●
Then you smiled over your shoulder. For a minute, I'm stone cold sober -
James Arthur [Say You Won't Let Go]KEADAAN di dalam uks menjadi hening setelah Nanda keluar meninggalkan Bela dan Dalvin berdua disana. Itu adalah permintaan Dalvin, ia hendak membicarakan sesuatu dengan Bela, jadilah Dalvin meminta Nanda untuk keluar.
"Mata lo masih perih?" Dalvin memecah keheningan.
Sejujurnya mata Bela sudah bisa dibuka sejak tadi. Ia bahkan sempat mengintip beberapa kali. Tapi Bela merasa lebih baik memejamkan mata. Dirinya tak sanggup memandang Dalvin. Malunya sudah tak terbendung lagi.
"Masih, dikit." Bela menjawab singkat.
Dalvin kemudian mengangguk. Melangkah menuju bangkar. Duduk disamping Bela dengan jarak yang cukup jauh.
"Gue mau minta maaf."
Hampir Bela membuka matanya mendengar penuturan Dalvin. Minta maaf? Jin jenis apakah kali ini yang merasukinya?
"Lo nggak mau maafin gue?"
"Eh?" Bela langsung menggeleng. "Nggak kok, bukan gitu." Bahkan alasan Bela untuk memaafkan Dalvin terlalu banyak, hanya saja rasanya aneh Dalvin tiba-tiba berubah.
"Gue heran aja, kenapa lo minta maaf. Gue jadi mikir lo ini lagi kesambet tau gak."
Dalvin mengernyit. Aneh sekali pemikiran Bela. Tidak mungkin kan orang kesambet bisa ngomong jelas. Andai Bela membuka matanya, tentu sekarang dia bisa melihat bagaimana Dalvin berusaha menahan tawanya. "Gue nggak kesambet. Gue cuma mau minta maaf. Kita nggak perlu musuhan kayak anak kecil."
Dalam hati Bela menggerutu. Yang memulai peperangan kan Dalvin sendiri. Kemarin-kemarin kan Dalvin yang seperti anak kecil. Membuatnya kesal dan gondok. Sekarang malah Dalvin yang meminta maaf, membingungkan.
"Jadi?" Dalvin menunggu dengan penasaran jawaban Bela.
"Jadi apa?" Bela balas bertanya, bingung, tak mengerti maksud Dalvin.
"Lo maafin gue atau nggak?"
Pertanyaan simple yang mampu membuat Bela terdiam cukup lama, hingga ia akhirnya mengutarakan isi otaknya. "Setengah maafin setengah nggak."
Jawaban Bela lantas membuat alis tebal Dalvin naik. "Lo masih dendam sama gue?"
"Entahlah. Gue masih belum yakin. Emang kenapa sih lo minta maaf?" Bela benar-benar gemas dan penasaran. Tiada angin tiada hujan Dalvin tiba-tiba minta maaf, untuk apa?
"Gatau juga."
"Lah si cumi."
"Gue bukan cumi ya."
"Ya kan gue nggak pernah bilang lo cumi."
"Tadi lo bilang gue cumi."
"Tadi gue cuma bilang lah si cumi, bukan Dalvin si cumi."
Dalvin hendak membalas lagi namun ia tahan. Jika dia membalas ocehan Bela maka mereka akan seperti hari-hari sebelumnya. Bertengkar dan saling meneriaki satu sama lain.
"Oke gue salah."
"Kodrat itu mah, cowok emang diciptakan untuk disalahkan."
Jika bukan demi misinya Dalvin sudah sejak tadi menyumpali bibir cerewet Bela. Dilihatnya cewek itu masih memejamkan mata, bibirnya mengerucut sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart, Why Him?[Completed]
Teen FictionDear Heart, Why Him? "Ketika benci mengundang cinta" a story by Haula S "Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi ser...