- Dalvin itu gantengnya beda, kayak ada manis-manisnya gitu -
●●●
I just wanna be deep in your love
And it’s killing me when you’re away
Ooh, baby, ’cause I really don’t care where you are
I just wanna be there where you are - Sugar[Maroon 5][Haula saranin baca part ini sambil dengerin lagu sugar Maroon 5]
Bela termangu setelah Dalvin menariknya masuk ke dalam ruang rahasia dibalik tembok. Bukan tumpukan emas yang ia lihat, bukan pula segerobak siomay gratis melainkan barisan kanvas dengan coretan warna cantik di atasnya. ternyata ini yang di maksud Jessie, dokter muda itu bilang adiknya pintar melukis.
"Ini elo yang lukis semuanya?" Pandangan tak percaya Bela membuat Dalvin terkekeh. Cowok itu menggaruk tengkuk lalu mengangguk.
"Ya, gue yang bikin."
"Gila! keren banget."
Dalvin tersenyum tipis. "Thanks." Bisiknya pelan. Bela balas tersenyum. Ini pertama kalinya Dalvin merasa malu di puji orang.
"Gue lihat-lihat boleh ya?" Alis Bela terangkat, meminta persetujuan Dlavin.
"Tentu." Dalvin mempersilahkan, memberikan jalan agar Bela lebih leluasa masuk ke dalam ruangan tersebut.
Dengan riang Bela melangkah mendahului Dalvin, sementara itu Dalvin yang masih tersenyum penuh arti mengekor di belakang Bela. Mata Bela sibuk memperhatikan satu persatu lukisan yang menempel di dinding bercat putih itu. Bela sampai bingung harus melihat yang mana, banyak sekali dan semuanya menarik. Bahkan untuk ukuran anak muda seperti Dalvin lukisannya terlalu bagus.
"Terus terus ada yang beli lukisan lo? Ah pasti lo banyak duit dah. Pasti harganya mahal, lihat bagus-bagus banget."
"Nggak, gue ngelukis buat ngehibur diri aja sih. Jadi buat konsumsi pribadi. Lo harus merasa beruntung bisa masuk kesini. Cuma orang-orang tertentu aja yang boleh liat lukisan gue." Bela memutar bola mata mendengar penuturan Dalvin tapi cowok itu malah menertawainya.
Salah satu lukisan menghentikan kaki Bela, matanya terpaku pada lukisan sederhana yang terletak di baris kedua paling ujung. "Gembok? Why?" Tanya Bela bingung. Ia dan Dalvin kini berdiri besebelahan dan menghadap ke lukisan yang di maksud Bela. "Ini paling beda di antara lukisan yang lain. Semua lukisan disini kebanyakan pemandangan."
"Lucu ya. Gue bikin lukisan ini pas kelas tiga smp."
"Smp aja lukisan lo udah sekeren ini gimana sekarang ya?" Bela menyentuh lukisan itu. "Ini ada artinya gak sih?"
"Ada, setiap lukisan disini ada artinya."
"Lukisan nyentrik ini artinya apa?"
Wajah Dalvin memerah. Ia teringat tentang gadis bermata jernih itu. Kanya-lah yang menyebabkan kenapa dirinya melukis sebuah gembok disana. "Sebenarnya gue lukis ini karena seseorang."
Bela menoleh. "Cewek?" Tebaknya.
"Iya." Dalvin mengangguk. Padahal tadi Bela hanya ingin menggoda Dalvin saja, tapi tebakannya benar. Entah kenapa Bela sedikit tak suka Dalvin membenarkan ucapannya.
"Jadi ceweknya siapa?" Tanya Bela dengan nada sebal. Tapi untung saja Dlavin tak menyadarinya.
"Kan lo mau nanya arti gembok ini, kenapa jadi melebar ke cewek?" Dalvin tertawa renyah, berusaha menghindari pertanyaan Bela.
"Ceweknya siapa?"
"Ada deh. Lo kenal kok."
"Kak Jess?" Bela menaikan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart, Why Him?[Completed]
Teen FictionDear Heart, Why Him? "Ketika benci mengundang cinta" a story by Haula S "Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi ser...