11. The Truth

386K 23.1K 2.8K
                                    

- Cowok itu kayak bunglon. Gampang banget berubah. Bunglon beda tempat, beda warnanya. Cowok beda cewek, beda omongannya. -

●●●

You got me jumping like
boom shakalaka, boom shakalaka boom. boom shakalaka, boom shakalaka, boom.

Nanda menghela nafas melihat layar handponenya. Tak ada balasan dari Jos. Ia mengirimi cowok itu pesan kemarin siang dan sampai hari ini belum di balas juga. Nanda tak ingin curigaan, tapi masalahnya ada keterangan bahwa pesannya sudah dibaca Jos.

"I said, back at it again with the jumpshot" Bela bernyanyi dengan telinga yang tersumpal headset. Nanda menoleh lalu menarik headset di telinga cewek itu.

"Gue lagi galau lu malah nyanyi nyanyi, tau deh yang kemarin abis pergi kerumah calon mertua." Nanda mendengus.

"Nanda ih, ganggu banget sih lo. Apaan dah mertua."

"Halah bilang aja lu seneng."

"Hehe iya sih seneng. Eh Nda nyokap gue nitip oleh oleh nih buat lu."

Nanda langsung terlihat antusias mendengar kata oleh-oleh. "Mana?"

"Yeee giliran oleh oleh lu cepet" Bela memutar tubuh, membuka tas dan hendak mengambil oleh-oleh yang dimaksudnya. Bukan oleh-oleh untuk Nanda yang ditemukannya di tas, namun mawar merah seperti yang sering ia dapatkan kemarin.

"Lah ini siapa yang naruh?"

Nanda terkejut saat Bela mengeluarkan mawar dari dalam tas. "Mawar lagi? Gue kirain dia udah bosen jadi penggemar rahasia lo." Komentar Nanda. "Btw oleh-oleh buat gue mana?"

"Ntar dulu Nda." Bela membuka kertas kecil yang ada bersama mawar tersebut.

Apa kabar? - G

"Enak banget kabar lo ditanyain Bel. Cowok gue aja gapeduli kabar gue gimana, line gue cuma di read doang."

Bela tertawa. "Curhat Bu?"

"Iya curhat." Nanda menggaruk kepala.

"Tadi siapa yang gak kekantin ya. Gue yakin mawar ini ditaruh pas jam istirahat."

"Ah! Bener juga lu, bentar gue tanyain." Nanda berdiri kemudian kedua tangannya bertumpu pada meja. "Gaaaaais siapa yang nggak kekantin tadi?" Nanda berteriak. Kebiasaan, dikelas itu anak-anaknya kadang suka ngacangin orang ngomong, bikin Nanda jadi gemas. "Wooii! Pada punya telinga semua kan lo."

"Kenapa sih Nda?" Radin menyahut, tak ingin mendengar teriakan Nanda lagi.

"Tadi ada yang nggak kekantin?"

"Kayaknya sih Haula, coba tanya tuh. Tadi dia nggak mau gue ajakin."
Nanda dan Bela secara bersamaan menoleh ke meja paling depan. Namun di bangku tempat biasa Haula duduk tidak ada siapa-siapa. "Din Haula mana?"

"Hah gatau deh." Radin mengangkat bahu.

"Kaaaaai." Panggil Bela pada cowok yang duduk di belakang bangku Haula. Kai menoleh kebelakang. Mencari suara yang memanggilnya tadi.

"Kenapa Bel?"

"Haula mana?"

"Haula kan udah pulang, sakit katanya."

"Sakit apa?"

"Sariawan."

Nanda di sebelah Bela malah ngakak mendengar jawaban Kai. "Etdah tu bocah dikit-dikit izin pulang."

Dear Heart, Why Him?[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang