- Sakit itu ketika mencintai tapi tidak dicintai. -
●●●
Only fools fall for you, only fools
Only fools do what I do, only fools fall - Fools [Troye Sivan]Lelah sekali rasanya setelah upacara di bawah terik matahari setelah itu harus ulangan Kimia. Mau tak mau Bela dan seluruh siswa XI sains 1 harus menerima dan menjalaninya. Pada menit-menit terakhir ulangan mulai terdengar keluhan. Banyak yang menggaruk kepala bingung dengan maksud soal yang ada di hadapan mereka.
Bela menoleh pada bangku kosong di sebelahnya. Sampai hari ini Nanda masih belum masuk sekolah. Berita mengenai Nanda putus dengan Jos sudah tersebar ke ketelinga anak kelas.
"Bel! Bela." Desisan terdengar dari arah kanan Bela. Wika rupanya yang memanggil tadi.
Takut-takut Bela menoleh. "Apaan?" Bisik Bela.
Wika melihat ke arah Bu guru di depan sana kemudian kembali memandang Bela. "Nomer 5 sama 7 jawabannya apa?" Tanya Wika dengan suara kecil sembari jari tangannya memberi kode.
Bela mendengus. Enak saja Wika itu minta-minta. Kalau mau dapat nilai bagus ya belajar, bukannya ngandelin temen. Bela yang tak mau rugi pun terpaksa berbohong mengatakan ia belum mengetahui jawaban yang Wika tanyakan. Bukan karena pelit, hanya saja jika Bela memberikan jawabannya pada Wika, itu tentu akan membuat cowok itu akan semakin malas belajar. Lagi pula menyontek itu dosa, orang yang menyontek adalah bibit dari koruptor.
"Bela, Wika, jangan bisik-bisik. Kalau sudah jadi kumpulkan saja."
Mendengar suara Bu Wiwik Bela langsung mengubah posisi duduknya. Ia kembali fokus menyelesaikan soal. Tak lama kemudian Bel pun berdering menandakan waktu ulangan sudah selesai.
Usai mengumpulkan kertas ulangannya Bela langsung bergegas kekantin. Tentunya sendiri karena Nanda masih tidak masuk sekolah. Jos kali ini tidak mengganggunya, tapi yang aneh adalah tidak ada Dalvin yang menemani seperti hari-hari sebelumnya. Biasanya cowok itu akan menghamirinya lalu menemani Bela makan. Aneh sekali, apa mungkin cowok itu makan di kelas?
Makanan Bela kali ini bersisa. Ia memang belum makan sejak pagi, tapi rasanya ia malas sekali makan. Cewek itu bangkit dari kursi kemudian berjalan keluar kantin. Kelas Dalvin ada di dekat toilet. Tak ada salahnya ia pura-pura lewat untuk melihat apakah Dalvin ada di kelasnya atau tidak.
"Gue pengen pipis." Ucapnya meyakinkan diri sendiri, ah tidak, lebih tepatnya membohongi diri sendiri.
Bela sempat ragu untuk melakukan aksinya, masalahnya di dekat kelasnya juga ada toilet, untuk apa ia jauh-jauh ke toilet dekat kelas XI sains 6. Nanti orang-orang bisa saja curiga. Tapi tak apalah, Bela tak ingin perduli dengan apa yang orang fikirkan nanti.
Langkah kaki Bela melambat ketika ia menjajaki lantai koridor di depan kelas Dalvin. Pelan-pelan ia melirik ke arah jendela kelas berharap ia bisa melihat Dalvin di dalam sana. Tapi hanya segelintir orang di dalam kelas dan tidak ada Dalvin disana. Lantas kemanakah Dalvin? Apa dia di toilet.
"Nyari gue?"
Bela tersentak dan mundur dengan cepat. Jos berdiri dihadapannya.
"Nggak." Jawab Bela cepat kemudian berbalik. Ternyata pergerakan Jos jauh lebih cepat dari Bela. Cowok itu sudah lebih dulu menghalangi jalan Bela dengan berdiri di depan Bela lagi.
"Minggir, gue mau lewat."
"Lewat aja."
Bela bergeser kesamping agar bisa kembali kekelasnya namun Jos juga ikut bergeser dan menghalangi jalan. Bela berdecak. Jika disaat seperti ini biasanya Dalvin akan datang dan membantunya menghindari cowok gila ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart, Why Him?[Completed]
Teen FictionDear Heart, Why Him? "Ketika benci mengundang cinta" a story by Haula S "Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi ser...