Musuh Baik Hati(Part b)

453K 31.5K 637
                                    

Suara koor serta siulan memenuhi pendengaran Bela. cewek itu menoleh, ia terhenyak. Matanya terbelalak mendapati Dalvin yang kini sudah ikut berlari disampingnya. Entah sejak kapan Dalvin ada di dekatnya, Bela tidak tahu dan tidak ingin tahu. Serta merta cewek itu mempercepat larinya untuk menghindari Dalvin.

Tak mau tertinggal, Dalvin ikut mempercepat larinya. Mensejajarkan setiap langkah kakinya dengan Bela. "cewek pembuat onar, lo bolos ya makanya di hukum? Ckckckck" Dalvin mendecakkan lidah sambil geleng-geleng. "nggak heran sih gue" cowok itu tertawa kecil. Seskali ia sengaja menyentuhkan botol minuman dingin itu di lengan Bela.

Diam-diam Bela melirik minuman ditangan Dalvin dan si pemilik minuman itu menyadarinya. Dalvin tersenyum geli. "Mau?" Tawar Dalvin mengangkat sebelah alisnya sambil menyodorkan minuman dingin itu ke hadapan Bela.

Bela berdecih. "sampe kiamat gue nggak akan pernah mau nerima apapun dari lo"

Dalvin mengulum senyum kemudian mengangguk. "Okay, nggak masalah" cowok itu berhenti berlari membiarkan Bela terus melaju meninggalakannya

Bela tak bisa menahan kepalanya untuk tidak menengok kebelakang karena Dalvin tidak berlari di sampingnya lagi. Saat pandangan mereka bertemu Dalvin tersenyum padanya sambil mengedipkan sebelah mata.

"dasar cowok gila" gerutu Bela jengkel.

***

Sore ini matahari bersembunyi di balik awan hitam yang menutupi langit. Rintik hujan mulai turun. Butir lembut air membasahi kaca depan mobil Bela. hujan sebentar lagi akan turun lebat. Bela menambah laju kendaraannya agar cepat sampai rumah.

Jalanan luar Nampak lengang. Hanya ada satu dua kendaraan berlalu lalang. Tapi bukan itu yang Bela khawatirkan, jika hanya hujan deras dan jalanan sepi Bela tak apa, akan tetapi jika hujan deras ditemani kilat dan guntur yang besar, tentu Bela akan ketakutan . Ya, dia menderita Astraphobia, rasa takut yang berlebihan dan abnormal terhadap petir.

Sepertinya doa Bela tak dikabulkan. Hujan malah semakin deras, membuat jalanan luar Nampak seperti berkabut. Cewek itu melipat bibir hingga hingga setipis garis lurus. Sedikit demi sedikit rasa takutnya mulai datang.

Di atas sana awan semakin tebal, saling menggulung dan menggumpal. Warna putih tak lagi mendominasi. Gelap dan mengerikan, begitulah keadaan di atas sana.

Kilatan cahaya merah memecah awan hitam di langit. Menghaslkan suara yang begitu Bela takutkan. Keadaan semakin kacau, tak hanya sekali, petir menyambar berkali-kali. Membuat konsentrasi Bela melebur bersama rasa takutnya. Ac mobil tak dapat mencegah keringatnya yang terus mengucur. Tangannya semakin dingin, bibirnya memucat.

Kesadaran Bela perlahan menghilang, yang tersisa hanya rasa takut. Keselamatan tak lagi ia fikirkan, yang ia mau sekarang adalah sampai rumah lebih cepat.

Tiba-tiba sebuah mobil menyebrangi jalan yang di lalui Bela. ketidak siapan Bela serta rasa cemas berlebihan membuatnya hampir menabrak mobil itu, Bela yang kaget langsung membanting stir kearah kanan. Bersamaan dengan guntur yang menggelegar, suara rem mobil berdecit dan di susul suara berdebam. Bagian depan mobil Bela mengeluarkan asap. Ia baru saja menabrak pohon besar di pinggir jalan.

Gadis itu kehilangan kesadaran. Dahinya terluka dan mengeluarkan darah.

Sebuah mobil CRV memarkir tak jauh di belakang mobil Bela. pemiliknya keluar dari mobil mengabaikan hujan deras yang membasahi seragam miliknya. Lelaki itu terdiam sejenak, ia merasa mengenal mobil di hadapannya.

"Bela" suaranya membisik. Tanpa fikir panjang Dalvin segera berlari menghampiri mobil itu. ia mengintip dari balik kaca mobil bagian pengemudi. Di dalam sana Bela tak sadarkan diri. Cowok itu mengetuk kaca mobil. Sesekali mencoba membuka pintu mobil, namun tak bisa karena terkunci dari dalam.

"Belaaaa!!" Teriaknya di tengah hujan deras. Sayang suara gemuruh hujan jauh lebih besar dari suaranya.

Tak ada pilihan lain selain merusak mobil di hadapannya. Untung saja di dekat sana banyak batu berukuran besar. Gerak cepat Dalvin langsung mengangkat batu itu. ia berlari memutari mobil hendak memecahkan kaca depan mobil bagian penumpang.

Seketika kaca itu pecah, remuk menjadi kepingan-kepingan kecil setelah batu besar dihantamkan Dalvin. Dalvin merasa jalan untuk mengeluarkan Bela dari mobil sudah cukup, ia pun memulai aksi penyelamatannya.

Rasa benci dan dendam Dalvin buang jauh-jauh karena jika bukan dia yang menyelamatkan Bela, lantas siapa lagi? Tidak ada satupun orang disana. Jalanan seolah-olah di setting Tuhan menjadi sepi.

TBC


Haiii kita ketemu lagi:D wkwkwk gatau mau ngetik apa, cuma mau bilang jangan lupa vote dan komen kalian yaw. jangan jadi silent reader, nggak baik untuk kesehatan *apasih

yaudah deh aku mau berangkat sekolah dulu, bhayyyy #nggaktaumimpiapasampeupdatepagipagi

Dear Heart, Why Him?[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang