- Barisan semut hitam di dinding uks pun tahu, hati ini meleleh perlahan karenamu. -
●●●
BELA tetap mengambil mawar dari tangan Momma meski raut bingung mendominasi di wajahnya. Kata Momma Rani, itu ia dapatkan dari anak kecil yang entah datang darimana. Anak kecil itu berpesan agar bunga tersebut diberikan pada Bela. Saat Rani bertanya siapa yang menyuruh, anak kecil itu hanya mengangkat bahu kemudian memperlihatkan deretan gigi susunya."Aku udah ada 4 mawar loh Mom." Mata Bela menyipit takjub. Sudah empat mawar ia dapatkan. Yang Bela herankan adalah, kenapa harus mawar? Kenapa nggak siomay?
"Mungkin orang iseng, biarin aja. Momma urus administrasi dulu. Kamu duluan ke mobil aja sayang, momma ambilin dulu kuncinya," kata Rani merogoh tas hitamnya mencari kunci mobil di dalam sana.
"Nggak Mom, Bela tunggu disini aja."
Rani mengangkat wajah, tangannya yang sibuk mencari terhenti. Ia mengangguk tipis, urung memberikan kunci mobil pada Bela. Kini ia celingukan mencari-cari sesuatu. Menengok kiri kanan hingga menemukan sesuatu yang dicarinya dibelakang Bela. "Kamu duduk disana dulu, nanti pusing kelamaan berdiri," Suruh Momma menunjuk kursi panjang.
Bela menengok ke belakang. "Okay Mom," sahutnya patuh.
Rani segera pergi mengurus pembayaran rumah sakit. Mata Bela menyapu keadaan sekitar. Koridor rumah sakit nampak lengang. Mungkin karena masih pagi, jadi belum banyak orang yang datang menjenguk.
Belum sempat Bela menjatuhkan pantatnya di kursi panjang, seseorang lebih dulu menyerukan namanya. "Belaaaa." Wanita cantik itu kini berdiri di hadapan Bela dengan wajah sumringah.
"Kak Jes!"
"Sedih banget aku, kamu udah mau pulang"
Bela terkekeh. Dokter di depannya ini sekarang sudah menjadi sahabat dan teman curhatnya. Selama Bela dirumah sakit Dokter Jessie selalu menemani dan mendengarkan keluh kesahnya.
"Kan udah tukeran kontak Kak, nanti bisa jalan bareng kok."
"Iya juga sih, tapi nggak bisa main tiap hari kayak kemarin-kemarin." Jessie melirik tangan Bela. "Mawar itu lagi?"
Bela menunduk melihat mawar ditangannya, tersenyum kemudian mengangkat wajah. "Iya nih, tadi dititipin lewat Momma"
"Parah, penggemar kamu ini gercep banget. Aku kecolongan start."
Bela mengernyit. Seakan mengerti arti wajah bingung Bela, Jessie membuka suara. "Aku punya adik cowok. Rencananya sih mau ngenalin kamu sama dia Bel. Kalian seumuran loh, kali aja gitu bisa deket."
Bela tertawa setelah mendengar penuturan Jessie. "Aduh, ceritanya mau jadi mak comblang?"
"Hahaha, iya. Bosen aja aku liat dia dirumah, gabut sama gitar mulu. Kamu mau aku kenalin?"
"Mau lah Kak."
"Ekspektasi kamu jangan cowok ganteng, rapi, sopan, dan perfect yah. Dia itu ugal-ugalan, ngomongnya ceplas-ceplos. Tapi nilai plus dia itu, pinter main gitar dan bisa ngelukis," ucap Jessie mempromosikan adiknya dengan semangat 45.
"Kalau diliat dari kakaknya sih kayaknya dia ganteng."
"Bisa aja kamu Bel." Jessie tertawa renyah.
Percakapan mereka terhenti ketika Momma Rani menghampiri. Rupanya ia sudah selesai mengurus pembayaran rumah sakit.
"Hai tante," sapa Jessie pada wanita paruh baya yang terlihat mirip dengan Bela. Ia kemudian menyalami tangan Momma Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Heart, Why Him?[Completed]
Fiksi RemajaDear Heart, Why Him? "Ketika benci mengundang cinta" a story by Haula S "Pelajaran yang Bela dapatkan saat mencintai Dalvin adalah jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi ser...