What Is Love?(part b)

364K 24.1K 2.7K
                                    

"Hal yang paling sulit dalam mencintai adalah jatuh cinta sendirian."

●●●

“And it’s cuts me like a knife when you walked out of my life”

Hingga pulang sekolah pun Bela tak kunjung melihat batang hidung Dalvin. Ada sesuatu aneh yang Bela rasakan ketika tidak melihat wajah Dalvin hampir seharian penuh. Biasanya orang-orang menamai perasaan itu dengan kata 'rindu'. Tapi entahlah, Bela tak tahu yang ia rasakan adalah rasa rindu atau bukan.

Hari ini Bela pulang menggunakan taksi. Momma sedang pergi arisan jadi tak bisa menjemputnya. Karena bosan, Bela iseng mengirimkan Jessie--kakak perempuan Dalvin pesan singkat. Ia menanyakan alasan Dalvin hari ini tidak datang sekolah.

Lebih dari satu menit Bela berfikir ubtuk menekan tombol sent sebelum akhirnya pesan itu benar-benar terkirim pada Jessie. Baru beberapa detik Bela sudah tak sabar menunggu balasan. Bela memandangi layar handponenya tanpa mengerjap berharap saat itu juga Jessie membalas pesannya. Bela mencebikkan bibir, Jessie tak kunjung membalas. Ia mengangkat wajah, memandang jalanan luar. Sebentar lagi ia akan sampai rumah. Cewek itu kembali menatap layar handpone. Membuka menu kemudian kembali lagi ke layar utama. Begitu seterusnya.

Bela hampir memekik ketika nama Jessie tertera di layar handponenya. Jessie tidak membalas pesan Bela melainkan menelfon Bela.

"Halo Kak." Sahut Bela setelah mengangkat telfon.

"Bela, kamu nanyain Dalvin? Kenapa? Kamu kangen?"

"Ih nggak lah kak." Bela tahu betul bahwa saat ini dia benar-benar berbohong.

 jessie tertawa jahil membuat wajah Bela merona. "Dalvin tadi emang nggak sekolah. Dia lagi sakit."

Alis Bela mengerut. "Sakit?" Tanyanya memastikan.

"Iya Bel, sakit. Kata Mama dia abis makan eskrim."

Bela teringat kemarin sore saat akan pergi menjenguk Kanya bersama Dalvin, sebelum itu mereka membeli eskrim terlebih dahulu. "Gara-gara gue dong." Bisik Bela lirih.

"Iya kenapa Bel?"

"Enggak kok kak."

"Bel udah dulu ya, mau lanjut kerja dulu nih."

"Iya Kak, semangat."

Tangan Bela yang memegang handpone jatuh begitu saja di atas pahanya. Ia melirik supir taksi di depan lalu tanpa ragu menyebutkan alamat rumah Dalvin dan minta di antarkan kesana, padahal ia akan sampai rumah tiga meter lagi.

●●●

Bela menekan bel rumah Dalvin. Menunggu sejenak lalu menekannya lagi karena pintu tak kunjung terbuka. Tak lama akhirnya Bela dibukakan pintu oleh seorang wanita setengah baya yang sepertinya adalah pembantu rumah tangga.

"Temennya Dek Pipin?"

Lucu. Bela bukannya mengiyakan malah tersenyum karena mendengar nama 'itu' lagi.

"Ah maksud bibi Dek Dalvin."

Bela tersenyum canggung. "Iya Bi." Jawabnya.

"Silahkan masuk dulu." Bibi memberi jalan kemudian Bela melangkah masuk. "Mau minum apa?"

"Eh nggak usah minum deh Bi." Bela menolak tawaran Bibi tadi karena tak sabar ingin bertemu Dalvin. Matanya melirik ke salah satu pintu yang ada di lantai dua, tepatnya pintu kamar Dalvin.

Dear Heart, Why Him?[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang