afgan pov_
Aku diam mengamati raisa yang sibuk mencorat-coret kertas didepannya, sesekali dia menggigit bibir bawahnya saat memfokuskan pensilnya di kertas dan itu membuat aku gemas melihatnya "belum selesai ?" tanyaku, dia menggeleng cepat. Kebiasaannya. Jika sudah bertemu pensil dan kertas maka perhatiaanya tidak akan beralih
"gambar apa sih ?" tanyaku lagi, sudah pasti dia diam tidak menjawab, sepertinya aku tidak semenarik benda itu.
"afgan ambilin kuas sama catair dong" pintanya, dia akan bicara padaku jika membutuhkan sesuatu saja. Dasar!
"sa aku pulang ya" pamitku, raisa menoleh. Akhirnya
"ya udah" aku terbelalak, aku pikir raisa akan menahanku atau mungkin mengatakan minta maaf. ternyata diluar prediksiku
"beneran nih sa, aku pulang" ucapku lagi sambil berdoa agar raisa menahanku agat tidak pulang
raisa menjawab tanpa ekspresi "iya, ya udah sana pulang" ah aku terlalu percaya diri, raisa tetap membiarkan aku pulang 'untung aku cinta, kalo ngga udah aku tinggalin kamu'
Aku berbalik, berjalan keluar rumah raisa "afgan, kamu beneran pulang ?" ucap raisa, aku menautkan alisku bingung lalu berbalik ke arah raisa
"lah kan aku tadi bilang mau pulang, terus kamu bilang ya udah. ya aku pulang"
raut wajah raisa berubah menjadi kesal "ih kamu ngga ngerti banget sih!" sentaknya, aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapan raisa
"maksudnya gimana sayang ?" tanyaku mendekat ke raisa "kan tadi bilang ya udah, kok malah jadi kesel ?" ucapku dengan nada lembut
"ah ga tau ah, sana pulang" usirnya mendorong tubuhku, kadang wanita memang susah di mengerti
"tuh kan mulai, ya udah deh aku ga jadi pulang. aku nemenin kamu gambar sampai selesai"
raisa menatapku "bener ?!" aku mengangguk "gitu dong, pacar" ucapnya tersenyum
sudah 30 menit aku duduk diam di dekat raisa yang masih sibuk mengoleskan catair di kertas gambarnya "sa, aku ambil minum dulu ya" ucapku lalu pergi ke dapur
setelah mengambil segelas air, aku kembali menuju ke raisa "tara" ucap raisa ceria memperlihatkan gambarnya yang telah selesai kepadaku, aku tersenyum melihat hasil gambar raisa 'hampir 1 jam nemenin dia gambar, hasilnya cuma coretan catair ga jelas gini ? astaga'
"bagus ngga ?" tanyanya 'dimana letak bagusnya ? coretan ga berbentuk gini ?'
"oo ga bagus" aku kaget mendengar ucapan raisa, bagaimana dia bisa tau kata hatiku ?
"eh kata siapa, bagus kok bagus banget" rengesku
"masa sih ? biasanya kalo orang yang ga tau pasti bilang ini jelek, tapi kalo orang tau seni pasti bilang ini bagus. Emang ga berbentuk gambarnya tepatnya bentuknya berbayang tapi ini ABSTRAK jadi gini jadinya"
"ohhhh" aku hanya meng-oh kan saja, takut-takut salah bicara
"kalo kamu bilang jelek, aku ga marah kamu kan ga tau tentang seni gambar jadi ya gapapa. Justru aku marah kalo kamu bilang bagus tapi BO-HONG" ucap raisa dengan nada penekanan dikata bohong
"hehe iya deh maaf"
"ya udahlah ga papa, aku mau naruh ini di kamar dulu ya"
"iya"
"raisa aku harus pulang deh, udah sore soalnya" ucapku saat raisa keluar dari kamarnya, dia mengangguk seraya tersenyum
"ya udah, kasian kamu juga kalo pulang kesorean" ucapnya
"ya udah aku pulang dulu ya" pamitku "eh sa boleh nanya ga ?"
"apa ?""kamu lagi PMS ya ?" tanyaku berbisik
"iya, kenapa ?"
"ga papa, ya udah aku pulang ya" ah ternyata sikap raisa yang hari ini aneh karna dia PMS, ternyata benar wanita akan lebih sensi jika sedang PMS.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect true love
Fanfiction-Tamat- "ya, anggap saja ini kisah yang aku lukis hanya denganmu" ucapan raisa berhasil membuat afgan tersenyum "dan anggap juga lagu ini, nada kisah kita bersama" raisa tersenyum lalau mengangguk by: sella