Sudah kesekian kalinya alarm hp afgan berdering, namun afgan tak kunjung bangun. Pevita yang sudah lama menunggu di ruang tv akhirnya berjalan menuju kamar afgan, di bukanya pintu kamar afgan "demi apa, dia masih tidur" ucap pevita kesal, pevita berjalan cepat ke arah afgan yang masih tidur nyenyak di balik selimut hangatnya
"bagunnnnn" teriak pevita tanpa kompromi, suaranya benar-benar keras tepat di telinga afgan
"lo gila de!" bentak afgan bangun
"iya gw gila, gila nungguin lo. Ini udah jam berapa ? gw bisa telat" omel pevita, tangannya ia lipat di depan dadanya
"siapa suruh lo nungguin gw !" ucap afgan cuek lalu menarik selimut dan menutupi semua tubuhnya
Pevita berdecak "ckck, untung lo kakak gw, kalo bukan gw bunuh lo" pevita menarik-narik selimut yang menutupi tubuh afgan "kak bangun, anterin gw ke kampus"
"lo naik taksi aja, gw libur dan gw mau tidur. Hus hus"
"ok, kalo lo ga mau anterin gw. Gw telfon raisa dan bilang kalo lo lagi jalan sama jeha"
mendengar ancaman pevita, dengan cepat afgan bangun "iya iya gw anterin" ucap afgan, pevita tersenyum menang
"anak pinter" pevita mengacak gemas puncak rambut afgan
*****
Ku rasa getaran cinta
Di setiap tatapan matanya
Andai ku coba tuk berpaling Akankah sanggup ku hadapi kenyataan ini
Tuhan tolonglah akuJanganlah kau biarkan diriku Jatuh cinta kepadanya
Sebab andai itu terjadi
Akan ada hati yang terluka
Tuhan tolong dirikuWalaupun terasa indah
Andaikan ku dapat juga dirinya Namun ku harus tetap bertahan Menjaga cinta yang tlah lebih dulu ku jalaniAfgan dan pevita berjalan beriringan menyusuri koridor kampus. Jeha, yang sedari tadi menunggu kedatangan afgan terlihat senang setelah melihat afgan yang berjalan kearahnya "pangeran gw"
afgan berdecak saat melihat jeha yang ada di depa sana "de, lewat sana aja yuk" ajak afgan mengajak pevita untuk memutar arah menuju kelas, pevita menggeleng tidak mau
"ngga mau, lewat sana kejauhan" tolak pevita, afgan mendengus "kenapa berenti ?" tanya pevita
"gw mau pulang, lagian ngapain gw anter lo ke kelas" ucap afgan memutar balik tubuhnya, pevita menghentakan kakinya kesal, rencananya tidak boleh gagal "ka afgan !" panggil pevita, afgan menoleh "kenapa ?" tanya afgan
"kalo kaka ga mau anterin aku ke kelas, aku telfon mamah biar uang jajan ka afgan di potong" ancam pevita, matanya menatap layar hp dan tangannya berpura-pura seolah sedang mengetik sesuatu. Afgan menatap tajam ke arah pevita
"untung lo adek gw" afgan mengalah lalu berjalan mendekat ke pevita "ayo!" afgan mencengkram tangan pevita kasar dan berjalan cepat
"ka afgan pelan-pelan, aww sakit ka afgan" keluh pevita mencoba melepaskan tangan afgan dari tanganya
Jeha tersenyum manis saat afgan dan pevita berjalan melewatinya "Hai afgan" sapa jeha hangat
"hai jeha" balas pevita tersenyum. Sementara afgan, dia terus berjalan menatap ke depan tanpa memperdulikan sikap manis jeha
"afgan" panggil jeha, namun tanpa menjawab, afgan terus berjalan menuju kelas pevita.
Merasa kesal dengan sikap dingin afgan, jeha berlari mengejar afgan "minggir, gw mau lewat" usir afgan kasar pada jeha, karna jeha berdiri di hadapannya
"ngga sebelum lo jawab sapaan gw!"
"terserah" afgan memegang bahu jeha lalu mendorongnya ke samping agar tak menghalanginya
'brught' karna kuatnya dorongan afgan, sehingga membuat jeha jatuh tersungkur "aw" pekik jeha
afgan yang mendengar pekikan jeha, secara reflek langsung menolong jeha "lo ga papa ?" tanya afgan, jeha yang sedang membersihkan lengannya yang sedikit kotor lalu beralih menatap afgan yang berjongkok di dekatnya
"coba gw liat" afgan menarik lengan jeha untuk memastikan tidak ada luka
"afgan"
"ya" tatapan mereka bertemu, sejenak mereka terdiam menatap satu sama lain 'gw selalu menunggu hal ini terjadi, afgan' batin jeha. Entah apa yang membuat afgan diam menatap mata jeha, sementara pevita tersenyum miring. Senang dengan keadaan ini. tangan afgan bergerak menyentuh pipi jeha "mata kamu indah" ucap afgan, jeha tersenyum "makasih"
"astaga" afgan tersadar saat nama raisa terngiang ditelinganya, dengan cepat afgan menarik tangannya dari wajah jeha lalu berdiri "maaf, gw ga sengaja"
"de, gw harus pulang" ucap afgan pada pevita lalu pergi
"ka afgan" panggil pevita, namun afgan tetap pergi
"lo ga papa ?" tanya pevita membantu jeha berdiri, jeha menggeleng
"gw ga papa, gw malah seneng. Karna kejadian tadi, afgan bisa bersikap baik sama gw dan gw rasa gw punya ruang di hatinya" ucap jeha tersenyum, pevita mengangguk
"gw emang ga suka kalau ka afgan sama raisa, tapi gw juga belum setuju lo sama ka afgan"
"maksud lo ? terus ngapain lo setuju dan bantuin gw buat deket sama afgan ?"
"gw setuju atas rencana lo cuma biar ka afgan lupain raisa, bukan berati gw setuju lo sama ka afgan. So, jangan terlalu berharap" ucap pevita lalu pergi, jeha menatap pevita kesal
"liat aja nanti, gw ga peduli lo setuju atau engga. Yang pasti gw akan rebut afgan dari raisa" ucap jeha tersenyum miring
****
afgan terdian di kamarnya, menyenderkan tubuhnya pada bantalan sofa, memikirkan apa yang dilakukannya tadi "raisa" desih afgan. Yang dilakukannya tadi adalah sebuah kesalahanafgan menoleh ke samping saat hp nya berdering, di layar terpampang foto raisa "hallo" ucap afgan saat menempelkan hp nya di telinga
".........."
"aku di rumah, hari ini libur. kamu lagi ngapain ?"
".........."
"lagi males, pengennya ketemu kamu"
".........."
"iya iya, ya udah kamu hati-hati disana. Semangat belajarnya, love you" afgan mematikan sambungan telfonnya. Pikirannya kembali memikirkan kejadian tadi "bodo amat ah, pusing gw" serah afgan lalu beralih berbaring ketempat tidur "mending lanjut tidur" ucap afgan manarik selimut menutupi seluruh badannya
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect true love
Fanfiction-Tamat- "ya, anggap saja ini kisah yang aku lukis hanya denganmu" ucapan raisa berhasil membuat afgan tersenyum "dan anggap juga lagu ini, nada kisah kita bersama" raisa tersenyum lalau mengangguk by: sella