raisa berlari cepat menuju kamar fero yang berada di lantai 2, setelah tadi raisa mendengar keributan di depan rumah fero.
"raisa" panggil fero mencari raisa yang sudah tidak ada di ruang tv
"mungkin dia tau kalo gw disini" ucap afgan, beril menepuk bahu afgan
"mungkin raisa masih tenangin dirinya bro"
fero berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, di ikuti afgan dari belakang sementara beril menunggu di bawah. setelah berada di depan kamarnya, fero mengetuk pintu pelan "raisa, ada afgan di sini. bisa keluar sebentar"
"fero, biar gw aja" ucap afgan, fero mengangguk lalu pergi membiarkan afgan membujuk raisa
afgan menarik nafasnya, di ketuknya pintu kamar fero "raisa, sayang" panggilannya tak mendapat jawaban "kita harus bicara sayang, kalau kamu kaya gini kapan selesainya. raisa"
afgan mengalah, sudah 30 menit dia mengetuk pintu dan membujuk raisa, namun raisa tetap kekeh tak mau bertemu afgan "ya udah kalau kamu udah ga mau ketemu dan dengerin aku lagi, aku pergi" kata afgan pergi
raisa yang berada di dalam kamar terlihat bingung, dia masih marah dengan kejadian kemarin tapi dia juga tidak percaya jika afgan selingkuh. raisa mendengus, hati dan pikirannya tak sejalan "aku harus gimana ?" bingung raisa
dengan pelan raisa membuka pintu kamar fero, di lihatnya afgan yang duduk di tangga. raisa tersenyum getir saat kakinya melangkah mendekati afgan, ingatannya mengulang kembali kejadian kemarin
langkah raisa terhenti, begitu ingatanya sampai di adegan afgan dan jeha berdekatan. raisa menggeleng keras lalu berbalik untuk kembali ke kamar fero, namun terhenti karna lengan raisa di pegang oleh afgan "raisa"
raisa memejamkan matanya, menetralisirkan perasaanya "aku butuh waktu buat sendiri" ucapnya pelan
"sampai kapan ? sampai kamu lupa aku sayang sama kamu ? atau sampai kamu yakin aku jahat ?"
perkataan afgan membuat hati raisa tersudut, raisa menangis, dia sendiri tidak tau sampai kapan dia membutuhkan waktu untuk menyendiri. jika setiap melihat afgan ingatannya selalau mengulang tentang afgan dan jeha
afgan berjalan dan berdiri di hadapan raisa, memegang kedua bahu raisa "yang kamu liat kemarin, itu salah paham raisa. jeha cuma mau niupin mata aku yang kelilipan" raisa diam, bahkan kini mendengar nama jeha saja raisa tidak suka "liat aku" suruh afgan, namun raisa tak mau melihat afgan.wajahnya menunduk.
afgan meraih wajah raisa dan membuatnya menatap mata afgan "apa kamu liat aku bohong ?" tanya afgan
hati raisa semakin sesak, tatapan itu tatapan afgan yang selalu membuat hati raisa berdegup lebih cepat, tatapan mata afgan yang ia rindukan "apa kamu ngga percaya sama aku ?" kata afgan, raisa mengerjapkan matanya berkali-kali karna airmata yang sudah menumpuk di sekitar matanya
"aku bisa afgan ?" ucap raisa, hati afgan lega, akhirnya raisa berbicara padanya "aku bisa apa, saat hatiku percaya tapi mata menolak dengan bukti dan di dukung oleh ingatan. aku bisa apa ? saat aku percaya tapi langkah menghalanginya. aku bisa apa afgan ? saat aku mencoba meyakinkan diriku sendiri tapi bayang2 kemarin menang membuatku bimbang. coba bilang, aku bisa apa afgan" raisa terduduk menagis, semua yang ingin dia ucapkan kini telah keluar semua dari mulutnya
afgan duduk di hadapan raisa, merengkuh tubuh raisa. afgan menangis, tidak pernah terpikir jika dia telah membuat raisa sesakit ini "aku bisa apa afgan ? aku cinta sama kamu tapi cintaku egois, dia tidak mau melihat kamu berlaku sama dengan yang lain. cintaku cuma mau kamu hanya menspesialkan dia. maaf" erang raisa, tangisnya pecah, tangannya menelusup ke pinggang afgan dan memeluk afgan erat
"kamu ngga perlu minta maaf, yang harusnya minta maaf itu aku bukan kamu sayang. aku yang salah, aku kurang mengerti tentang cinta kamu. maaf" ucap afgan mengecup puncak kepala raisa
tangan afgan beralih ke wajah raisa "aku cuma mau, kamu percaya sama aku dan yakin kalau aku sayang sama kamu ga ada cewe lain dan sebisa mungkin aku akan memahami keegoisan cinta kamu. kamu mau ?" tanya afgan, raisa terenyuh lalu mengangguk pelan dan mereka berpelukan
beril dan fero asik berbincang di depan rumah fero "ko gw baru tau lo sodaranya afgan, perasaan gw ga pernah liat lo di rumah afgan" tanya fero
beril meringis "hehe sorry bro, sebenernya gw bukan sodara afgan gw cuma sahabatnya"
fero melotot "jadi, lo boong sama gw tadi ?"
"ya iyalah, tapi gw boong demi kebaikan bro"
"maksudnya"
"demi sahabat gw" beril mengangguk mengerti
"fero, aku pulang ya" ucap raisa yang muncul bersama afgan, fero menyerngit
"widih, udah baikan nih ceritanya ?" sindir fero, raisa menatap fero sinis "yaelah biasa aja kali liatnya, ya udah sono pulang"
"mantap, nanti bagi-bagi triknya ya gan" ucap beril menaik turunkan alisnya
"trik apaan ?"
"trik meluluhkan hati cewe" kata beril di sertai tawa
"haha ga lucu, udah ayo pulang" ucap afgan
"aku pulang ya, makasih udah jadi sepupu yang baik" kata raisa memeluk fero
"iya sama-sama, rumah gw selalu terbuka kalau lo butuh tempat buat nangis" goda fero yang langsung di sambut cubitan dari raisa "ampun ampun"
"ya udah gw balik, makasih fero" ucap afgan, fero mengangguk lalu afgan, raisa dan beril pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect true love
Fanfiction-Tamat- "ya, anggap saja ini kisah yang aku lukis hanya denganmu" ucapan raisa berhasil membuat afgan tersenyum "dan anggap juga lagu ini, nada kisah kita bersama" raisa tersenyum lalau mengangguk by: sella