pevita membuka pintu rumahnya dengan kasar, tadi di kampus dia mendapatkan kabar jika semua mahasiswa yang mendapat beasiswa di amerika akan dipulangkan kembali ke indonesia karna ada masalah dengan penyelenggara beasiswa. Itu berarti raisa aka kembali dan pasti rencananya untuk menjauhkan afgan dengan raisa akan gagal "rencana gw udah mulai berjalan, eh tuh anak pulang hiss" kesal pevita
"ka afgan..." suara pevita menggema di setiap ruangan, kepalanya ia gerakkan ke kanan dan ke kiri mencari sosok afgan
"buset, tidur dia" kaget pevita yang mendapati afgan tertidur di ruang keluarga "ka afgan bangun, jam berapa ini ?" pevita menarik-narik lengan afgan, mencoba membuat afgan terbangun
"kebo banget sih!" kesal pevita melipat tangan di depan dadanya
Pevita tersenyum, sebuah ide muncul di otaknya. Pevita mengambil hp afgan yang tergeletak di samping afgan tertidur
"eh ada telfon nih" ucap pevita meliha ke layar hp afgan lalu mendekatkan ke telinganya "hallo"
"oh raisa, afgannya lagi jalan sama jeha" pevita berpura-pura jika dia sedang berbicara dengan raisa, afgan yang mendengar nama raisa dan jeha di sebut langsung bangkit dan merebut hp yang sedang pevita pegang
"hallo, sayang jangan percaya, aku di srumah ga kemana-mana" ucap afgan saat hp nya menempel di telinganya
Afgan menoleh menatap pevita tajam saat dia tau jika raisa tak menelfonnya "ga lucu!" sentak afgan lalu duduk di sofa
"ciss, gitu aja marah lo ka" cibir pevita duduk di dekat afgan "lo tidur dari pagi ?"
"engga, gw baru tidur tadi"
"kirain abis anter gw kuliah lo langsung tidur"
"gw bukan kebo de"
"o iya, lo dapet salam dari jeha" ucap pevita, afgan menoleh ke pevita
"jeha ?" tanya afgan, pevita mengangguk "oh"
Mendengar tanggapan afgan atas salam dari jeha, pevita menyerngit "oh doang ?"
"terus gw harus apa !" afgan mengangkat bahunya
"yaaa, salam balik gitu"
"harus banget ?"
"ciss tauah ka" pevita memutar bola matanya acuh
Afgan menatap pevita lalu tangannya menarik tubuh pevita dan menjatuhkannya pada pangkuan afgan "de, lo tau kan gw sayang sama lo ?" tanya afgan mengusap kening pevita
"iya"
"lo seneng kan kalo gw seneng ?"
"iya"
"lo tau kan kalau gw cinta sama raisa ?"
"iya"
"lo juga tau kan kalau gw ga respec ke jeha"
"iya"
"gw boleh jujur ngga sih ?"
"iya"
Afgan mendengus karna pevita hanya menjawab 'iya' saja dari tadi "de, serius"
"iya gw serius ka"
"gw mau cerita tentang perasaan gw akhir-akhir ini tentang raisa dan jeha" Ucap afgan, mendengar nama jeha di sebut, pevita beralih duduk
"raisa, jeha ? apaan ka ?" tanya pevita, wajahnya terlihat antusias untuk mendengarkan cerita afgan
afgan menghela nafasnya pelan "gw sayang banget sama lo de, tapi gw juga sayang banget sama raisa"
"terus ?"
"entah bener atau engga, tapi gw ngerasa kalau lo ngga suka hubungan gw sama raisa dan entah kenapa gw juga ngerasa kalau lo berusaha deketin gw sama jeha"
Pevita melemas, bagaimana bisa afgan merasa seperti itu "lo curiga sama gw ka, curiga kalau gw akan ngerusak hubungan lo sama raisa ?" afgan mengangguk pelan "apa sekarang gw tampak jahat dimata lo ka ?" tanya pevita memejamkan matanya yang setelah itu ada butiran airmata jatuh dari matanya
Afgan menghapus airmata pevita, ada perasaan salah karna telah mengatakan hal seperti itu "gw ga maksud de, gw juga ga nuduh lo, kan gw bilang gw cuma ngerasa aja" Ucap afgan memeluk pevita
Pevita melepaskan dirinya dari afgan "itu sama aja ka, lo bukan ka afgan gw, lo orang lain" ucap pevita berdiri lalu berlari menuju kamarnya
"pevita ! dengerin gw dulu" teriak afgan, namun pevita tak menjawab
'brakgj' pevita menutup pintu kamarnya dengan keras "sorry" ucap pevita menghapus airmatanya
Pevita meraih foto yang terpajang rapi di meja riasnya, disana ada foto dirinya dengan afgan saat mereka bermain bersama. pevita menyentuh foto afgan "yang lo ucapin bener ka, gw emang ga suka hubungan lo sama raisa dan soal jeha, gw cuma manfaatin dia buat bikin lo jauh sama raisa" ucap pevita "gw cuma punya waktu satu minggu buat bikin lo suka sama jeha sebelum raisa kembali dan gw pastiin itu terjadi"
Afgan beranjak menuju kamar pevita "de, buka pintunya de" teriak afgan mengetuk pintu kamar pevita
"biarin gw sendiri ka" ucap pevita dengan nada yang di buat-buat jika dirinya sedih
"de, gw ga bermaksud. Sumpah"
"gw butuh sendiri ka"
Afgan mengalah, dia tau sifat adiknya itu, pevita memang keras kepala dia tidak akan mendengarkan orang lain jika dia menganggap sesuatu itu benar lalu Afgan pergi dari kamar pevita

KAMU SEDANG MEMBACA
perfect true love
Fanfiction-Tamat- "ya, anggap saja ini kisah yang aku lukis hanya denganmu" ucapan raisa berhasil membuat afgan tersenyum "dan anggap juga lagu ini, nada kisah kita bersama" raisa tersenyum lalau mengangguk by: sella