part 11

237 16 2
                                    

"afgan aku___ aku dapet beasiswa ke amerika" raisa menutup matanya, takut melihat ekspresi afgan

Tadi siang raisa mendapatkan kabar dari rektor jika dirinya mendapat  beasiswa kuliah di amerika, senang. Pasti. Namun rasa senang itu berubah saat pikirannya tertuju pada afgan

"selamat sayang" afgan memeluk raisa, bohong jika afgan tidak sedih tapi untuk saat ini afgan tidak mau memperlihatkan kesedihannya di depan raisa. Ini cita-cita raisa dari dulu, ingin mendapatkan beasiswa dan kuliah di amerika.

"afgan kamu..."

"aku seneng, cita-cita kamu terwujud" afgan mempererat memeluk raisa, menyembunyikan wajahnya di cengkuk leher raisa, menghirup aroma khas tubuh raisa yang mungkin tidak akan dia rasakan lagi. Afgan menghapus airmatanya dengan kasar

"kamu ga sedih, aku akan ke amerika dan itu pasti lama"

"engga, yang terpenting cita-cita kamu terwujud" sesak. dada afgan terasa sesak, jika saja afgan tidak memikirkan jika dirinya lelaki (laki-laki pantang nangis) mungkin saat ini dia sudah menangis bahkan menjerit layaknya wanita.

Raisa mendekap afgan saat merasa tubuh afgan gemetar "kalo kamu mau nangis, nangis aja. Aku ga akan bilang kamu cengeng, aku juga ga akan kasihtau orang lain kalau kamu nangis. Rahasia kita" ucap raisa berbisik, afgan menggeleng

"aku malah sedih kalau kamu ga sedih denger kabar ini, 3 hari lagi aku berangkat ke amerika tepat di 1 tahun kita pacaran"

Afgan menahan airmata yang ingin keluar dari matanya, sesak di dadanya pun semakin kuat "raisa, aku sayang kamu" telak, afgan menangis. Sekuat apapun afgan menahan sedihnya, tetap saja sedihnya lebih kuat dari rasa tegarnya "jangan pergi, raisa. Jangan.." lirih afgan

Raisa mengusap puncak kepala afgan, mencoba menenangkanya "aku ingin, tapi ini mimpi aku afgan" ucap raisa ikut menangis

Jika mungkin, tinggallah
Jarak dan waktu tidak pernah bisa memberi ruang
Jangan pergi, tinggallah disini

afgan menyandarkan kepalanya pada bantalan sofa di kamar raisa, pandangannya terarah ke raisa yang sedang mencari sesuatu di dalam laci lemarinya "3 hari lagi" afgan menutup matanya, mencoba menegarkan dirinya sendiri lalu kembali membuka mata dan menatap raisa yang berjalan ke arahnya

"ini buat kamu" raisa memberikan sebuah kalung, afgan menerima kalung itu

"apa ini kenangan ?" tanya afgan, raisa menggeleng pelan lalu mengambil kalung dari tangan afgan

"kamu liat ini" raisa menunjuk bagian sisi kalung, ada tulisan terukir disana

"Afra_2612, itu ?"

"ini nama kita dan tgl jadian kita" raisa mendekat ke afgan, memakaikan kalung itu ke leher afgan "jangan lepas sampai aku kembali" pesan raisa, afgan mengangguk "dan ini punya aku" raisa menunjukan kalung yang sama, afgan meraih kalung raisa

"aku pakein" ucap afgan, raisa mengangguk lalu afgan memakaikan kalung itu

"jangan lupa kasih kabar" afgan berbisik sambil mengaitkan kalung, raisa mengangguk pelan "pasti" ucapnya

"bisa kita pergi malam ini ?" tanya afgan

"kemana ?"

"ke suatu tempat, yang pasti aku yakin kamu suka" raisa menangguk menyetujui

Afgan mengubah posisi duduknya hingga menghadap raisa "sayang"

"ya ?"

"apa hubuangan kita tetep lanjut, meskipun kita LDR ?"

"Apa kamu keberatan ?"

afgan menggeleng "bukan begitu, aku pikir di amerika banyak cowo ganteng jadi___"

"aku ga kaya gitu, aku bukan tipikal cewe yang gampang suka sama orang. kamu tau kan ? lagian aku ga mungkin cari yang lain kalau sama kamu aku udah nyaman"

Afgan tersenyum "yakin ?" tanya afgan menggoda, raisa mengangguk mantab "aku selalu berdoa semoga cuma kamu yang akan menutup kisah cinta aku, dan kalaupun saat ini kita di pisahkan jarak toh yang penting kita saling percaya. Aku pergi membawa cintamu bersamaku dan meninggalkan cintaku bersamamu, lalu apa yang membuat kamu tidak yakin ? kalau cintaku aku tinggal disini ?" ucapan raisa sukses membuat wajah afgan tersipu

"aku cinta raisaaaaaa" teriak afgan

"afgan!" raisa membekap mulut afgan, suara afgan benar-benar keras sampai menggema di setiap ruangan

Afgan melepaskan tangan raisa "kamu romantis banget sih ternyata, makin syukak sama kamu"

"apaan sih"

"tapi tadi beneran kan yang kamu bilang"

"aku tidak akan membohongi orang yang aku sayang, kecuali kalo kepepet"

"ya! raisa"

"ya! afgan, jangan teriak"

Mereka tertawa bersama, sejenak melupakan kesedihan hari ini.

perfect true loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang