part 21

190 13 2
                                    

afgan tersenyum melihat dirinya di cermin "alay ga yah gw, hiii" ucapnya geli sendiri

hari ini afgan sudah membuat rencana yang di bantu oleh beril, afgan berniat membuat kejutan kecil untuk raisa. penampilan afgan memang berbeda dari biasanya, dengan pd nya afgan keluar dari kamar

afgan melirik pevita yang sibuk mengerjakan tugas kampusnya di ruang tv, tanpa ingin berbicara dengan pevita afgan pergi keluar rumah

begitu afgan keluar rumah, afgan di sambut tawa oleh beril yang geli melihat penampilan afgan "kenapa lo ketawa ?" sentak afgan, beril menutup mulutnya

"sumpah, parah lo lucu parah" ucap beril mengahampiri afgan

"diem lo, demi raisa nih gw begini"

"udah ayo"

afgan dan beril pergi ke rumah raisa dengan mobil beril "lo bisa diem ngga sih gan, risih gw liatnya" kata beril mencoba fokus menyetir

"grogi nih gw" ucap afgan, dia sendiri tidak tau kenapa dia bisa segrogi ini

"lo kaya mo nembak cewe tau ga, grogi banget"

afgan mengangguk, dia sendiri bingung kenapa dia bisa grogi "gw ko takut ya, takut raisa ga mau dengerin penjelasan gw"

"ya elah, lo udah kenal raisa kan. gw rasa dia mau ko dengerin lo"

"makasih ya bro, lo emang temen gw" kata afgan menepuk bahu beril dan diangguki oleh beril

sesampainya di depan rumah raisa, afgan mempersiapkan dirinya. beril membantu afgan menata taman depan rumah raisa yang hanya berhiaskan rumput dan satu pohon mangga sedang kemudian mengubah menjadi taman dengan banyak bunga, bukan hanya tanaman tapi afgan juga membuat pola nama raisa dari kelopak bunga

afgan menarik nafasnya, dipetiknya senar gitar dan memainkan sebuah lagu 'cinta miliknya'. beril sendiri sudah siap dengan kamera yang ia pegang untuk merekan moment itu

sudah hampir dua kali lagu yang afgan nyanyikan, tangannya pun mulai lelah memainkan gitar bahkan beril sudah kembali ke dalam mobil, selain karna lelah cuaca juga kurang mendukung untuk berlama di sana

afgan menyeka keringat yang mengucur dari keningnya, namun tidak membuatnya menyerah. dia tetap bernyanyi meskipun raisa tak kunjung keluar "ayodong sayang keluar, kita harus ngomong"

bibir afgan tertarik tersenyum begitu melihat pintu rumah raisa terbuka, namun luntur sekerika begitu yang keluar dari rumah raisa adalah bi ina bukan raisa seperti yang di harapkannya

"lon den afgan, bibi kira pengamen makanya bibi biarin ternyata den afgan. mari masuk den" ucap bi ina sopan, afgan menggeleng

"ga usah bi, raisa aja yang suruh keluar bi"

bi ini meringis iba "yah den, non raisa ngga di rumah. non raisa lagi di rumah den fero"

'brag' afgan menjatuhkan dirinya terduduk, sia-sia dia berdandan ala-ala 80 tahunan dan nyanyi sambil main gitar, panas-panasan pula tapi raisa tidak ada di rumah "rumah fero di mana bi ?" tanya afgan datar, afgan memang mengenal fero namun dia tidak tau dimana rumah fero

"deket kok den dari sini, di depan kan ada masjid nah di samping masjid ada jalan nanti den afgan ke situ terus den afgan cari aja komplek serada94 den. rumah den fero ke dua dari pos satpam den" jelas bi ina, afgan mengangguk

"makasih ya bi" ucap afgan lalu pergi ke mobil beril

"kenapa lo gan ?" tanya beril saat afgan masuk ke dalam mobil dengan wajah kecewa

"huh, raisa ga di rumah dia di rumah fero"

beril melongo "jadi 2 jam kita disini sia-sia dong" afgan mengangguk

"ayo jalan, kita ke rumah fero"

"bunganya gimana ?"

"biarin aja, ga usah pake bunga"

"lo tetep mo nyanyi sambil main gitar ?" tanya beril kasian melihat jari afgan yang memerah karna terlalu lama bermain gitar

"engga, jari gw perih, suara gw juga serak. dan baju ini gw ga mau pake" ucap afgan melepas bajunya

"lah terus gimana rencana lo buat raisa ?"

"gw mau biasa aja, gw rasa raisa lebih suka gw apa adanya di banding gw jadi orang lain"

"ok, lo tunjukin arah rumah fero" ucap beril menjalankan mobil, dalam hati, beril sangat salut dengan sahabatnya ini, perjuangan afgan demi meminta maaf pada raisa sangat hebat

*****

raisa duduk bersandar pada bahu fero, mereka sedang menonton tv "gw mau ke tempat fotocopi dulu, lo mau ikut ga sa ?" tanya fero

raisa menggeleng "ngga ah, aku di sini aja"

"ya udah, gw keluar dulu ya. eh lo nitip sesuatu ngga ?"

"emm beliin eskrim aja"

"ok" fero berjalan keluar rumah, saat fero keluar gerbang rumah mobil beril berhenti di depan rumah fero

"mobil siapa nih ?" tanya fero heran

beril keluar dari mobil dan disusul afgan, fero menatap afgan sinis "ngapain lo ?" tanya fero

"gw mau ketemu raisa, dia di rumah lo kan ?"

"ngga, raisa ngga di rumah gw" bohong fero, dia tidak mau raisa disakiti lagi oleh afgan

"raisa salah paham bro, biarin mereka selesain masalah mereka" ucap beril menengahi

'ckck' decak fero "raisa sepupu gw, jadi gw ga mau sodara gw di sakitin. apalagi raisa cewe baik, gw ga suka liat raisa nangis. mendingan lo jauhin raisa"

"gw ga ada maksud nyakitin raisa, dia cuma salah paham"

beril menepuk bahu fero "gw tau lo sodara raisa, jadi gw ngerti sikap lo. gw juga sodara afgan, tapi gw ga belain afgan, gw cuma memberi dukungan ke dia untuk menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. biarin afgan bicara sama raisa, kita sebagai sodara yang sayang sama mereka harusnya kita membiarkan mereka menyelaikan masalah mereka bukan membiarkan salah satu dalam pendirian yang salah. itu ngga akan selesein masalah bro" ucap beril, fero menghela nafas yang di ucapkan beril memang benar, dia tidak boleh menghalangi afgan untuk berbicara ke raisa karna jika ternyata raisa hanya salah paham maka raisa akan tetap berpikir jelek ke afgan

"ya udah ayo masuk"

afgan merangkul bahu beril "gw hutang budi sama lo, ngga percaya gw apa yang baru gw denger dari mulut lo. the best lo bro" kata afgan, beril mengangguk, dia sendiri merasa kagum dengan ucapanya

perfect true loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang