afgan membuka matanya pelan dan mengerjapkannya berkali-kali saat melihat layar hp nya tak ada satupun pesan dari raisa "kamu kenapa sih sayang" lirih afgan kecewa, dia pikir raisa akan membalas pesan nya tapi ternyata tidak bahkan hp raisa tidak bisa di hubungi
"ka afgan" seloroh pevita masuk ke kamar afgan "ka ada jeha noh di luar" ucap pevita duduk di dekat afgan berbaring
"gw lagi ga mood, lo aja yang nemenin. males gw" afgan menutupi wajahnya dengan bantal, memikirkan raisa membuat kepalanya hampir pecah dan sekarang di tambah jeha
pevita menarik bantal yang menutupi wajah afgan "lah dia mau ketemu lo, kenapa gw yang harus nemenin dia. ogah. ayo ka keluar, hargai dong dia kesini buat nemuin lo" paksa pevita
afgan mendengus kesal "usir aja kalo gitu, beres kan"
pevita memicingkan matanya "wets, biasa aja dong. ngga usah pake otot" omel pevita
afgan melengos "gw lagi banyak pikiran, jangan ganggu gw"
"terus gw peduli ? engga !, yang gw tau kaka gw ngajarin 'kita harus bersikap sopan dan saling menghargai' oh jadi ini artinya"
mendengar perkataan pevita, afgan bangkit lalu berjalan keluar kamar, dia tidak mau jika pevita menilai ucapannya keliru dan di susul pevita
dengan malas afgan memaksakan senyum "hai je" sapa afgan, bibirnya ia paksakan agar tersenyum sopan sementara pevita sudah duduk manis di sebelah jeha
"hai afgan, eh gw bawa kue loh" jeha menunjukan kotak makanan yang berisi kue
"gw udah makan je, buat lo sama pevita aja" tolak afgan duduk di sebelah pevita
"ngga baik loh, nolak rejeki. lagian gw ngga liat lo makan ka, perasaan dari tadi lo di kamar deh"
afgan menatap tajam ke pevita "lo aja ngga liat de" ucap afgan penuh penekanan, pevita meringis "ah ngga papa kali makan kue mah kan ngga bikin gemuk. itung-itung cuci mulut lah ka" pevita masih berusaha agar afgan mau memakan kue yang di bawa oleh jeha
berhubung afgan sedang tidak ingin bertengkar dengan siapapun termasuk adiknya, akhirnya dengan terpaksa afgan mengambil sepotong kue yang di bawa oleh jeha. dengan pelan afgan mengunyah kue itu lalu menelannya kuat-kuat "enak kan ?" tanya jeha
afgan tersenyum kaku 'astaga kue apaan nih nyangkut di tenggorokan gini, ngga mau ketelen' umpat afgan dalam hati dan setelah itu afgan berlari ke dapur untuk mengambil air minum
"lo bikin sendiri je ?" tanya pevita, jeha mengangguk cepat "iya" ucapnya kemudian. pevita mengangguk-angguk, dugaannya benar. mana mungkin kue toko rasa dan teksturnya seperti ini. hancur.
"lain kali lo bawa buah aja ya je, ka afgan lebih suka buah" ucap pevita
"ok"
"afgan mau lagi ?" tawar jeha setelah afgan kembali dari dapur, afgan menggeleng cepat "engga makasih, gw kenyang" ucap afgan menolak
****
raisa tersenyum, langkahnya terus menyusuri jalanan, matanya menangkap sosok yang berdiri tak jauh darinya. raisa berjalan cepat menuju orang itu "aku kangen" ucap raisa mendekap orang itu****
setelah selesai makan kue, kini afgan dan jeha sedang mengobrol. sesekali terdengar tawa dari afgan dan jeha bahkan ejekan pun mulai terdengar
"lo apaan, jomblo aja bangga" ejek afgan menjulurkan lidarnya ke arah jeha
jeha mendengus "lah lo punya pacar tapi kaya jomblo, mendingan gw" balas jeha
"mending gw lah dari pada lo jones" afgan masih terus mengejek jeha, sikap mood nya mulai naik . pevita yang hanya diam mengamati afgan dan jeha lalu tersenyum miring "mudah banget sih ka, jeha naikin mood lo" ucapnya lalu pevita pergi ke kamar membiarkan afgan berdua dengan jeha
"afgannnn" rengek jeha memukul afgan dengan bantal sofa
"aduh" pekik afgan begitu merasa ada sesuatu yang masuk ke dalam matanya setelah di pukul oleh jeha dengan bantal
"lo kenapa ?" tanya jeha khawatir
"bantalnya ada debu deh kayanya" ucap afgan mengucek-ngucek matanya, jeha mendekat ke wajah afgan
"coba sini gw tiup, diem ya" perintah jeha menyentuh pinggir mata afgan
di sisi lain pintu rumah afgan di buka pelan oleh seseorang, senyum yang tadinya mengembang kini luntur berganti dengan butiran airmata yang jatuh begitu saja bersama rasa sakitnya, tangannya mencengkram erat boneka yang dia bawa "afgan"
afgan menoleh ke sumber suara "ya" ucapnya
betapa kaget nya afgan mendapati sosok di belakangnya bahkan jeha pun terdiam "raisa" suara itu muncul dari mulut jeha
"sayang" afgan berdiri dan mendekat ke raisa, tangannya menyentuh wajah raisa "ini kamu, sayang" afgan merengkuh tubuh raisa dalam dekapannya, menumpahkan semua rasa rindunya pada sosok wanita yang menempati ruang cintanya.
raisa diam saja, membiarkan afgan melepaskan rasa rindu padanya "kamu kok ngga bilang kalau kamu pulang sekarang" tanya afgan menatap raisa lalu kembali memeluk raisa
jeha mendengus kesal "sialan" umpatnya setelah itu pergi dari rumah afgan tanpa pamit
"kamu masih sama seperti dulu" afgan memandang satu demi satu bagian dari wajah raisa mulai dari mata, pipi, hidung hingga bibir "cantik" puji afgan tersenyum. tunggu. afgan tersadar, mata raisa berair
"sejak kapan kamu deket sama jeha ?" tanya raisa datar dan tanpa ekspresi, afgan menelan paksa ludahnya ia lupa raisa melihat kejadian yang salah
"sayang aku bisa jelasin"
"sejak kapan kamu deket sama jeha ?"
"yang tadi ngga seperti apa yang kamu pikirin"
"sejak kapan kamu deket sama jeha, afgan" nada suara raisa mulai meninggi
"kamu salah paham sayang"
"sejak kapan kamu deket sama jeha, afgan. sejak kapan !?" tanya raisa sedikit berteriak, tubuh raisa mulai tak seimbang dan akhirnya raisa terduduk di lantai
"sayang" afgan memegangi tubuh raisa "aku bisa jelasin" raisa mulai menangis "aku deket sama jeha cuma sebatas teman, dan tadi. tadi aku kelilipan tadi jeha cuma mau niupin mata aku doang sayang ngga lebih" jelas afgan
raisa menepis tangan afgan dengan kasar "lepas, aku mau pulang" sentak raisa berdiri dan melangkah keluar rumah afgan
"sayang dengerin aku dulu" afgan mencegah raisa, tangannya memegangi tangan raisa kuat
"lepas afgan, lepas !" raisa menepis tangan afgan, namun karna kuatnya afgan membuat tangannya tak bisa lepas dari genggaman afgan
"ngga, sebelum kamu dengerin aku dulu"
"lepas, lepas! plak" tamparan dari tangan raisa mendarat mulus di pipi afgan membuat tangan afgan terlepas sendiri "aku kecewa sama kamu" ucap raisa lalu pergi
afgan menyentuh pipinya yang di tampar raisa, ini pertama kalinya afgan melihat raisa semarah ini dan ini terjadi karna dirinya "sayang" lirih afgan menangis "maaf"

KAMU SEDANG MEMBACA
perfect true love
Fanfic-Tamat- "ya, anggap saja ini kisah yang aku lukis hanya denganmu" ucapan raisa berhasil membuat afgan tersenyum "dan anggap juga lagu ini, nada kisah kita bersama" raisa tersenyum lalau mengangguk by: sella