raisa tersenyum dengan terus melambaikan tangannya ke arah afgan, kini ada dinding pembatas dan ada jarak tak terhingga diantara hubungannya "ini pihak ketiga dihubungan kita" desih raisa
Afgan menatap raisa yang semakin berjalan menjauh, pandangannya tak teralih "ini akhir atau awal kisah baru ?"
Bawalah pergi cintaku
Ajak kemana engkau mau
Jadikan temanmu, teman yang paling kau cinta
Disiniku pun begitu
Trus cintaimu dihidupku
Di dalam hatiku, sampai waktu yang akan pisahkan kita berduaAfgan memutar tubuhnya saat raisa hilang dari jangkauan pandangannya, satu tetes airmata menetes dari mata afgan "ayolah, kenapa gw jadi melow gini sih!"
_pesawat
Raisa hanya diam menatap keluar jendela pesawat, memikirkan afgan dan kehidupan barunya nanti "aku harap kamu nunggu aku sampai pulang" lirih raisa menyentuh kalung yang melingkar di lehernya
Pikiran raisa melambung, 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Hubunganya dengan afgan mungkin akan mengalami perubahan, bukan karna waktu dan jarak tapi pertemuan yang tidak memungkinkan. raisa yakin dirinya bisa bertahan dengan hubungannya dengan afgan, tapi bagaimana dengan afgan ? apa dia bisa menunggu sampai raisa pulang
raisa mengambil hp nya yang berada didalam tas, jari tangannya bergerak lincah menekan tombol-tombol yang ada di hp. Tak lama hp raisa berbunyi, bertanda sebuah pesan masuk. Raisa tersenyum begitu membaca isi pesan dari afgan lalu jarinya kembari aktif menekan tombol hp untuk membalas pesan afgan
"i love you" lirih raisa lalu mencium layar hp nya
Matahari menyapa, Kala dirimu ada
Kaulah sebuah jawaban Semua tanya
Walau musim berganti, Ku kan selalu setia menanti
walau hanya dalam hati Ku nyatakan, dengarkanlah
Cobalah kau dengar, Walau tanpa kata
Kau yang bisa memberikanCinta sempurna
Sungguh hati ini tak mampu ungkapkan Semua rasa yang lama terpendam di dada
Hanya kamu membuatku Merasakan cinta yang sempurna_rumah afgan
afgan menjatuhkan tubuhnya kasar ke tempat tidur, tatapannya menerawang "kenapa lo ka?" tanya pevita yang masuk ke kamar afgan
afgan mengubah posisinya menjadi duduk "gw abis nganter raisa ke bandara" ucapan afgan membuat pevita tersenyum miring
"terus ?"
"gw kangen sama dia"
pevita mengalihakan pandangannya acuh "ciss, lo baru ketemu beberapa menit yang lalu kak. dan lo udah kangen ? lebay lo ka!" cibir pevita
afgan bersandar pada bahu pevita "lo belum rasain, gimana sedihnya lo di tinggal sama orang yang lo sayang"
"kalau gw di tinggalin orang yang gw sayang, gw cari yang lain lah. bukan sedih kaya lo" ucap pevita
"ah, ga asik lo de. keluar sana, gw mau sendiri" usir afgan, pevita berdecak "ckck, yaelah becanda ka'' ucap pevita memukul bahu afgan ''lagian sejak kapan lo jadi melow gini, jiji gw liat nya"
"lo lama-lama ngeselin ya de" pevita meringis takut di tatap tajam oleh afgan
"piss ka piss" ampun pevita menunjukan kedua jari tangannya membentuk piss
afgan merebahkan tubuhnya di tempat tidur ''lo punya seseorang yang lo sayang banget selain keluarga ga de ?" tanya afgan, pevita mengangguk lalu ikut berbaring di sebelah afgan
"gw juga punya seseorang yang gw sayang ka. bahkan saking sayangnya, gw terkadang egois ngga mau dia sama cewe lain bakan gw pernah berpikir ngga akan ngebolehin dia punya temen cewe. tapi saat dia pergi untuk sesuatu yang ingin dia raih, gw marah bahkan gw sampe mutusin dia"
"terus dia terima lo putusin dia ?''
pevita menggeleng "engga, dia ngga mau kita putus tapi gw tetep pada pendirian gw. karna yang gw tau, hubungan LDR ngga akan bisa menjamin bertahannya sebuah rasa"
mendengar cerita pevita, afgan menjadi kepikiran tentang hubungannya. afgan merasa jika pengalaman yang pevita ceritakan mirip dengan kisahnya dengan raisa saat ini "tapi de, gw rasa LDR ngga bisa jadi alasan untuk putus yang hanya karna masalah jarak. sebenarnya menurut gw, bertahannya suatu hubungan bukan berdasarkan jarak dan waktu tapi kepercayaan de"
"kepercayaan ? lo bisa percaya saat orang yang lo sayang bilang dia lagi kerja tapi disana dia lagi jalan sama yang lain, lo percaya ?'' ucapan pevita sedikit membuat afgan gundah, namun dia meyakinkan dirinya jika raisa tidak akan seperti itu
"tergantung dari orangnya sih, kalo gw mah percaya sama raisa seperti dia percaya sama gw"
"kepedean loh ka, udah ah gw mau ke kamar gw ngantuk" pevita berdiri lalu berjalan keluar dari kamar afgan
"gw harap kepercayaan kita terjaga" harap afgan berdoa lalu memejamkan matanya untuk sekedar terlalap agar melupakan kegelisahanya sebentar
Pevita yang masih berdiri di ambang pintu, berbalik menatap afgan "segitu cintanya ya lo ka sama raisa, tapi gw ga suka. Maaf kalo gw lakuin ini gw harap ini yang baik buat lo ka, gw sayang banget sama lo dan gw ga suka lo lebih sayang sama yang lain melebihi lo sayang ke gw. Gw tau gw egois gw cuma mau kakak gw, itu aja" pevita menghela nafasnya pelan lalu kembali berjalan keluar kamar afgan
pevita mengambil hp nya yang berada di saku celanya "halo, gw pevita. Gw setuju tentang rencana lo" ucap pevita lalu mematikan hp nya "maaf ka" lirih pevita
_amerika, asrama
Raisa merapikan pakaiannya di lemari, sesekali mendesah pikirannya tak mau jauh dari afgan "apa aku kangen sama kamu ?" raisa meraih bingkai foto yang ada di dalam koper, terpampang wajah ceria dirinya dan senyum manis afgan, senyum yang selalu membuat raisa ikut tersenyum walaupun terkadang suasana hatinya tidak baik.
"jeha" raisa menangkup mulutnya, entah kenapa nama jeha tiba-tiba keluar dari mulutnya. kemarin afgan bercerita tentang jeha yang menyukai afgan, bahkan afgan bilang jika jeha sangat terobsesi padanya "aku harap sesuatu yang ngga aku inginkan bahkan yang ngga aku bayangin ngga akan terjadi" ucap raisa beharap
'tok tok tok' raisa menoleh ke pintu kamarnya, raisa berjalan ke pintu lalu membukanya "maaf, siapa ya ?" tanya raisa pada perempuan cantik yang berdiri di depannya
"hai, aku milli kamu raisa ya ?" tanya perempuan yang bernama milli itu, raisa mengangguk ringan
"ohh kamu yang dari surabaya ya, yang satu kamar sama aku ?" tanya raisa, milli tersenyum lalu mengangguk "ayo masuk" ucap raisa mempersilahkan milli masuk
setelah membereskan pakaian masing-masing lalu mereka duduk di pinggir tempat tidur sambil mengobrol dan membuat mereka mengerti satu sama lain "kita sama-sama berjuang yah" ucap raisa tersenyum dan disambut senyum pula oleh milli
"ih lucu banget, ini adik lo ?" tanya raisa saat melihat foto yang milli letakan di atas meja, milli mengangguk
"gw cuma hidup berdua sama adik gw dan saat ini dia tinggal sama kakaknya mamah"
"milli maaf, kalo boleh tau orang tua lo kemana ?"
Milli menunduk sedih "mereka sudah meninggal, tepat saat gw ultah yang ke 17"
"maaf milli aku ga ada maksud bikin lo sedih" sesal raisa
"ngga papa"
"udah dong jangan sedih, sekarang lo ga hanya berdua sama adik lo, sekarang lo anggota keluarga gw. Jadi kalau ada apa-apa lo bisa berbagi sama gw"
"makasih raisa" milli memeluk raisa hangat
"sama-sama" balas raisa
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect true love
Fanfiction-Tamat- "ya, anggap saja ini kisah yang aku lukis hanya denganmu" ucapan raisa berhasil membuat afgan tersenyum "dan anggap juga lagu ini, nada kisah kita bersama" raisa tersenyum lalau mengangguk by: sella