part 9

232 14 0
                                    

suasana kampus masih tampak sepi, mungkin karna masih pagi.

Raisa memanyunkan bibirnya, kesal. Dia sudah menolak berangkat ke kampus sepagi ini, namun mamahnya tetap memaksa agar pergi ke kampus

"afgan mana sih!" pandangan raisa menelusuri area kampus mencari sosok afgan atau setidaknya orang selain dirinya

"demi apa ? apa cuma aku yang ada di kampus ?"  ucap raisa tak percaya, tapi sepertinya memang hanya ada raisa di kampus dan belum ada mahasiswa yang lain "raisa, kamu emang mahasiswi rajin. eh bukan! paling rajin" raisa mengangguk-angguk

Dengan pasrah akhirnya raisa menjatuhkan tubuhnya pada kursi yang ada di depan perpustakaan, sambil menunggu afgan "ini aku yang rajin, apa mereka yang dong-dong ya ? jam 06.30 belum pada dateng" gerutu raisa

Tampak seorang wanita memasuki kampus, wanita itu cantik "siapa ya ? kok aku baru liat tuh cewe" bingung raisa sambil membenarkan kacamatanya

Wanita itu mendekat ke raisa "hai" sapanya mengulurkan tangan ke raisa

"hai" raisa menjabat tangan wanita itu

"aku jeha, anak baru disini. salam kenal" ucap wanita yng bernama jeha itu dengan tersenyum

"aku raisa, salam kenal"

Jeha lalu duduk di dekat raisa, mengobrol dengan raisa dari tentang mereka sampai gosip yang sedang hits "kamu asik juga ya orangnya" ucap jeha

"ngga juga, tergantung lawan bicara aku sih sebenernya" raisa tertawa kecil, menurutnya jeha adalah teman yang asik dan baik terlebih dia sopan dan ramah dalam berbicara

"raisa" panggil afgan yang berjalan mendekat ke raisa dan jeha, raisa menoleh ke afgan

"eh afgan, ini kenalin jeha" ucap raisa, afgan menatap jeha 'ni cewe yang waktu itu kan ya ?"

"jeha ini afgan"

"aku udah kenal kok" ucap jeha tersenyum ke arah afgan

Afgan manarik tangan raisa menjauh dari jeha "afgan apaan sih, ga sopan tau" raisa melepaskan tangan afgan dari lengannya

"jangan terlalu deket sama dia" perintah afgan menunjuk ke jeha, raisa mengerutkan dahinya bingung

"emang kenapa, dia baik"

"ga sebaik yang kamu kenal sayang, kamu nurut aja kenapa sih"

"iya deh" pasrah raisa menurut lalu mereka kembali ke tempat jeha

"maaf ya jeha lama" ucap raisa

"ga papa kok, aku ke kelas dulu ya raisa" pamit jeha, raisa mengangguk lalu jeha pun pergi.

setelah kepergian jeha, Afgan duduk di dekat raisa "kenapa ?" raisa sedikit risih karna ditatap oleh afgan dengan sesekali tersenyum "ga papa" afgan menggeleng pelan

*****

Afgan keluar dari kelas, dia baru selesai dengan matakuliah akuntansi yang membuatnya pusing. Karna raisa sudah memberitaunya jika raisa sudah pulang duluan, afgan pun segera pulang. namun saat di depan ruang 425, seseorang menarik afgan masuk.

"kamu ga tau, banyaknya cowo yang mau jadi pacar aku ?"

"tapi gw salah satu yang ga mau jadi pacar lo"

"apa sih kurangnya aku dibanding raisa ! afgan, raisa tuh ga pantes buat kamu. Kamu ganteng, tenar, multitalen harusnya kamu sama aku biar sederajat"

"lo salah kalau lo bilang raisa ga pantes buat gw, bahkan kalau dibandingin, lo sama raisa lo kalah jauh dari raisa. Ngerti lo ! minggir gw mau keluar" afgan mendorong paksa tubuh jeha yang berdiri di hadapannya dan membuat jeha hampir terjatuh

afgan berbalik menghadap jeha setelah mendapati pintu ruangan terkunci dan kuncinya tidak ada di pintu "mana kuncinya!" sentak afgan, jeha menggeleng "aku ga tau" kilahnya

"jangan bercanda atau menguji kesabaranku jeha" afgan berkata dengan penuh penekanan, tatapannya menakutkan seakan ingin menerkam. Jeha menelan ludanya paksa, takut melihat tatapan afgan yang mengerikan

"kalau kamu mau jadi pacar aku, nanti aku bukain pintunya" jeha mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam afgan, kakinya seraya melangkah mundur menghindar dari afgan yang berjalan mendekatinya

"ga akan, gw cuma cinta sama raisa" afgan semakin dekat dengan jeha

"afgan" ucap jeha ketakutan, langkahnya terhenti karna dia sudah di sudut ruangan, afgan memegang pundak jeha kasar

"jangan ganggu gw dan raisa, urusin hidup lo sendiri, ga semua yang lo mau orang lain harus nurutin, setiap orang punya pilihan dan jalan hidup sendiri. Dan gw ga suka sama lo, gw cuma suka sama raisa. Ngerti !" Jeha mengangguk pelan dan setelah itu afgan melepaskan tangannya dari pundak jeha

"buka pintunya, gw harus pulang" suruh afgan, jeha mengangguk lalu berjalan cepat ke arah pintu dan membukanya. Setelah pintu terbuka, afgan segera keluar dari ruangan tanpa memperulikan jeha yang masih  diam di ruang itu.

perfect true loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang