Rainy Day

152 16 0
                                    

"Waktu bisa saja pergi, menyisakan senyum ataupun duka. Namun jika 'waktu' itu pergi membawa serta dirimu. Dia takkan menyisakan apa-apa. Hampa."
-d
[ Cloudyheart_ ]

______________

"Apa kau kecewa?"

Suaranya membuka keheningan di antara kami. Aku masih berdiri sambil menatap keluar jendela. Sepertinya hujan akan menemani langit hingga malam.

"Kecewa? Untuk apa?"

Jari-jari tanganku menyentuh permukaan kaca jendela. Mengikuti tetesan air hujan yang jatuh dipermukaan lainnya. Seolah menari bersamanya. Padahal aku benci hujan. Seharusnya hari ini kami bersenang-senang. Merayakan tahun ke 5 kebersamaan kami. Menebar sejuta harapan yang selalu menguatkan kami dan ku harap bisa membuang kenyataan pahit yang menanti kami.

"Maafkan aku."

Aku menarik napas panjang. Lalu membuangnya secara kasar.

"Sudahlah. Aku tidak apa-apa. Kita bisa melakukannya dilain waktu."

Hening.

"Bagaimana jika 'waktu' itu tidak ada lagi?" ucapannya yang tiba-tiba membuat aku membeku. Aku benci ini.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti." Aku berbohong lagi.

"Kau tahu maksudku Krystal, jangan mencoba lari lagi. Kita tidak bisa terus menutupi kenyataan..." cukup! Jangan lanjutkan. Ku mohon. Dewi batinku berteriak. Menggantikan bibirku yang terasa mati. "...aku tau ini berat. Bukankan aku memintamu untuk meninggalkan aku?!" Ia sedikit meninggikan suaranya, aku tau Ia sedang mengontrol emosinya sekarang. Aku menggigit bibirku sendiri. Sambil menahan isakan yang ditimbulkan oleh sesak di sudut mataku, aku menggelengkan kepala dengan kuat. Meski berkali-kali ia memintaku pergi, aku tidak akan pernah mau meninggalkannya. Kemudian, Aku mendengar suara decitan ranjang besi yang di dudukinya. Lalu sebuah lengan melingkar lembut di pinggangku. Ia memelukku sambil menyandarkan kepalanya di bahu belakangku.

"Maafkan aku. Maafkan aku. Aku terus saja membuat air mata di wajahmu"

Mendengar suaranya yang pilu membuat isakanku semakin terdengar jelas. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku tahu ini juga bukan kemaunnya. Aku tau penyakitnya tidak dapat di sembuhkan lagi. Aku tau kenyataan itu. Seharusnya aku yang menguatkannya. Namun aku yang bodoh ini tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya belum bisa menerima semuanya karna aku tak ingin kehilangannya. Aku menatap wajahnya dari pantulan kaca jendela. Ia memejamkan matanya. Pelukannya semakin hangat, tangannya yang kurasa semakin kurus memeluk erat pinggangku. Membuat detak jantung kami saling menyatu. Namun hal ini malah membuat dadaku semakin sesak. Air mataku semakin deras terasa. Aku melihat setetes luka ikut jatuh dari sudut matanya yang tertutup. Kami menangis dalam diam. Menikmati luka ini, bersama derasnya hujan di luar sana. Tuhan, Aku mencintai laki-laki ini. Sangat mencintainya. Ku mohon izikan Ia bersamaku lebih lama lagi.

End.

..........

Maaf jika masih terdapat banyak typo:(
Please vote and comments 😘😘

Note: Cerita ini dulunya FF krytal dan myungsoo berjudul "Air ballon (fly) ". Namun saya edit ulang dan publikasikan di sini. Karena suatu hal FF tersebut harus saya hentikan. Jadi jika sedikit ada kesamaan cerita itu memang sama hehehe.

Tea and coffe (Antologi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang