Promise

197 20 3
                                    


"Kadang memang ada yang saling mencintai. Namun berakhir untuk saling menyakiti."
-d
[ cloudyheart_ ]
..........................

Dulu kami sering bersama. Bertegur sapa hingga tertawa. Aku menyukainya. Dan dia menyukaiku. Meski tak ada yang pernah mengatakannya dan berusaha memulainya. Kami nyaman seperti itu. Kami pernah sama-sama terluka dan dikhianati. Kemudian berusaha saling mengobati. Tapi tak ada yang berani membuka hati. Kami memang saling melengkapi. Tapi masih belum saling percaya sepenuh hati. Itu sebelum aku mengenalnya lebih dekat. Ternyata wanita itu memang lemah. Mudah jatuh hatinya. Mudah tinggi harapannya. Dan mudah luka perasaannya. Dia sadar. Oleh sebab itu dia menahannya. Sering hilang seenaknya. Dia bilang, dia takut menyakitiku. Sama seperti yang mantanku lakukan padaku. Dia juga takut aku menyakitinya. Sama seperti yang mantannya lakukan padanya. Sebelumnya aku memang terluka, 2 tahun menjalin cinta, mantanku malah mendua. Bersama sahabatnya. Meskipun tak sesakit Juna, Juna nama pria tadi. Yang pernah sama-sama terluka. Mantannya hamil oleh selingkuhannya. Padahal 5 tahun sudah bersama. Aku sampai menangis ketika mendengar ceritanya. Oleh sebab itu aku mencoba mengerti dengan keraguannya. Meskipun aku selalu berusaha menyakinkannya.

"Kamu tau. Tak ada yang pernah sesabar ini menghadapi aku kecuali kamu." Dia pernah bilang begitu padaku. Aku hanya tertawa. Sedikit tersanjung dengan pujiannya. Jadilah tumbuh harapan padanya. Tapi seperti yang pernah aku katakan. Ketika aku berharap. Dia akan menghilang. Hingga pada titik dimana aku hanya pasrah. Hatiku jadi seperti pintu. Dan rinduku menjadi tiket masuknya. Membiarkan dia masuk dan pergi seenaknya dari hatiku. Kami hanya berjalan tanpa tau arah. Dia bilang dia nyaman. Dan aku lagi-lagi berusaha paham.

"Aku merindukanmu terkadang. Apa kabar kamu sekarang?" Pernah dia menulis pesan ketika lama menghilang.

"Jika rindu. Kenapa suka menghilang?" Aku menjawab sedikit kesal.

"Kamu tau, jasad ultraman sekarang susah ditemukan." Dia berusaha mengalihkan pembicaraan. Melucu seolah-olah bilang, jika dia menghilang karna misinya mencari jasad ultraman. Aku hampir tertawa. Tapi kemudian sadar.

"Kamu tau, aku sedang marah sekarang!!!"

"Kamu tau, kamu cantik kalau senyum."
Lagi-lagi dia berusaha mengalihkan pembicaraan. Meskipun bibir tak bisa berbohong. Aku tersenyum membaca pesannya. Itulah Juna. Becanda tidak pada tempatnya.

"Kamu tau, aku sebenarnya pria." Dan inilah aku. Tanpa sadar aku akan terbawa oleh candaannya.

"Hahahhaah. Aku tau. Tapi kamu tetap cantik meskipun jadi pria. Semua orang akan tetap suka." Moodku jadi berubah. Marah, tetawa kemudian kecewa. Ya, aku kecewa ketika dia mengatakan 'semua orang' mengapa harus semua orang? Mengapa bukan 'aku'? Tapi aku berusaha menyembunyikannya. Jika ada pemilihan orang paling ahli menyembunyikan perasaan. Mungkin aku akan jadi pemenangnya.

"Maaf. Aku hanya tak mau menyakitimu." Aku pernah marah ketika dia mengulang perkataannya setelah datang 'lagi' dari pelariannya. Mengatakan alasan itu berulang kali. Tentu saja aku tidak terima. Memang siapa yang mau dipermainkan hatinya? Dulu aku memang percaya dia adalah segalanya. Dan aku akan sabar menunggunya. Tapi tidak selamanya. Ingin sesekali aku berteriak di depan wajahnya.

"Kamu lelaki terjahat! Kamu tau, aku mencintaimu. Bodoh!" Tapi apa daya. Ini bukan soal hati, tapi harga diri. Aku wanita, yang lagi-lagi hanya bisa menunggu. Hingga semua terulang kembali. Dia pergi, aku seolah tak peduli. Dia datang, aku terima dengan senang hati. Pernah aku mencoba membuka hati untuk yang lain. Tapi dia seolah menutup hati ini. Kesal rasanya dengan diri sendiri. Mengapa mau dibodohi. Seperti kata orang. Perasaan itu tak bisa ditahan. Apalagi dibuang. Kecuali dengan benci dan kecewa. Seperti hari ini. Rasanya semua perjuanganku terasa percuma. Menungguku terlihat sia-sia. Aku tak pernah sebenci ini padanya. Dia sering membuatku kesal. Tapi tak sekesal ini. Dia ingkar janji. Berkata akan berdoa bersamaku. Ke gereja dengan menjemputku. Ku kira ini kemajuan untuk hubungan kami. Tapi memang brengsek. Dia pergi bersama wanita lain. Aku tak tau, apa dia sengaja membuat patah harapanku. Jahat!!! Berkata takut menyakiti. Tapi sekarang malah mematahkan hatiku. Yang jelas. Detik ini, aku berjanji. Tidak akan ada kesempatan lagi. Cukup sampai di sini. Air mataku ini untuk yang terakhir kali. Semoga aku bisa menepati.
End.

..........

Maaf jika masih terdapat banyak typo:(
Please vote and comments 😘😘

Tea and coffe (Antologi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang