Love Triangle

146 15 3
                                    

"Cinta memang penuh kejutan. Begitu juga kenyataan"
-d
[ cloudyheart_ ]

"Namaku Sean."

"Ya aku tau, Jun sering bercerita tentangmu. Senang akhirnya kita bisa bertemu. Aku Kinan."

Itu adalah percakapan pertama kami. Tidak berkesan tapi cukup sulit untuk dilupakan. Wajah yang tidak membosankan dengan bingkai kacamata minus. Walaupun tidak setampan Jun, dia cukup membuat hatiku bergejolak. Entahlah. Sean yang akan menjemputku selama Jun melakukan penelitian di luar kota. Sebenarnya aku tak apa jika harus kuliah menggunakan taxi. Tapi bukan Jun namanya jika tidak mengkhawatirkanku.

"Hey apakah ini Jun?" Aku menyentuh sebuah foto yang mengantung di mobil Sean. Foto dua orang anak laki-laki, bocah berkacamata yang sudah pasti adalah Sean. Dan bocah yang tersenyum lebar dengan boneka masupilami di tangannya. Aku sebenarnya tidak yakin ini adalah Jun. Namun senyum itu tak berbeda, itu senyum Jun.

Sean tidak bersuara. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum. Kurang dari 20 menit bersama lelaki ini, aku sudah tau bahwa dia cukup pendiam. Tapi aku menyukainya, Ia dengan wajah yang tidak membosankan, berkacamata, menyukai kopi dengan banyak susu. Dan menyukai marsupilami. Pernah suatu hari aku yang basah kuyup terpaksa berhenti di rumah Sean yang ternyata lumayan dekat dari kampusku. Lalu melihat isi kamarnya yang penuh dengan marsupilami. Dia benar-benar lucu. Marsupilami? Rasanya itu sedikit berbeda dengan kepribadiannya.

Rasa tertarikku pada Sean ternyata tidak sampai di situ. Aku mulai menyadari bahwa aku mencintainya. Meskipun aku tau jika Jun masih memegang status sebagai kekasihku. Betapa jahatnya aku. Jun sangat mencintaiku. Dia dengan rambut gondrong dan senyum manisnya seolah-olah hilang dalam hati dan juga pikiranku, tergantikan oleh Sean. Sahabat kecil Jun. Rasa bimbangku ternyata tetap membawa langkahku ke tempat Sean. Dengan menaiki taxi tanpa sadar aku sudah berada di depan rumah Sean. Baru saja aku akan berbalik pulang. Sebuah suara menghentikan langkahku. Suara Jun.

"BRENGSEK KAU SEAN!" Jun keluar dari rumah Sean dengan wajah kacau. Dia terlihat sangat marah. Aku tak bisa melihat Sean. Dia masih berada di balik pintu rumahnya. Jun berbalik dan melangkah pergi, saat itulah aku bisa melihat Sean ikut keluar, tanpa kacamata dan bertelanjang dada. Dia menarik bahu Jun.

"JANGAN MENYENTUHKU BRENGSEK!" Jun lalu memukulnya secara bertubu-tubi.

"Kau yang membuat aku begini Jun!" Sean berbalik menerjang Jun. Mereka berkelahi cukup hebat. Langkahku terhenti kembali ketika aku akan berlari melerai mereka. Demi Tuhan, aku tak tahu apakan yang aku lihat ini nyata. Hantaman itu berubah menjadi sebuah kecupan. Kecupan? Sean mencium Jun. Foto di dalam mobil Sean, perhatian Sean terhadap Jun, kamar Sean yang dipenuhi marsupilami. Marsupilami? Iyaa. Selama ini bukan Sean yang menyukai marsupilami. Jun dulu menyukai itu. Aku mengerti sekarang. Rasanya seisi langit runtuh lalu menimpaku. Lututku seperti terpisah dari tempurungnya. Waktu terasa berjalan lambat. Samar-samar aku melihat Jun kembali memukul Sean. Kemudian Jun melihatku. Dia memelukku. Aku menangis dan Jun memanggil namaku. Aku masih bergeming. Hatiku perih. Melihat Sean masuk dan menutup pintu rumahnya.

End.

..........

Maaf jika masih terdapat banyak typo:(
Please vote and comments 😘😘

Tea and coffe (Antologi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang