Snow White

265 20 2
                                    

"Merah di atas putih. Indah tapi ternodai. Seperti cinta karna obsesi."
-d
[ cloudyheart_ ]
.........................

Warnanya putih. Seperti salju. kulitnya, rambutnya, hingga bulu matanya. Tapi tidak pada bola matanya. Jika kamu menatap matanya. Kamu akan melihat laut di sana. Tenggelam pada birunya. Kataku, itu indah. Sangat indah. Dia memang berbeda. Sejak kecil orang-orang menjauhinya. Kecuali aku. Hanya aku yang dia punya. Dia tau itu. Pernah seseorang berusaha menyakitinya. Mengatakan dia aneh sampai berusaha melukainya. Namun aku menyelamatkannya. Aku akan selalu melindunginya. Karna aku sangat mencintainya. Ku tatap lagi wajahnya. Dia cantik. Sangat cantik. Ku belai rambut panjangnya. Ku rapikan karna menutupi sebagian wajahnya. Rambutnya halus, sehalus sutra. Aku mengenggam tangannya. Kulitnya putih dan dingin, seperti salju. Tapi aku menyukainya. Ku pasangkan cincin di jari manisnya. Berwarna putih seperti kulitnya. Ku kecup mesra keningnya, kelopak matanya, kedua pipi, hidung dan bibir mungilnya. Manis.
"Oh putri saljuku. Tunjukan aku warna lautmu. Bangunlah." Ku belai lagi pipinya. Dia tak merespon. Aku tersenyum. Aku tau dia sangat pemalu. Dulu dia sering bersembunyi dibalik punggungku ketika menyapa orang baru. Kemanapun ada aku, pasti ada dia. Sehingga seluruh desa sering mengatakan kami pasangan musim dingin. Dia memiliki warna putih seperti salju, dan aku memiliki sifat dingin seperti salju. Dia sering mengomeliku karna itu. Katanya tatapanku menakutkan. Tapi aku akan selalu memberi dia alasan.

"Hanya dengan itu aku bisa melindungimu, karna orang-orang akan takut padaku jika berniat menyakitimu."

Dan dia akan tersenyum sambil memelukku. Aku merindukan itu. Aku meraba bagian pipiku. Basah. Apa tadi aku menangis? Aku tersenyum lagi.

"Kau tau sayang, hanya kamu yang mampu membuat aku seperti ini, seperti manusia. Aku bisa tersenyum karnamu, bisa menangis karnamu, dan sekarang aku merindukanmu." Aku menggenggam dan menghembuskan nafas pada tangannya. Tangannya sangat dingin. Kemudian aku letakkan telapak tangannya pada pipiku. Mencoba menghangatkannya.

"Apa sekarang sudah terasa hangat?"

"Tidurlah dengan tenang, sayang. Ada aku disini."

Aku menatap ke arah dinding. Gaun putih mengantung di sana. Dia bilang itu gaun pengantinnya. Dan aku mengambilnya. Aku pakaikan dengan hati-hati pada tubuhnya. Lalu aku berdiri di atasnya, di atas tubuhnya. Menatapnya. Cantik. Aku tertawa. Dia milikku. Dan selamanya akan selalu jadi milikku. Namun warna itu datang menghancurkan segalanya. Menodai warna putihnya. Merah keluar dari bagian perutnya. Merusak warna putihnya dan menembus gaunnya. Aku berteriak panik. Berusaha menutupi sumbernya. Tapi warnanya malah menempel pada tanganku. Aku menjauh. Terjatuh dari ranjangnya. Tanganku memegang sesuatu. Warna hitam, bening dan tajam. Di beningnya ada warna merah. Sama seperti yang ada pada gaun pengantin. Aku baru sadar, itu darah. Darahnya. Darah gadisku. Aku sedikit ketakutan. Melemparnya jauh-jauh dan aku merangkak ke arah dinding. Memegang kepalaku dengan kencang. Oh tuhan! Kepalaku rasanya akan pecah. Sesaat aku tercengang. Kemudian sadar. Aku berdiri dan mendekatinya lagi.

"Maafkan aku sayang. Bukahkah sejak dulu aku selalu mengatakan. Kamu hanya milik aku seorang. Tak ada yang bisa memilikimu selain aku. Bahkan lelaki brengsek itu." Aku tertawa kencang. Aku rebahkan tubuhku tepat di sebelahnya. Ku cium aroma tubuhnya. Ku peluk dan ku pejamkan mataku. Rasanya seperti surga. Aku bahagia. Aku mohon, semoga ini berlangsung selamanya.
End.

..........

Maaf jika masih terdapat banyak typo:(
Please vote and comments 😘😘

Tea and coffe (Antologi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang