"Perpisahan memang menyakitkan. Tapi bukan berati harus menghindar. Cukup belajar. Ini soal menerima perubahan. Bukan melupakan. Apalagi mendendam."
-d
[cloudyheart_]
.....................Cuaca hari ini semakin buruk. Hujan tak kunjung reda. Awan hitam seolah enggan meninggalkan langitnya. Membuat kami terjebak lagi di posko 3 menuju puncak gunung Prahu. Hanya tersisa 12 orang di sini. Sebagian dari mereka terus menggerutu, entah mengutuk hujan atau menyesal karna mendaki dibulan penghujan, september. Gila memang. Termasuk aku. Aku merapatkan mantelku. Hawanya benar-benar dingin. Seseorang menepuk bahuku pelan. Fanya namanya, Aku baru mengenalnya beberapa jam yang lalu. Dia menawarkan sebuah kopi. Setelah berterimakasih. Aku mengesap kopiku dengan pelan. Kopi panas dikala hujan. Mengapa pahit rasanya? Setelah dia beranjak pergi. Aku kembali tenggelam dalam rintikan hujan yang tampak tak menunjukan tanda tanda akan pergi. Sama seperti dia dan kenangan bersamanya. Aku tersenyum miris. Jauh-jauh ke sini untuk melupakannya kurasa percuma. Dia masih dengan hebatnya berdiri di sini. Bukan disebelahku. Tetapi dihatiku. Gita namanya. Kami berpacaran cukup lama. 3 tahun. Tentu saja sangat meninggalkan luka. 4 bulan lalu, Kami bertengkar melalui pesan singkat. padahal hal itu sudah biasa. Kami sangat sering bertengkar. Tapi kali itu terasa berbeda. Aku sampai tidak ingat apa yang membuat kami bertengkar. Aku mengajaknya bertemu. Tak tahu jika itu untuk terakhir kalinya sebagai pacar. Dia bilang dia lelah dan ingin menyerah. Dan aku hanya bisa pasrah. Kadang aku berpikir, apakah jika aku menahannya dia akan kembali berjuang? Dan tidak menjadi milik orang. Seperti sekarang. Aku membuka lagi undangan pernikahannya. Sedikit basah karna terkena hujan. Aku berniat membuangnya.
"Mantan pacar?" Aku terkejut ketika seseorang tiba-tiba duduk di sebalahku. Fanya. Dan aku hanya tersenyum kecut.
"Datang?""Entahlah, acaranya besok lusa."
Dia mengangguk-angguk sambil menggulum bibirnya."Apakah itu sebabnya kamu mendaki? Agar ada alasan untuk tidak datang?"
Aku tertawa garing. Terlihat sedikit dipaksakan."Masih sayang ya?" Dia bertanya lagi. Dan aku hanya diam. Sebenarnya agak risih. Bukan karna apa. Hanya saja kami baru kenal.
"Ah maaf. Aku terlalu banyak bertanya yaa." Dia terseyum malu. Dan aku sedikit terkesima. Ternyata dia cantik juga.
"Aku hanya penasaran" lanjutnya.
Aku kembali diam.
"Aku juga pernah mengalami perpisahan." Aku menoleh kearahnya. Dan dia menerawang. Menatap kearah hujan.
"Aku rasa kamu lebih beruntung."
"Beruntung?" Aku bertanya.
"Iya, Kamu beruntung karna masih bisa ikut berbahagia."
"Kamu tak diundang ke pernikahan mantanmu?" Aku menerka. Dan dia tertawa. Sambil melambai-lambaikan kelima jarinya kearahku.
"Hahahha. Bukan. Bukan itu maksudku."
"Lalu?"
"Mantanku meninggal. Apa aku harus berbahagia?" Aku terteguh. Dia menjawab dengan sangat santai.
"Kamu mau tau apa yang mantan aku katakan sebelum meninggal?" Aku mengangguk. Dan menatap matanya dalam. Tak ada raut kesedihan. Matanya malah bersinar.
"Dia bilang, ada yang lebih menakutkan dibanding kematian."
"Apa?"
"Dilupakan. Maka dari itu jangan berusaha melupakan. Hanya belajar untuk mengikhlaskan. Karna tak ada yang suka jika dilupakan. Termasuk mantan. Terkadang seseorang bersusah payah menghindar, sampai berusaha untuk membenci. Yang ada hanya menyisakan dendam kan? Dia bilang dia tak suka. Karna jika kita berpisah, bencilah pada perpisahannya bukan orangnya. " Kali ini aku merasa seperti dihantam.
"Karna dia berkata seperti itu. Aku jadi berani pergi ke acara pemakamannya. Bukan dengan perasaan bahagia. Tapi lega. Lega karna bisa melepas dia berbahagia ke surga." Dia kembali menerawang. Dari samping, aku bisa melihat bibirnya tertarik ke atas.
"Hmm. Apa kamu mau ikut denganku?" Tiba-tiba perkataan itu keluar dari mulutku. Dan dia menoleh.
"Kemana?"
"Ke pernikahan Gita, mantanku. Mau?"
"Setelah pendakian ini selesai tentunya." Lanjutku. Dia mengulum senyumnya, sambil mengangguk-angguk. Dan aku tertawa pelan. Sedikit malu. Kemudian dia ikut tertawa. Sekarang aku mengerti, aku hanya cukup mengucapkan selamat tinggal pada kenangan. Dan selamat berbahagia pada mantan. Hujan berganti melodi. Awan mulai menjingga. Pertanda mendung takkan bertahan lebih lama lagi.
End...........
Maaf jika masih terdapat banyak typo:(
Please vote and comments 😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Tea and coffe (Antologi)
Historia Cortaa collection of short stories Cerita singkat penuh emosi,konflik dan teka-teki. ___________________ "Cinta memberi aku sebuah rasa, tapi kamu memberi aku sebuah makna bahwa cinta bukan hanya sebuah rasa. Dia segalanya. Yang mempertemukan aku dan di...