The Feeling

228 26 1
                                    

"Daun yang menyukai musim gugur. Menunggu angin menyampaikannya"
-d
[ Cloudyheart_ ]

_________

Samar-samar mataku menangkap seberkas cahaya. Aku membuka mataku perlahan. Pening langsung merambat ke seluruh kepalaku. Aku menoleh ke arah kanan. Ada Danish. Tidur di kursi sambil memegang tanganku. Aku mencoba mengusap rambutnya pelan. Danish sahabatku dan juga suamiku. Tak ada yang tahu masa depan seseorang. Seperti aku yang masih tak menyangka akan menikah dengannya.

Dia terbangun.

"Leia.. kamu sudah sadar."
Baru saja Ia akan beranjak pergi memanggil dokter. Aku menahan tangannya. Dengan lemah aku mengisyaratkannya untuk tidur di sampingku. Wajahnya terlihat lelah. Dia menurut, lalu tidur terlentang di sampingku. Gerakannya sangat hati-hati, mungkin Ia takut mengenai lukaku. Kecelakaan tadi cukup meninggalkan banyak luka di tubuhku. Aku terpejam sesaat. Bayiku, bagaimana keadaannya? Aku ingin bertanya kepada danish, tapi lidahku terasa kelu. Menjadikan suasana hening. Hanya detak jam yang terdengar. Aku merasa tubuh Danish bergetar. Dia menangis. Aku melirik ke arahnya. Matanya terpejam. Namun butiran bening menggantung di sana. Dia mengengam tanganku lagi.

"Aku kira aku akan kehilangan kamu dan anak kita." Dia mulai membuka suara. Sedikit serak karna tangisannya. Aku mulai melihat sisi Danish yang lain. Sisi lemahnya. Dia menoleh ke arahku. Dan tersenyum.

"Terimakasih sudah berusaha bertahan." Dia mencium tanganku. Ingin rasanya aku menjawabnya. Namun rasanya suaraku hanya tertahan di tenggorokanku.

"Dia perempuan. Cantik. Sama sepertimu. Namun terlalu kecil sampai aku tak berani menyentuhnya." Danish mengusap air mataku. Aku merasa lega.

"Dokter bilang. Dia bayi yang kuat. Sama seperti ibunya. "

"Hmm... Bagaimana jika kita menamainya, Obelia. Sumber kekuatan. Karna aku yakin Ia adalah sumber kekuatanmu." Ucapnya lagi. Aku mencoba terseyum. Aku menyukai nama itu. Obelia. Sumber kekuatan, kekuatan yang telah menyatukan kita.

Hening.

"Aku mencintaimu. Leia." Aku memejamkan mataku, menjatuhkan butiran bening di pelipisku lagi. Akhirnya Danish mengatakannya. Selama ini aku mengira Ia hanya merasa kasihan padaku. Hingga aku mencoba menyangkal dan memendam perasaaku sendiri.

"Aku mencintaimu sejak dulu. Bahkan sebelum kamu bersama Aby."

Kali ini aku terkejut. Air mataku kembali jatuh.

"Dan aku tidak berusaha mengantikan Aby di hatimu. Aku hanya ingin membahagiakan kamu dan Obelia."

Kamu sudah melakukannya Danish. Sekarang kamu pemilik hatiku. Aby hanya masa lalu, mantan kekasihku, dan juga sahabat Danish. Dia meninggal 7 bulan yang lalu. Meninggalkan aku bersama janinku yang baru berumur 1 bulan, darah dagingnya. Karna itu Danish bersikeras ingin bertanggung jawab dan menggantikan peran Aby sebagai ayah.
Danish menatap langit-langit kamar. Dengan tangan masih memegang erat tanganku.

Ya Tuhan. Terimakasih. Perasaan ini ternyata terbalaskan. Bahkan sebelum aku memilikinya. Selama ini bukan hanya Obelia yang menjadi sumber kekuatanku. Kamu juga Danish. Aku juga mencintaimu. Sangat mencintamu. Dalam hati aku berkata. Semoga perasaan ini bisa didengar dan dirasakannya.

End.

..........

Maaf jika masih terdapat banyak typo:(
Please vote and comments 😘😘

Tea and coffe (Antologi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang