Jilid 1 : Mayat Mengembara

12.5K 152 8
                                    

Aduhai ....
Ayahku pemimpin dunia persilatan,
Ibuku seorang jelita sastrawan.
Amboi .... aku tukang ukur jalanan.
Tungganganku anjing kuning,
Rajawali dan monyet maling.
Ha....ha.... pengawalku yang beling.
Rumahku di alam dunia,
Tidurku di tempat bebas bebas.
O Ho, ho, ho... hidupku manis-manis cuka.
Blo'on . . . blo'on . . . sebutanku.
Si Goblok, si Tolol, si Dungu.
Hi, hi, hi . . . apa peduli nama itu.
Sejuta makian, aku tak geram,
Selaksa pujian, aku tak seram.
Heh, heh, heh . . . kuanggap hanya asam garam.
Kegagahan, kekayaan, kekuasaan,
Ketenaran, kesombongan, keegoisan.
Huh, huh, huh . . . hanya bayangan kecemasan.
Tidak melawan hidup berpribadi.
Bebas musuh, bebas jahat hati.
Hem, hem, hem... itulah kebahagiaan sejati.
Kisah si Blo'on, kisah yang jalang,
Dibaca . . . muak, dibuang . . . merangsang
Silahkan marah, silahkan sayang ...
Salam basa basi.
SI BLO'ON!
Pendekar kebal dimaki,
pantang dipuji.  

Suasana Wisma Perdamaian di puncak Giok-li-nia gunung Lo-hu-san tampak tegang. Beberapa tokoh persilatan yang termasyur sedang mengadakan perundingan penting.

It Ciang Gan atau Jari Tunggal Penakluk Dunia Kim-Thiancong yang menjadi pemimpin Dunia Persilatan telah meninggal dunia. Menerima berita itu, Hui Gong  taysu ketua Siau-lim si segera bergegas menuju ke Giok-li-nia. Demikian pula Ang Bin tojin ketua Bu-tong pay, Hong Hong totiang ketua Go bi Pay, rahib wanita Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay
dan Sugong In ketua Kong tong pay.

Mereka termasuk anggota tujuh partai besar yang menanda tangani Piagam Perdamaian. Kim Thian-cong lah yang menciptakan piagam itu dan mendirikan Wisma Perdamaian di puncak Giok-li-nia.

"Apakah kita Perlu menunggu kedatangan ketua Hoa San pay dan ketua Kay Pang yang belum datang ?" tanya Hui Gong Taysu.

"Urusan ini sangat penting dan gawat, baik-lah kita tunggu dulu kedatangan mereka. Apabila sampai tengah malam mereka belum datang, terpaksa kita tinggal", Hong Hong tojin ketua Gobi-pay menyatakan pendapat.

"Benar," sambut Ang Bin tojin atau Imam Muka-merah ketua Bu-tong-pay, "kita harus cepat mengambil keputusan dan bertindak. Besok pagi mungkin sudah tak sempat karena tetamu-tetamu tentu sudah membanjir datang."

Ceng Sian suthay dan Sugong In menunjang pendapat ketua Go-bi-pay juga dan Hui Gong tay-supun memutuskan demikian. Ketua Siau-lim-si itu berpaling kearah tiga anak muda yang berdiri di samping meja.

"Apakah pesan terakhir dari Kim tayhiap kepada sicu sekalian ?" seru ketua Siau-lim-si itu.
Sicu artinya "anda", istilah yang digunakan kaum paderi apabila menyebut lain orang.

"Suhu ingin apabila mungkin, supaya puteranya dapat melihat wajah suhu yang terakhir," sahut Tio Goan-pa, murid pertama dari Kim Thian-cong.

"O, puteranya yang bernama Kim Yu-yong itu ? Dimanakah Kim sicu sekarang ?" tanya Hui Gong taysu.

Goan-pa menghela napas : "Ah, sudah sejak lima tahun yang lalu, Yu-yong sute pergi meninggalkan rumah, entah berada dimana ?"

Hui Gong taysu terperanjat : "Pergi ? Mengapa dia pergi ?"

Dengan suara rawan Goan-pa menjawab : "Suhu mengusirnya karena jengkel . . . . "

"Jengkel ?" Hui Gong taysu menegas makin heran, "apakah kesalahan Kim sicu sehingga Kim tayhiap mengusirnya ?"

Goan-pa muram wajahnya namun menyahutlah ia dengan lancar : "Yu-yong sute keras kepala dan tak mau menurut kata-kata ayahnya. Disuruh belajar silat, tak mau. Disuruh belajar ilmu sastra, pun menolak. Kerjanya setiap hari hanya bermalas-malasan, bermain-main dan piara beberapa macam binatang, anjing, kera dan burung. Dan sejak subo meninggal dunia, Yu-yong sute makin binal. Karena jengkel, suhu lalu mengusirnya ..."

Pendekar Blo'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang