Anggota pimpinan Seng-lian-kau terkejut melihat perubahan airmuka ketua mereka. Tetapi cepat wanita setengah tua yang masih cantik, berjubah kuning dengan lukisan teratai putih, berseru : "Engkau memang seorang anak yang kurang ajar, berani membuat malu ayah sendiri!" ia menuding Blo'on.
"Eh, perempuan, jangan sembarangan memaki cucuku Blo'on," seru kakek Lo Kun seraya deliki mata.
"Mengapa engkau menuduh aku tak menghormat orangtua? " seru Blo'on."Engkau minta melihat wajah ayahmu, sudah diluluskan. Kawan-kawanmu tadi pun sudah mengakui kalau ketua kami memang benar Kim Thian Cong kaucu. Sekarang engkau ganti acara, cari alasan soal tahi-lalat."
"Memangnya begitu sih," dengus Blo'on, apakah aku harus mengatakan lain? Memang ayahku mempunyai tahi-lalat pada ujung daun telinganya yang kanan."
"Hm, kalau benar mempunyai tahi-lalat engkau pasti mengakui kaucu sebagai ayahmu yang aseli? " wanita itu menegas.
"Ya."
"Baik. silahkan engkau memeriksa telinga kaucu."Belum Blo'on menyahut, Lo Kun sudah maju ke samping ketua Seng-lian-kau dan mengamati daun telinganya.
"Bohong! Tidak ada apa-apanya," serentak kakek itu berteriak.
"Kakek gila!" bentak wanita yang disebut Hek thancu itu, "yang engkau periksa telinga kiri? padahal yang tumbuh tahi-lalatnya telinga kanan!"
"O," kakek Lo Kun terus berkisar ke sebelah kanan dan,
"celaka .....!"
Blo'on dan tokoh2 lain terbeliak. "Kenapa? " seru Blo'on.
"Ada tahinya!" teriak Lo Kun.
"Tahi apa? "
"Tahi nyamuk!" seru Lo Kun, "warnanya hitam seperti kedelai."
"Kakek gi!a.'" bentak Hek thancu, "bukan tahi nyamuk tapi tahi lalat.""Perempuan katak!" Lo Kun balas membentak, "masakan aku yang sudah begini tua tak tahu membedakan tahi-lalat dengan tahi nyamuk. Kalau tahi-lalat tentu melekat didalam kulit tetapi yang berada pada telinga ayah Blo'on itu hanya melekat pada kulit."
"Jangan banyak mulut, kakek liar!" bentak Hek thancu, "ini bukan urusanmu. Yang berhak meneliti adalah pemuda ini karena dialah putera dari Kim kaucu. Sekarang silahkan engkau memeriksanya," dia terus mempersilahkan Blo'on.Blo'on maju dan berhenti pada jarak dua langkah dari ketua Seng-lian-kau. Ia memandang ujung telinga sebelah kanan dari ketua Seng-lian-kau itu. Lama sekali dengan melongo.
"Bagaimana? Bukankah engkau sudah puas dengan bukti yang engkau lihat? " tegur Hek thancu.
"Ya."
"Bukankah sekarang engkau percaya? "
"Ya."
"Jika begitu, lekaslah engkau menghaturkan hormat dan mohon maaf kepada ayahmu ".
"Buat apa? " Blo'on mengerut dahi.
"Bukankah dia, Kim kaucu, itu ayahmu? "
"Ya, benar. Tetapi dia sudah meninggal dunia"."Hah? " Hek thancu terbelalak, "apa katamu? "
"Ayahku yang aseli sudah meninggal di gunung Lou-hi-san."
"Gila! Inilah Kim Thian Cong tayhiap yang sekarang menjadi kaucu dari Seng-lian-kau. Dia adalah ayahmu."
"Engkau boleh mengatakan begitu tetapi aku pun bebas tidak mengakui."
"Bukankah permintaanmu untuk menandai bukti tahi-lalat pada telinganya sudah terpenuhi? "!
"Ya."
"Lalu? "
"Lalu? "
"Ternyata tidak ada tahi-lalatnya."
"Hai!" Hek thancu berteriak kaget lalu menghampiri ke samping ketua Seng-lian-kau.Ia berdiri tegak memandang kaucu itu. "Kauou, aku telah menjentikkan sebutir bubuk hitam ke telinga kaucu. Maafkan. Agar pemuda itu menganggapnya sebagal tahi-lalat." Hek thancu gunakan ilmu Menyusup suara untuk memberi laporan kepada ketua Seng lian-kau.
"Hm. memang tadi kurasa ada suatu benda lembut yang menempel pada ujung telingaku. Tetapi beberapa kejab kemudian, benda lembut itu hilang......" kaucu Seng-lian-kau menjawab juga dengan ilmu Menyusup suara.Hek thancu pucat. Jelas di tempat itu tentu terdapat seorang ko-jin yang hebat.
"Lalu bagaimana, kaucu? Mohon kaucu suka memberi petunjuk," kata Hek thancu.
Kaucu Seng-lian-kau tak menyahut melainkan memandang Blo'on dan berkata:
"Soal tahi-lalat, memang aku lupa untuk mengatakan kepadamu," katanya kepada Blo'on. "memang benar di ujung telingaku yang kanan tumbuh sebuah tahi-lalat. Tetapi pada suatu hari, tahi-lalat itu makin membesar dan sakit. Terpaksa kuhilangkan saja."
"Tidak bisa!" teriak Lo Kun, "engkau tak berhak
menghilangkan tahi-lalat itu."
"Hah? * kaucu Seng-liang-kau terbeliak. "Tahi-lalat adalah
pemberian orangtuamu sejak engkau dalam kandungan. Itu sebagai cap pengenal dari dirimu. Masakan enak saja engkau menghilangkannya!"
"Kakek gila." seru kaucu Seng-lian-kau, "tahi lalat itu milikku sendiri. Aku berhak sepenuhnya untuk menghilangkan karena kuanggap dapat menimbulkan bahaya."
"Engkau manusia durhaka!" teriak Lo Kun makin ngotot," berani membuang pemberian mamahmu!"
"Kakek gila, jangan kurang ajar engkau!" Hek thancu kebutkan lengan jubahnya. Tahu2 Lo Kun mencelat sampai setombak jauhnya. Dia terhuyung-huyung dan rubuh.
"Perempuan hitam, engkau berani mendorong aku!" Lo Kun melenting kearah Hek thancu.
"Tunggu. kakek!" tiba2 Blo'on mencegah, "biar urusanku selesai dulu. Jangan kakek mengganggu."
"Engkau lebih tahu aturan," seru Hek-tancu, "dan tentunya engkau juga mau mengakui kaucu sebagai ayahmu, bukan? "
"Tidak!" sahut Blo'on, "dia lebih muda dari mendiang ayahku dan tak punya tahi-lalat pada daun telinganya. Jelas dia bukan ayahku."
"Hm, jika demikian." seru Hek thancu, "jangan harap engkau mampu keluar dari tempat ini."
"O, engkau hendak memaksa aku supaya mengaku ayah kepada orang yang bukan ayahku? "
"Engkau mau mengakui atau tidak tetapi kaucu kami tetap Kim Thian Cong kaucu!"
"Terserah, itu urusanmu!" teriak kakek Lo Kun, "kami tetap tak mengakui. Blo'on, hayo, kita pergi!"
"Jangan," sahut Blo'on, "tujuan kita kemari adalah untuk membikin perhitungan dengan orang yang mengaku sebagai ayahku dan hendak menguasai dunia persilatan."
"O, kamu memang sengaja bermaksud begitu? " tegur Hek thancu lalu berpaling kearah rombongan Hoa Sin, "apakah kalian juga begitu? "
"Kami juga mempunyai beberapa pertanyaan yang hendak kami ajukan kepada Seng-lian-kau kaucu," kata Hoa Sin.
Hek thancu terkejut. Mengapa rombongan Blo'on rata2 masih sadar pikirannya. Apakah bunga teratai perak itu tak mempan terhadap mereka? "
"Dan apakah kalian setiap orang juga hendak bertanya? " ia coba menguji lain2 rombongan Blo'on, Ternyata Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Sian Li juga mengiakan. Kini Hek thancu makin berkesan jelas bahwa rombongan Blo'on masih sadar pikirannya.
Hek thancu menghadap kaucu Seng-lian-kau yang sementara itu sudah kembali ke tempat duduknya.
"Kaucu, rombongan orang2 itu hendak minta ijin menghaturkan pertanyaan kehadapan kaucu," kata Hek thancu.
"Tidak perlu," sahut kaucu Seng-lian-kau, "suruh mereka pilih. Mau masuk Seng-lian-kau atau dibasmi!"
Hek thancu kembali kepada rombongan Blo'on dan menyampaikan kata2 kaucu.
"Kaucu telah manurunkan perintah, kalian mau masuk Seng-lian-kau atau dihancurkan!"
"Sebenarnya, kami seluruh partai2 persilatan sangat menghormat dan mengagumi peribadi Kim Thian Cong tayhiap. Dulu Kim tayhiap pun kami anggap sebagai pemimpin dunia persilatan. Sudah tentu sekarang pun kami tetap taat dan patuh kepadanya. Hanya saja karena kami semua
mengetahui bahwa Kim tayhiap telah menutup mata di gunung Lou-hu-san, maka betapa kejut perasaan kami ketika mendengar bahwa di gunung Hongsan ini berdiri sebuah partai Seng-lian kau yang dipimpin Kim tayhiap."
Berhenti sejenak Hoa Sin melanjutkan : "Namun persoalan
ini amat besar dan penting sekali bagi dunia persilatan. Sebelum kami memutuskan untuk menggabung atau tidak, kami mohon supaya diluluskan mengajukan pertanyaan kepada Kim tayhiap agar perasaan kami lebih mantap dan percaya penuh."
"Tadi kalian minta untuk melihat wajah Kim kaucu dan telah diluluskan. Sekarang kalian hendak mengajukan pertanyaan lagi. Hal itu sungguh keterlaluan sekali. Seng lian-kau dan kaucu, bukan tokoh yang mudah dipermainkan. Sekarang tinggal pilih, tunduk atau mati!"
"Ganas!" teriak Lo Kun," kalau begitu engkau hendak main paksa!"
"Kakek gila, jangan banyak mulut. Siapkan pesan2mu kepada anak dan isterimu. Karena sebentar lagi engkau akan menuju ke neraka."
"Aku tidak punya anak dan isteri. Perempuan hitam, engkau sudah tua dan hitam. Sekali pun aku begini tua, juga tak mau mengambilmu sebagai isteri. Tetapi jangan engkau menyiksa gadis2 cantik itu. Apakah mereka juga hendak engkau paksa menjadi perawan tua? Begini saja. Aku akan memilih salah seorang yang cantik. Aku berjanji takkan menyia-nyiakan dia. Dia tentu lebih bahagia menjadi isteriku daripada menjadi perawan tua disini."
Bukan main marah Hek thancu.
"Coba engkau buka mulut lagi!" teriaknya.
"A.... " baru kakek Lo Kun membuka mulut, dia tak dapat
melanjutkan kata-kata lagi. Mulutnya ternganga, mata mendelik.
Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin terkejut. Jelas Lo Kun telah terkena angin tutukan. Karena yang menyuruh itu Hek thancu terang yang menutuk itu pun Hek thancu. Tetapi thancu itu tak melakukan suatu gerak apa2 dan masih tetap tegak ditempatnya.
"Kek-gong-tiam-hiat yang sakti!" diam2 ketiga ketua partai persilatan itu membatin. Mareka makin terkejut akan kepandaian Hek thancu yang memiliki ilmu Kek-gong-tiam-hiat atau Menutuk-jalandarah-dari-jauh yang begitu sakti.
"Kenapa? " tegur Blo'on melihat kakek Lo Kun ngangakan mulut tetapi tak dapat bicara.
"Suko, dia terkena tutukan sakti dari wanita berkulit hitam itu," bisik Sian Li.
Hoa Sin menghampiri dan menutuk jalan-darah pada
kerongkongan Lo Kun. Tetapi ia tak berhasil. Mulut Lo Kun tetap menganga.
Hoa Sio kerutkan dahi. Ceng Sian suthay mencoba, tapi gagal. Hong Hong tojin juga tak mampu menolong.
"Bagaimana Hoa pangcu? " tanya Blo'on.
"Dia terkena ilmu tutukan istimewa. Kami bertiga tak mampu menolong," kata Hoa Sin.
"Lalu bagaimana? "
"Terpaksa untuk sementara kakek Lo Kun harus buka mulut terus. Setelah dapat menundukkan wanita itu baru kita dapat menyuruhnya membuka jalandarah paman Lo Kun."
"Celaka!" seru Blo'on. "sampai berapa lama kakek Lo Kun harus menganga begitu? "
Blo'on menghampiri kakek Lo Kun dan terus memegang mulutnya, hendak dibungkam.
"Jangan kongcu," cegah Hoa Sin, "kalau menggunakan kekerasan dikuatirkan jalan-darah paman Lo akan putus. Kongcu memiliki tenaga-dalam yang kuat."
"Kalau jalandarahnya putus, lalu bagaimana keadaannya? "
"Mulutnya tak dapat digunakan lagi. Tidak dapat menganga dan mengatup seperti mulut biasa."
"Ha, ha, ha ...," Lo Kun berkata-kata tetapi tak dapat membentuk kata2. Ia menuding mulutnya.
"Maaf, kakek, kami tak dapat menolong. Untuk sementara biar begitu dulu," kata Blo'on.
Kakek Lo Kun berjingkrak marah.
Dia berusaha untuk menutup mulutnya tetapi tak mampu.
"Kakek Lo, kulumlah mustika ini." Tiba2 Sian Li memberikan mustika burung Hong hijau kedalam mulut kakek itu.
"Nah, itu suatu pelajaran. Siapa yang banyak mulut, tentu akan mengalami nasib seperti dia," saru Hek thancu.
Rombongan Blo'on lalu dipersilahkan duduk di deretan kursi paling bawah. Letaknya disebelah samping kanan gelanggang.
"Cong thancu, silahkan tampil untuk melayani mereka." seru Hek thancu. Sesungguhnya Hek thancu itu adalah cong-thancu atau kepala dari para thancu.
Cong-thancu atau kepala kelompok barisan Teratai coklat, segera berbangkit dan dengan langkah tenang maju ke tengah gelanggang.
"Aku, Giok-bin-hou, thancu dari Cong-liau kun perkumpulan Seng-lian-kau, mengemban perintah dari cong-thancu untuk melayani kehendak tetamu2. Silahkan maju ke gelanggang untuk menguji kepandaian."
"O, itu yang pernah kusemprot mukanya dengan bakso," kata Lo Kun, "biar aku saja yang menghadapi."
Ternyata dia sudah sembuh dan terus maju tetapi dicegah Hoa Sin.
"Jangan lopeh," kata ketua Kay pang, "kita harus menyusun tenaga untuik menghadapi mereka. Lihatlah, kelima thancu itu masih ada. Mereka tentu memiliki kepandaian yang sakti."
"Maksudmu? " tanya Lo Kun.
"Kita atur siapa yang harus menghadapi mereka. Misalnya, akulah yang akan menghadapi thancu teratai merah itu. Sedang wanita yang mengenakan jubah teratai hijau itu biarlah Ceng Sian suthay yang menyamhutnya."
"Dan pemuda yang pernah kusemprot bakso itu, siapa yang harus maju menyambutnya? "
"Biarlah aku saja, Hoa pangcu," jawab Sian Li ajukan diri.
"O, engkau .... "
"Jangan, budak perempuan," Lo Kun pun ikut melarang," pemuda itu bermata keranjang. Dia nanti akan mempermainkan engkau!"
"Hoa pangcu, rasanya aku masih sanggup untuk menghadapinya. Mungkin aku tak dapat mengalahkan tetapi aku pun tak sampai kalah," Sian Li mendesak.
Hoa Sin mengangguk. Tampak mulutnya berkomat-kamit tetapi tak bersuara.
"Nona Liok, jangan meremehkan lawan. Gunakan siasat agar dia lengah dan memandang rendah kepandaianmu. Jika perlu pikatlah perhatiannya....."
Sian Li terkejut ketika telinganya terngiang suara halus macam nyamuk mendenging. Tetapi ia segera mengetahui bahwa yang bicara itu adalah Hoa Sin dengan menggunakan ilmu Menyusup-suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Blo'on
Losowe"Hai, sekarang aku tahu namaku!" bukan jawab pertanyaan tetapi blo'on itu malah berteriak semaunya sendiri. "Siapa?" seru dara itu yang tanpa disadari ikut terhanyut dalam gelombang keblo'onan. "Wan-ong-kiam !" Walet Kuning terkejut, hampir tertawa...