Blo'on tercengang heran melihat kakek pendek itu tiba-tiba tertawa keras.
"Mengapa engkau tertawa ?" tegurnya.
"Aku tertawa karena geli. Geli engkau hendak memikat aku dengan harta itu ! Kalau aku mau, bukankah dulu-dulu sudah kuambil semua. Kubiarkan si raksasa itu mati kelaparan lalu aku pergi ke kota.
"Lho, setan tua, engkau hendak pindah ? A-pa engkau sudah mengaku kalah ?" tiba-tiba pula kakek Kerbau Putih berseru.Kakek Lo Kun deliki mata : "Goblok Siapa yang mau pindah ? Aku tak sudi pindah dari bini. Aku mau menunggu engkau sampai mati, baru aku pikir-pikir lagi."
Blo'on menyengir kuda Ia malu karena disemprot oleh kakek Lo Kun.
"Engkau seorang kakek setya," akhirnya ia memuji, "nanti kalau aku pulang ke istana, akan kulaporkan jasamu kepada raja ... ""Jangan !" teriak kakek Lo Kun pula, "apa itu jasa ! Engkau tahu siapa aku ini T'
"Aku baru kenal sekarang, bagaimana aku tahu dirimu siapa?" jawab Blo'on.
"Dengarkan," kata kakek itu, "aku adalah pengawal peribadi dari Cu Goan-ciang yang kemudian menjadi raja Beng yang pertama Setelah jadi raja, Cu Goan-ciang mengangkat aku sebagai kepala Gi-lim-kun (bayangkara istana) dengan pangkat Ciangkun (jenderal) ... "
la berhenti sejenak lalu melanjutkan : "Sesungguhnya aku malu melihat tubuhku yang pendek. Para anggauta Gi lim kun bertubuh tinggi besar dan kekar. Tetapi mereka takut kepadaku. Mereka menyebut aku "tayjin" (paduka tuan). Kutolak Karena tubuhku pendak kecil, kusuruh mereka menyebut "siau-jin" (orang rendah). Mereka tertawa tetapi tak berani dimukaku, melainkan dibelakang-ku. Pun ketika raja mengumumkan kenaikan pangkatku menjadi ciang-kun (jenderal), orang yang menghormat aku dengan panggilan 'ciangkun' kumarahi dan kusuruh bilang 'lo-kun' saja. Hingga sampai sekarang aku disebut orang Lo Kun."
"Pada suatu hari, raja memanggil aku. Aku disuruh menikah dengan gadis atau wanita mana saja yang kupilih. Tetapi raja Beng Thay-cou itu kubantah habis-habisan : "Buat apa kawin?"
"Eh, Lo Kun, engkau sudah cukup tua. Engkau harus beristeri supaya punya anak. Besok kalau engkau tua atau sakit, biar ada yang merawat," kata baginda.
"Tidak bisa," aku membantag. "aku malu. Diriku begini pendek, masa ada wanita yang mau?
"Jangan kuatir," kata baginda, "aku yang mencarikan wanita itu. Tentu dia mau dan engkau tentu puas mendapat isteri cantik."
"Tidak bisa." kubantah lagi, "aku kasihan.""Kasihan kepada siapa ?"
"Kasihan kepada isteriku dan anakku. Isteri-ku tentu malu mempunyai suami orang kate. Anakku tentu besok juga pendek. Dia pun akan menderita ejekan orang. Lebih baik aku sendiri saja yang menanggung."
"Lo Kun, jangan membawa kemauanmu sendiri engkau harus kawin dengan wanita yang kupilihkan !" akhirnya baginda marah. Dan terpaksa aku menurut.
"Aku dinikahkan dengan seorang puteri tiko-jin (residen) wilayah Siamsay," kakek Lo Kun melanjutkan kisahnya."Katanya, puteri itu cantik dan pandai masak, pandai menjahit dan pintar menggubah syair ... "
"Setan tua, rejekimu besar sekali !" tiba-tiba kakek Kerbau Putih menyelutuk.
"Jangan memutus ceritaku, kerbau tua, kakek
Lo Kun deliki mata. Lalu melanjutkan lagi :
"Dengan diantar oleh rombongan pembesa kerajaan, aku menuju ke Siam-say. Upacara dilakukan besar-besaran sampai tujuh hari tujuh malam sehingga aku tak sempat menjenguk isteriku Aku sibuk menerima ucapan selamat dari para penv be«ar daerah dan orang-orang terkemuka. Setelah tujuh hari, kusuruh rombongan pengiringku pulang dulu. Sebulan lagi aku bersama isteri baru kembali ke kota kerajaan.Demikian pada malam itu, akupun masuk ke dalam kamar pengantenku. Ya, isteriku yang muda dan cantik akan kupeluk dan kucium sepuas-puasnya. Ah. ah. celaka . . hatiku mulai berdebar-debar lagi seperti hari itu . , . " tiba-tiba kakek Lo Kun mendekap dadanya. Rupanya karena membayangkan peristiwa malam pengantinnya ia menjadi tegang lagi.
"Kamar pengantin hanya diterangi dengan sebatang lilin yang redup. Ranjangnya dicat meral dengan ukir-ukiran gambar naga dan burung cenderawasih emas. Kain selambunya bersulam bunga dan bidadari. Kain sprei dan bantalnya, aduh mak . . . putih bersih dengan sulaman bunga seruni yang timbul. Baunya harum bukan buatan. Ai, baru pertama itu seumur hidupku, akan tidur dalam ranjang yang begitu indah . . ."
![](https://img.wattpad.com/cover/88593487-288-k739765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Blo'on
Aléatoire"Hai, sekarang aku tahu namaku!" bukan jawab pertanyaan tetapi blo'on itu malah berteriak semaunya sendiri. "Siapa?" seru dara itu yang tanpa disadari ikut terhanyut dalam gelombang keblo'onan. "Wan-ong-kiam !" Walet Kuning terkejut, hampir tertawa...