"Mengapa ?" seru kakek Lo Kun ikut melonjak kaget melihat blo'on lari ketakutan.
"Tengkorak!" kata Blo'on seraya menunjuk kesudut dinding guha.
"Masih hidup ?" tanya kakek Lo Kun.
"Entah, aku tak berani mendekatinya," sahut Blo'on.
Sejak menemukan mayat dari Sun kui-hui yang dianggapnya dengan penuh keyakinan sebagai bekas kekasihnya dahulu, pikiran kakek Kerbau Putih agak terang. Linglungnya banyak berkurang.
'Gila semua " ia berteriak, "masakan tengkorak masih bernyawa ? hayo, kita periksa !"
Blo'on terpaksa mengikuti kakek Kerbau Putih ke tempat kerangka tulang tengkorak itu. Demikianpun kakek Lo Kun.
"Dia diam saja !" seru Blo'on.
"Memangnya sudah mati jadi tengkorak, masakan dapat bergerak," dengus kakek Kerbau Putih. "apa engkau masih takut
Blo'on gelengkan kepala : "Tidak."Mereka mulai memeriksa tengkorak itu. Pada bagian batok kepala masih melekat bebera gumpal rambut putih. Menilik ukuran tulang-tulang kaki dan tangan serta tubuhnya, dahulu tengkorak itu tentu seorang manusia yang tinggi besar. Pakaiannya sudah hancur.
"Hai, apakah yang dipegangnya ini ?" tiba-tiba Blo'on berteriak ketika melihat jari-jari tangan kanan tengkorak itu masih mencengkeram sebuah kotak kecil terbuat daripada gading.
"Uh. mungkin barang berharga miliknya ya disimpan dalam kotak itu," kakek Kerbau Pu lalu ulurkan tangannya.
"Hai, mau apa engkau, setan Kerbau," tiba-tiba kakek Lo Kun mencekal lengan kakek Kerbau Putih.
"Mengambil kotak gading itu."
"Akan engkau ambil sendiri ?"
"Tidak, hanya akan kubuka apa isinya. Kali memang berisi barang pusaka yang berharga, kita bagi rata," sahut kakek Kerbau Putih."Tidak, aku tak mau," seru Blo'on, "buat apa mengambil barang milik orang mati !'
"Ya, benar, aku juga tak sudi!" kakek Lo Kun ikut menolak.
"Ho, siapa yang akan mengambil ? Akupun tak mempunyai keinginan untuk mengambilnya. Tetapi apa jeleknya kita buka peti itu. Mungkin bukan berisi barang berharga melainkan surat wasiat pesanannya," kata kakek Kerbau Putih.
Kakek Lo Kun menarik pulang tangannya. Dan kakek Kerbau Putihpun lalu memegang kotak itu terus hendak ditariknya. Tetapi ia segera mendengus : "Uh . . . uh . . . mengapa tak mau terlepas cengkeraman jarinya ?"Ia berusaha untuk mengorak jari si tengkorak supaya melepaskan peti tetapi jari-jari tengkorak itu mengancing rapat sekali seolah-olah melekat dengan peti.
"Jangan dipaksa," seru kakek Lo Kun, "kalau dia tak mau melepaskan, jangan engkau menggunakan paksaan. Kasihlah aku yang mengambilnya" Kakek Lo Kun terus ulurkan tangan dan menarik kotak itu. Tetapi diapun mengeluh: "Wah mengapa melekat sekali dengan jarinya ? Kalau kupaksa, persambungan tulang lengannya tentu putus tapi belum tentu jarinya dapat terlepas dari kotak."
"O, kutahu," tiba-tiba kakek Kerbau Putih berseruKakek Lo Kun berpaling : "Tahu apa ?"
"Ya, kuingat," kata kakek Kerbau Putih, "awah orang itu tentu tak rela memberikan kotak kepada orang yang tak disukai. Dia akan melepaskan cengkeramannya apabila bertemu dengan orang yang disukai."
"Kurang ajar, kalau begitu tengkorak ini tentu tak-suka kepadaku," gerutu kakek Lo Kun.
'"Naif, engkau baru tahu rasa bahwa tengkorakpun tak suka kepada kakek semacam engkau", ejek kakek Kerbau Putih,
"Huh, diapun juga tak suka kepada wujutmu hai, kerbau bungkuk," kakek Lo Kun balas mengejek
"Sekarang cobalah engkau yang mengambil," kakek Kerbau Putih tak mau melayani Lo Kun lalu menyuruh Blo'on.Blo'on menurut. Pelahan-lahan ia mendekati dimuka tengkorak lalu memberi hormat : "Tengkorak, aku tak tahu siapa engkau. Tetapi aku dan kedua kakek ini tak menghendaki barangmu melainkan hendak mengetahui barangkali engkau meningga'ikari pesan. Apabila benar, lepaskanlah kotak ini agar aku dapat membuka isinya. Kalau engkau benar meninggalkan pesan, aku tentu akan melakukan sedapat mungkin ... "
Habis berkata, Blo'on mendekati tangan tengkorak lalu pelahan-lahan menarik kotak itu.
Aneh !Seolah-olah mengerti kata-kata Blo"on, tengkorak itupun lepaskan cengkeramannya dan dengan mudah kotak dapat ditarik Blo'on.
"Ho, dia suka kepadamu!" seru kakek Kerbau Putih lalu menyuruh anak itu membukanya.
Ternyata kotak gading itu hanya berisi dua kim-long atau kantong yang terbuat dari sutera lemas yang tahan hawa. Blo'on mengambil sebuah kim long lalu dibukanya Isinya sehelai kertas yang penuh tulisan.
"Ah, aku tak dapat membacanya," kata Blo'on seraya mengangsurkan surat itu, "siapa diantara kalian yang dapat
membaca, harap membacakan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Blo'on
Diversos"Hai, sekarang aku tahu namaku!" bukan jawab pertanyaan tetapi blo'on itu malah berteriak semaunya sendiri. "Siapa?" seru dara itu yang tanpa disadari ikut terhanyut dalam gelombang keblo'onan. "Wan-ong-kiam !" Walet Kuning terkejut, hampir tertawa...