Tongkat Pemukul

65 11 0
                                    

'Aku hanya ingin tau siapa dirimu. Seperti apa wajahmu. Dan siapa namamu.'

Sejak kepulangannya dari menonton konser Boys.In.Shadow, Miho terus terpikirkan tentang Yoh. Setiap jam, menit, bahkan detik. Pikiran tentang Yoh selalu memenuhi otaknya. Suara Yoh terus terngiang di telinganya.

'Minna-san. I love you.'

Kata terakhir dari Yoh dengan sedikit desahan yang menutup konser itu. Entah kenapa setiap mengingat Yoh mengatakan itu, ia selalu tak bisa tenang. Rasanya jantungnya mau melonjak keluar dari dalam tubuhnya.
Ia juga tak mengerti, kenapa ia bisa begitu terpikat pada cowok yang wajahnya belum ia ketahui. Dan lagi, Yoh adalah seorang idol. Rasanya sangatlah tidak mungkin ia bisa berpacaran dengan Yoh. Terlepas dari peraturan tak boleh pacaran yang hampir diterapkan seluruh idol Jepang. Juga karna perbedaan antara dirinya dan Yoh. Dirinya bukanlah siswi populer, dan Yoh adalah idol yang sangat populer yang digandrungi banyak gadis meski belum mengetahui wajahnya.

Miho menghela nafasnya dan meletakkan kepalanya diatas meja dengan tangan kirinya sebagai landasan. Ia memandangi foto siluet Yoh yang tadi ia beli sebelum masuk ke area konser. Sepertinya Yoh sangat cocok jadi model. Tobohnya proporsional. Miho yakin, kalau Yoh mau menunjukkan wajahnya, pasti akan ada majalah yang menjadikan Yoh sebagai model Regulernya. Ah, kenapa sih hanya siluet saja yang mereka perlihatkan. Ck. Konsep yang amat sangat aneh.

<==>

Miho mencoret-coret bukunya. Bukan coret-coretan asal. Tapi ia sedang mencoba menggambarkan seperti apa wajah Yoh. Dari cara bicaranya, gerak-gerik tubuhnya, gaya rambutnya yang terlihat pada bayangan. Dan juga dari gambar anime yang ada pada cover CD. Ia mencoba mengira-ngira seperti apa wajah Yoh yang sudah membuatnya tak bisa tidur dan dilanda penasaran.
Miho melihatnya dengan seksama, lalu menambah ketebalan rambutnya.

Miho menoleh saat mendengar suara tas diletakkan diatas meja. Siapa lagi kalau bukan Shuhei. Miho bergegas bangkit dari bangkunya dan mendekati Shuhei. Ia ingin menunjukkan hasil gambarnya pada Shuhei yang tengah mengusap-usap tengkuknya. Miho meletakkan hasil gambarnya diatas meja Shuhei.

Shuhei berhenti mengusap tengkuknya. Matanya yang sayu menatap kertas yang kini tepat berada dihadapannya. Detik berikutnya kepalanya mendongak, menatap Miho dengan tatapan sayu. Shuhei terlihat sangat kelelahan. Seperti habis begadang semalaman.

"Nani kore? (Apa ini?)" Tanya Shuhei.

"Gambar Yoh." Ucap Miho mengembangkan senyumnya.

"Jelek!" Ucap Shuhei menyingkirkan gambar itu dari hadapannya. Ia lelah, mengantuk dan ingin mengistirahatkan tubuhnya.

Miho mengambil kembali gambar Yoh yang ia buat dengan wajah cemberut. Atau lebih tepatnya kesal. Tapi melihat wajah Shuhei yang terlihat sangat lesu membuat rasa kesal Miho sedikit berkurang. Ia merasa kasihan dengan Shuhei. Apa Shuhei sakit? Kerja apa sebenernya Shuhei?

"Genki janai ka? (Kamu sakit?)" Tanya Miho

Shuhei menggelengkan kepalanya. "Aku cuma capek." Ucapnya. "Jadi jangan ganggu aku ok. Pergilah, aku mau tidur sebelum jam pelajaran dimulai." Lanjut Shuhei lalu meletakkan kepalanya diatas meja dengan tasnya sebagai bantal. Matanya terpejam sempurna.

Sepertinya Shuhei benar-benar kelelahan. Padahal ia ingin cerita banyak hal tentang pengalamannya menonton konser Boys.In.Shadow sabtu kemarin. Miho kembali ke bangkunya. Ia kembali mengandai-andai seperti apa wajah Yoh. Tangannya kembali mencoret-coret bukunya.

<==>

Seperti biasa, kantin sangatlah ramai saat jam makan siang. Miho mendudukkan dirinya disalah satu bangku bersama dengan beberapa teman sekelasnya. Ya, Miho mulai punya teman dikelas barunya. Miho memakan rotinya sembari memandangi kertas berisi lirik lagu Hope Step Jump. Rasa penasaran itu masih menghantuinya. Pertanyaan tentang siapa pemilik lirik itu tetap tak mau pergi dari otaknya. Miho menjauhkan kertas lirik itu dari hadapannya.

Boys.In.ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang