'Aku ingin terus berjalan dibelakangnya. Melihat punggungnya dan mendukungnya dari belakang.'Shuhei melangkahkan kakinya dengan pelan diatap sekolah. Ia berhenti sejenak, membiarkan angin yang berhembus pagi itu menerpa tubuhnya. Detik berikutnya ia mendudukkan dirinya, memadang headset pada telinganya dan memutar sebuah lagu. Tangannya yang memegang pena mulai bergerak-gerak. Membuat tulisan diatas kertas putih. Ia tengah mencoba untuk menulis lagu. Di tempat yang tenang seperti ini memanglah sangat tepat untuk berpikir.
Sesekali Shuhei menempelkan pulpennya pada dagunya lalu kembali menulis. Beberapa kali ia memcoret apa yang sudah ia tulis dan menggantinya dengan yang baru. Ternyata membuat lagu tidaklah semudah yang ia bayangkan. Pikiran Shuhei buyar seketika saat mendengar ponselnya berdering. Shuhei menghela nafasnya dengan kasar lalu merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.
'Kamu dimana?' Pesan dari Miho.
Shuhei mengabaikannya dan kembali memasukkannya kedalam sakunya. Ia menarik nafas lalu memegang pulpennya lagi. Baru saja ia mau menulis, ponselnya kembali berbunyi. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali sampai membuat Shuhei kesal. Ia letakkan pulpen dan juga bukunya dengan kasar lalu mengambil ponselnya dengan kasar.
'Dimana kamu????????'
'Oi..apa kamu tuli?'
'Baka Shuhei, balas pesanku.'
'Balas atau aku akan memukul dahimu.'
'Baiklah, aku akan memukul dahimu.'
Shuhei tertawa mendengar pesan terakhir Miho. Mana mungkin Miho bisa memukulnya. Dia saja tidak tau keberadaannya. Ck.. dasar baka!
"Pukul aja kalau bisa." Gumam Shuhei tersenyum miring.Shuhei kembali memasukkan ponselnya kedalam saku dan plakkk... Shuhei yang tadinya duduk kini jadi terlentang karna Miho memukul dahinya dengan kuat. Shuhei hanya bisa pasrah dengan mata yang terpejam. Kalau begini caranya, dahinya bisa-bisa luka lagi. Dan lagi, bagaimana bisa Miho menemukannya? Padahal ia sama sekali belum membalas pesan Miho.
Miho mendekatkan wajahnya ke wajah Shuhei yang saat ini masih terpejam. Telinganya sekarang bisa mendengar deru nafas Shuhei. Tak lama kemudian mata Shuhei terbuka. Shuhei terpaku melihat Miho dengan jarak sedekat itu.
"Daijoubu ka? (Kamu nggak papa?)" Tanya Miho.
Shuhei kembali memejamkan matanya, sedikit mengangkat kepalanya membuat wajahnya semakin dekat dengan Miho. Dan Shuhei merasakan wajahnya basah. Ia langsung membuka matanya dan memdapati Miho tengah menyiram wajahnya dengan air mineral dari botol minuman yang ia bawa. Shuhei bergegas mendudukkan dirinya.
"Ya! Apa yang kamu lakukan?" Protes Shuhei.
"Menyirammu lah, apalagi?" jawab Miho dengan enteng.
"Kenapa?" Tanya Shuhei.
"Kenapa kamu mendekatkan wajahmu? Mau menciumku? Kamu pikir aku mau kamu cium? Tidak ya!" Ucap Miho. "Aku nggak mau di cium olehmu. Aku hanya mau dicium sama Y-" ucapan Miho terhenti seketika saat dengan tiba-tiba Shuhei menciumnya. Sangat tiba-tiba, bahkan Miho tidak menyadari gerak-gerik Shuhei saat hendak menciumnya.
Shuhei memandangi Miho dengan senyuman yang mungkin bisa dikatakan mesum. Tatapan matanya juga membuat Miho jadi merinding.
"Kenapa kamu menciumku? Sudah aku bilang aku nggak mau kamu cium. Kamu.."
"Diam, atau aku akan memciummu lagi supaya kamu diam." Ucap Shuhei yang langsung membuat Miho terdiam.
Shuhei tertawa melihat wajah kesal Miho. Mukanya yang cemberut, bibirnya yang sedikit dimajukan. Itu sangat menggemaskan bagi Shuhei. Tangannya terulur, lalu mengacak rambut Miho.
"Lihatlah, wajahmu sangat lucu. Membuatku ingin menciummu lagi." Ucap Shuhei kemudian tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys.In.Shadow
Ficção AdolescenteBoys.In.Shadow, sebuah group idol yang tak pernah menunjukkan wujud asli para membernya. Hanya siluet yang terlihat. Funatsu Miho yang awalnya tak menyukai Boys.In.Shadow perlahan mulai tertarik dan mencari tahu siapa Yoh itu sebenarnya.