'Aku tidak mengerti dengan ini semua. Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan. Yang aku tau, aku tak bisa jauh darimu.'"Siapa yang akan jadi ketua kelompok?" Tanya Daisuke.
"Omae. (Kamu.)" Jawab Shuhei dengan cepat.
"Eh? Ore? (Aku?)" Tanya Daisuke menunjuk dirinya sendiri.
"Un.." Jawab Shuhei dengan menganggukkan kepalanya.
Tiga anggota kelompok yang lain juga menyutujui usulannya."Hai. Yoroshiku onegaiitashimasu. (Mohon kerjasamanya.)" Ucap Daisuke sedikit membungkukkan badannya.
Kelompok 4 mulai membahas apa yang akan mereka lakukan. Satu persatu memberi usulan termasuk. Tak jarang mereka sesekali tertawa karna suatu hal. Tapi Shuhei hanya sebatas mengembangkan senyumnya. Berkali-kali Miho melirik Shuhei. Entah Shuhei menyadari itu atau tidak.
Atas beberapa pertimbangan, akhirnya kelompok 4 memutuskan untuk melakukan perpaduan antara Shoudo (kaligrafi jepang) dengan lukisan. Hal itu dipilih karna Miho dan Kaho pandai menggambar. Sedangkan Daisuke dan juga Mizuki adalah anggota klub Shodo. Shuhei sendiri pernah tergabung di klub Shodo meski hanya beberapa bulan. Setidaknya ia sudah tahu dasar dan teknik Shodo.
"Di gudang ada papan tulis yang nggak kepakai kan? Kita pakai itu untuk jadi dasarnya." Usul Daisuke.
"Kita pakai kapur?" Tanya Kaho.
"Ah. Karna itu lebih menarik menurutku." Sahut Shuhei.
"Aku punya beberapa kapur warna dirumah." Ucap Miho.
"Bawa aja oke." Sahut Mizuki yang ditanggapi anggukan kepala oleh Miho.
"Ok! Deal ya?" Tanya Daisuke yang dijawab anggukan kepala 4 anggota kelompok yang lain.
Miho tengah memikirkan apa yang harus ia lukis. Hal yang menarik. Atau mungkin melukis siluet Yoh saja? Ck.. astaga, apa yang kamu pikirkan Miho. Baginya itu mungkin menarik. Tapi tidak dengan yang lain. Miho memukuli kepalanya sendiri. Kenapa selalu Yoh yang terpikirkan olehnya. Miho terus berpikir sampai rasanya kepalanya sangat pusing. Sulit sekali untuknya berpikir.
~
Miho yang tengah mengganti sepatunya berhenti sejenak saat matanya menangkap sepasang kaki berhenti tak jauh darinya. Ia mendongak dan mendapati Shuhei tengah memasukkan beberapa barang ke dalam lokernya. Dengan ekspresi wajah yang datar. Saaangat datar. Bahkan lebih datar dari jalanan aspal.
"Ano.. bagaimana kalau aku melukis siluet?" Tanya Miho mencoba mengajak bicara Shuhei.
"Terserah." Jawab Shuhei singkat.
"Ck.. aku minta pendapatmu sebagai teman satu kelompok." Ucap Miho mencoba bersikap seperti biasanya. Ia harap Shuhei berhenti bersikap seperti itu padanya.
Shuhei menutup lokernya dan mengarahkan pandangannya ke Miho. "Kenapa kamu nggak bahas itu saat kita kumpul tadi?" Tanya Shuhei.
"Kan aku baru kepikiran." Ucap Miho pelan.
"Ini bukan waktunya untuk berdiskusi. Jangan lakukan semuanya semaumu. Paham!" Tegas Shuhei lalu berbalik dan melangkahkan kedua kakinya.
"Kamu marah padaku?" Tanya Miho.
Dengan sangat terpaksa, Shuhei menghentikan langkah kakinya. "Kalau aku bilang aku marah, kamu akan menangis seperti waktu itu." Ucapnya.
Miho berjalan menghampiri Shuhei dan memukul pelan lengan Shuhei. "Kamu memang nggak bilang kamu marah. Tapi sikapmu yang seperti ini menunjukkan kalau kamu itu marah. Baka!" kesal Miho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys.In.Shadow
Teen FictionBoys.In.Shadow, sebuah group idol yang tak pernah menunjukkan wujud asli para membernya. Hanya siluet yang terlihat. Funatsu Miho yang awalnya tak menyukai Boys.In.Shadow perlahan mulai tertarik dan mencari tahu siapa Yoh itu sebenarnya.