Dandelion

67 9 0
                                    


'Terasa bahagia saat bersamamu. Nyaman berada disisimu. Dan selalu ingin berbicara denganmu. Inikah yang dinamakan cinta?'

Shuhei membeli dua buah tiket untuk naik ke puncak Tokyo Skytree. Lampu sirkus berwarna-warni yang menghiasi Tokyo Skytree terlihat sangat indah dan menakjubkan. Setelah berada dipuncak Tokyo Skytree, Shuhei dan Miho melihat kebawah. Pemandangan malam kota Tokyo yang begitu indah. Lampu-lampu yang menghiasi seluruh penjuru kota. Dari tempat itu pula mereka dapat melihat ikon kota Tokyo. Tokyo Tower, yang tingginya tidak lebih tinggi dari Tokyo Skytree.

Miho mengembangkan senyumnya dengan mata yang terus memandang kebawah. Ini bukan pertama kalinya ia ketempat ini. Tapi entah kenapa malam ini suasananya terasa berbeda. Dan ia sangat menikmatinya. Setiap centi kota Tokyo yang terlihat oleh matanya.

Shuhei berdiri disamping Miho. Menatap Miho sejenak, lalu mengembangkan senyumnya. "Ini... sebagai permintaan  maafku karna sudah membuatmu libur kerja." Ucap Shuhei yang juga memandang kebawah.

"Arigatou!" Ucap Miho tersenyum senang.

"Aku berharap bisa kembali ketempat ini suatu saat nanti. Tapi, bersama dengan seseorang yang aku cintai." Ucap Shuhei dengan arah pandang yang tertuju pada Miho.

Miho menganggukkan kepalanya pelan. "Aku akui. Kamu tampan, suaramu bagus, kamu pandai membuat kaligrafi. Kamu juga pintar dance. Kamu pasti bisa mendapatkan pacar." Ucap Miho.

"Aku tau itu." Ucap Shuhei kemudian tertawa. "Tapi kalau kamu didekatku terus, nggak akan ada yang mendekatiku. Kamu tau itu?" Lanjutnya.

Seketika senyum diwajah Miho menghilang. Ia merasakan hatinya bergetar dan terasa sangatlah sakit. Kata-kata itu seolah-olah adalah sebuah pisau tajam yang menyayat hatinya. Walau Miho tak menyukai Shuhei. Tapi, itu tetap saja terasa menyakitkan untuknya.
Perlahan tubuh Miho berbalik dan melangkahkan kakinya dengan pelan.

Shuhei segera menariknya, membalikkan tubuh Miho dan memeluknya. Tak peduli meski banyak orang disekitarnya. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil Miho. Ia merasakan seragamnya basah. Artinya Miho menangis sekarang.

"Gomen." Lirih Shuhei lalu menyandarkan dagunya pada kepala Miho. "Aku nggak peduli, sekalipun nggak ada yang mendekatiku." Ucapnya.

Shuhei melepaskan pelukannya dan mengangkat wajah Miho hingga menatapnya. "Naku na yo! (Jangan nangis!)" Ucapnya menghapus air mata Miho.

"Omae no soba ni ite, shiawase da! (Berada didekatmu, aku bahagia!)" Ucap Shuhei mengembangkan senyumnya.

"Hontou?" Tanya Miho dengan suara parau.

"Sshh... eee... iie! (Nggak!)" Ucap Shuhei lalu tertawa.

Miho memanyunkan bibirnya. Kenapa disaat seperti ini Shuhei masih bisa bercanda.

"Jaa! Sumidagawa e! (Ayo! Ke Sungai Sumida!)" Seru Shuhei. Ia menyentuh kepala Miho lalu berjalan lebih dulu.

Miho menghapus sisa air matanya, merapikan rambutnya, lalu segera menyusul Shuhei. Shuhei mengajaknya tapi malah berjalan lebih dulu. Ck..

..

"Apa kamu nggak malu nangis ditempat umum?" Ejek Shuhei sembari berjalan di jembatan di atas sungai Sumida.

"Itu kan karnamu." Ucap Miho dengan kesal.

"Cengeng!" Ejek Shuhei.

"Berhenti mengejekku atau aku ceburin kamu ke sungai." ancam Miho.

Shuhei tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Sudah ia duga, Miho pasti akan mengancamnya. Detik berikutnya Shuhei berlari dijembatan yang panjang itu. Miho melepas kedua sepatunya dan berlari mengejar Shuhei.

Boys.In.ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang