Ice Cream

57 11 0
                                    


'Saat menyukai seseorang, tak butuh banyak alasan. Itu yang aku rasakan saat ini. Yoh, aku menyukainya.'

Shuhei turun dari ranjang dan berjalan keluar ruang kesehatan dengan dahi yang masih tertempel plaster. Ia menghela nafas kasar. Kenapa sakit pada dahinya tak hilang-hilang juga.

"Ck.. bukannya mengurusku, dia malah meninggalkanku." Omel Shuhei. Menyalahkan Miho yang tak bertanggung jawab karna meninggalkannya. Dan lagi, sekarang sudah jam pulang. Mungkin saja Miho saat ini sudah pulang. Memang tidak bertanggung jawab.

.

Shuhei memasuki kelasnya yang sudah tak ada penghuni. Semua jendela juga sudah tertutup. Kursi juga sudah dinaikkan keatas meja. Dan Miho benar-benar pulang. Ck.. Ia menghampiri bangkunya untuk mengambil tasnya. Matanya melihat ada secarik kertas diatas tasnya. Tangannya terulur mengambil kertas itu dan membacanya.

"Gomen, aku pulang duluan. Aku harus ke supermarket." Ucap Shuhei membaca tulisan pada kertas itu. Ia baru ingat, kalau Miho bekerja di supermarket.

Ia menoleh kebelakang, melihat bangku Miho yang kosong. Hanya ada secarik kertas diatas mejanya. Ia mendekat ke bangku Miho dan melihat gambar yang dibuat oleh Miho. Disampingnya tertulis nama Yoh dan juga bentuk hati ♡ didekatnya. Entahlah apa maksudnya, Shuhei juga tak mengerti.

"Baka!" Ucapnya sembari tertawa kecil.

<==>

Sepulang dari supermarket, Miho bergegas menuju toko CD. Ia ingin membeli beberapa cd Boys.In.Shadow dan juga DVD konsernya. Sungguh, ia mulai tertarik mengikuti Boys.In.Shadow. Tak peduli jika adiknya nanti mengejeknya. Yang penting ia bisa menikmati suara merdu Yoh. Sepertinya dirinya sudah tergila-gila dengan Yoh.

Miho melangkahkan kaki jenjangnya diatas trotoar. Sembari melihat-lihat pemandangan malam kota Tokyo. Masih cukup banyak orang berlalu-lalang. Karna memang baru pukul 19.13. Miho mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Tidak ada pesan dari siapapun. Huh, ponselnya memang selalu sepi. Karna ia memang tak cukup punya banyak kontak. Hanya ada beberapa kontak saja. Baginya itu sudah cukup. Langkah kaki Miho terhenti saat ia melihat 5 orang cowok yang tengah berjalan bersama. Salah satu diantaranya terlihat seperti Shuhei. Atau mungkin itu memang Shuhei. Miho menyipitkan matanya. Memastikan bahwa orang itu Shuhei. Dan benar saja, didahi cowok itu ada plaster. Fix itu adalah Shuhei. Tiba-tiba Miho terpikirkan untuk mengikuti cowok-cowok itu.
Tanpa pikir panjang, Miho langsung menyebrang. Berpindah kesisi jalan dimana para cowok itu tengah berjalan.

Para cowok itu berjalan sembari bersenda gurau. Bahkan sesekali saling dorong satu sama lain. Terlihat sekali kelimanya sudah akrab. Dan lagi, Miho juga baru menyadari kalau diantara lima cowok itu ada Ryoga.
Dan tiga cowok yang lainnya, Miho tidak pernah melihat ada disekolahnya. Apa mungkin memang tidak satu sekolah dengannya?

Miho berhenti saat kelima pria itu berhenti melangkah. Ia bersembunyi dibalik tembok dengan kepala yang sedikit menyembul, mengintip para cowok itu yang tengah berbincang-bincang. Lalu ketiga cowok yang ia tak kenal itu berpisah. Ryoga juga mengambil jalan yang berbeda dan hanya tinggal Shuhei seorang diri. Miho segera menarik kepalanya sebelum Shuhei melihatnya. Atau pria itu akan mengomel. Setelah beberapa saat dan dirasa sudah aman, Miho kembali menjulurkan kepalanya dan ia terkejut bukan main. Karna Shuhei yang sudah ada disisi lain tembok itu. Berdiri dan menatapnya dengan senyuman yang terkembang.

"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Shuhei.

Miho menunjuk dahi Shuhei yang masih terdapat plaster. "Aku mengkhawatirkanmu." Ucapnya.

"Arigatou, tapi nggak perlu ngintai juga kan?" Tanya Shuhei.

"Mereka siapa?" Tanya Miho.

"Temankulah." Jawab Shuhei cepat.

Boys.In.ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang