"Kalau kamu nggak sanggup mematuhi peraturannya, harusnya kamu nggak bergabung dengan B.I.Shadow!" Ucap JC.
Yoh tertegun mendengar apa yang dikatakan JC. Matanya menatap lurus mata JC. Keduanya saling menatap dalam diam.
"Heh, udah dong. Kenapa sih harus bertengkar hanya karna masalah ini." Ucap Hans melerai keduanya. Ia menutup wajah Yoh dengan handuk. Ia juga melakukan hal yang sama pada JC. Ia tak mau pertengkaran ini berlanjut. Baik JC maupun Yoh, keduanya masih dikuasai amarah. Apalagi keduanya lelah karna habis berlatih. Suhu tubuh yang panas membuat suasana jadi semakin panas.
~
Hans berjalan keluar ruang latihan. Ia mencari keberadaan managernya. Marv dan juga Tori tak kunjung kembali. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi salah satu diantara keduanya.
"Maabi (Marv), Ayase-san no doko ni? (dimana Ayase-san?)" Tanya Hans sembari terus melangkahkan kakinya.
"......."
Hans memutuskan sambungan telepon. Memasukkan kembali ponselnya kedalam saku dan bergegas menuju tempat yang diberitahukan Marv.
..
Hans menghentikan langkahnya saat melihat Ayase duduk dibangku seorang diri. Sedangkan Tori dan juga Marv, keduanya berada dibelakangnya. Tak berani mendekati sang manager. Hans menghela nafasnya dan kembali melangkahkan kakinya. Ia memberi isyarat pada Tori dan Marv untuk meninggalkan tempat itu. Setelahnya, dengan hati-hati ia mendudukkan dirinya didekat Ayase yang tengah menundukkan kepalanya. Dari gerakan punggungnya, sepertinya Ayase tengah menangis.
"Ayase-san, gomen." Ucap Hans membuka suara.
Kepala Ayase terangkat, ia menghapus air matanya, lalu mengarahkan pandangannya ke Hans. "Hans." Ucapnya mengembangkan senyumnya. Ia menoleh ke belakang. "Dimana Maabi dan Tori?" Tanyanya.
"Aku menyuruh mereka pulang." Jawab Hans.
Ayase membersihkan sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya.
"Ayase-san," Hans mengambil jeda. "Kamu yang sudah membuat kami seperti ini. Sungguh, kami nggak akan bisa melanjutkannya tanpamu. Jadi, tetaplah bersama kami." Ucap Hans menatap Ayase penuh harap.
Ayase sedikit menundukkan kepalanya.
"Kita bicarakan ini baik-baik. Kita ambil keputusan yang terbaik." Ucap Hans lagi.
"Hans, aku.... aku menyukai Yoh." Ucap Ayase membuat Hans terkejut.
"Heh?" Ucap Hans tak menyangka.
"Mendengarnya akan menjalin hubungan dengan orang lain, itu membuatku sedih. Aku nggak mau dia menjadi milik orang lain." Ucap Ayase kembali meneteskan air matanya.
Bola mata Hans bergerak tak menentu. Ia tak menyangka dengan semua ini. Managernya, menyukai Yoh? Pantas tadi managernya itu terlihat sangat marah. Tangannya bergerak menggaruk kepala belakangnya. Ia benar-benar bingung.
"Aku nggak sanggup kalau harus terus menahan sakit ini." Ucap Ayase.
"Ano.. eee..." Hans kesulitan untuk mengatakan sesuatu.
Ayase menghambur kedalam pelukan Hans. Membuat Hans semakin terkejut. Matanya terbuka lebar, mulutnya sedikit terbuka. Tangis Ayase juga semakin menjadi saat berada dalam pelukan Hans. Kaos Hans yang sudah kering dari keringat, kini kembali basah karna air mata Ayase.
"Ayase-san, pelankan suaramu. Beberapa orang menatapku curiga." Ucap Hans pelan yang membuat tangis Ayase semakin menjadi. Hans hanya bisa pasrah sekarang kalau ada orang yang akan memukulinya. Niatnya adalah membujuk Ayase supaya tetap menjadi managernya, tapi kenapa malah seperti ini jadinya. Tau begitu ia tidak menemui managernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys.In.Shadow
Fiksi RemajaBoys.In.Shadow, sebuah group idol yang tak pernah menunjukkan wujud asli para membernya. Hanya siluet yang terlihat. Funatsu Miho yang awalnya tak menyukai Boys.In.Shadow perlahan mulai tertarik dan mencari tahu siapa Yoh itu sebenarnya.