Shuhei berangkat lebih pagi hari ini. Ia menunggu Miho. Ia ingin menjelaskan semuanya. Ini hanyalah sebuah kesalah pahaman. Shuhei melihat Miho berjalan menuju kekelas. Ia sudah siap untuk mengomeli Miho yang tak mau mengangkat teleponnya."Yoshino-kun, bantu aku bawa papan tulis yang digudang." Ucap Daisuke.
"Eh?" Ucap Shuhei dengan wajah bingung. Mana yang harus ia lakukan lebih dulu sekarang. Ia ingin segera menjelaskan semuanya pada Miho. Tapi ia juga harus segera membawa papan tulis yang berisi hasil karya kelompoknya ke kelas sebelum sensei masuk dan menilai hasil karya dari masing-masing kelompok.
"Yoshino." Panggil Daisuke lagi.
"Ah, Hai." Shuhei melangkahkan kakinya menghampiri Daisuke dan berjalan bersama menuju gudang. Sejenak Shuhei menoleh kebelakang, sembari terus melangkahkan kakinya. Miho sudah tidak ada didepan kelas. Shuhei kembali melangkahkan kakinya kedepan.
<==>
Miho hendak mengambil pakaian olahraganya yang ada didalam loker. Tapi Shuhei berdiri didepan lokernya. Menghalanginya untuk mengambil pakaian olahraganya.
"Itu bukan pacarku, dan soal kenapa aku ada dikonser Boys.In.Shadow itu...." ucapan Shuhei terhenti saat Miho melepas sepatunya dan mengangkatnya.
"Minggir, atau aku akan memukul dahimu dengan sepatu ini." Ucap Miho dingin.
"Tunggu sampai aku selesai menjelaskan." Ucap Shuhei.
Plakk.. benar saja. Miho memukul dahi Shuhei dengan sepatunya. Tak begitu keras tapi juga tak bisa dikatakan pelan. Dan itu sukses membuat Shuhei kesakitan dan langsung terduduk. Miho tak peduli itu. Ia sudah memperingatkannya, tapi Shuhei tetap ngeyel. Jadi jangan salahkan dirinya.
Miho bergegas mengambil pakaian olahraganya, menutup lokernya dengan kasar. Meninggalkan Shuhei yang masih memegangi dahinya.
Shuhei memandang Miho yang saat ini tengah menuju ruang ganti. Disaat marah pun Miho tetap bersikap seenaknya. "Ahhh.." desah Shuhei yang masih memegangi dahinya. Sangat sakit. Bagaimana tidak, alas sepatu yang keras itu membentur kepalanya dengan kuat. Kalau begini, dahinya lama-lama akan hilang karna terus menerus dipukul.
..
Saat jam olahraga pun Shuhei sempat menjadi bahan ejekan teman-temannya karna dahinya yang merah. Walaupun ia merasa sangat malu, ia mencoba untuk acuh.
Hari ini, materi olahraganya adalah baseball. Shuhei sengaja berdiri ditempat yang sama seperti waktu itu. Bahkan sedikit lebih maju, saat Miho akan memukul. Kali ini berharap tongkat pemukul Miho terlepas dan mengenai kepalanya. Tak masalah jika ia harus merasakan sakit lagi atau bahkan sampai pingsan. Karna dengan begitu Miho akan kembali berbicara padanya. Tapi, Miho berhasil memukul bolanya. Dan tongkatnya sama sekali tak terlepas.
..
Shuhei berlari mengejar Miho yang tengah melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruang musik yang memang paling dekat. Shuhei mempercepat larinya dan langsung menahan pintunya yang hendak ditutup oleh Miho. Shuhei terus mendorongnya supaya pintunya terbuka.
"Ayolah, dengarkan aku dulu." Ucap Shuhei.
Miho berhenti menahan pintunya. Sontak Shuhei juga berhenti mendorongnya. Detik berikutnya, Miho mendorong pintunya dengan kuat dan menjepit tangan kiri Shuhei yang terulur kedalam.
"Aaa...itai~" teriak Shuhei sambil berusaha mendorong pintunya. Tapi apa daya, rasa sakit yang dirasakannya membuat tenaganya berkurang.
"Hanashite! (Lepaskan!)" Teriak Shuhei dari luar sembari sesekali memukul pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys.In.Shadow
Teen FictionBoys.In.Shadow, sebuah group idol yang tak pernah menunjukkan wujud asli para membernya. Hanya siluet yang terlihat. Funatsu Miho yang awalnya tak menyukai Boys.In.Shadow perlahan mulai tertarik dan mencari tahu siapa Yoh itu sebenarnya.