3 rasa - part 4

4K 329 8
                                    

#Nina#

Aku tipe orang yang suka tantangan. Jadi jangan harap aku akan mundur hanya karena Baim menolak ku sekali. Aku tidak mudah menyerah di awal perang. Aku tidak akan menyerah hingga aku jadi pemenangnya.

Aku mau Baim dan aku akan mendapatkannya. Bukan karena aku tiba-tiba jatuh cinta tapi aku selalu mendapatkan laki-laki yang ku mau. Aku sudah berpacaran berkali-kali dengan berbagai macam karakter laki-laki, jadi jangan panggil aku Nina kalau tidak bisa menaklukkan hati Baim.

Selama ini aku berpacaran dengan mantan-mantan ku atas dasar suka bukan cinta. Seperti yang sudah ku bilang, tidak ada kata cinta dalam kamusku. Belum ada yang bisa membuatku menambahkan kata itu dalam kamusku.

Ku ketuk pintu di depanku perlahan tapi tidak ada jawaban. Ku ketuk lebih keras, tetap tidak ada jawaban. Ku ketuk terus tanpa henti. Aku tahu dia ada di dalam. Begitu yang ku tahu dari satpam di depan. Yups, sekarang aku berada di depan kamar kost Baim. Ini kedua kalinya aku kesini.

Kost ini bersih dan sangat nyaman, membuatku betah berada disini. Kalau saja letaknya dekat dengan tempat kerjaku, sudah ku pastikan aku pindah kesini. Kost khusus karyawan, hanya untuk karyawan dengan penghuni kost campur antara laki-laki dan perempuan.

Ketukan ku pada pintu belum juga berhenti karena pemilik kamar tidak juga keluar. Dugaan ku dia sedang mandi dan ku pastikan dia akan mengomel begitu membuka pintu. At least, memberikan tatapan tajamnya padaku.

"Ngga sabar banget sih." omel Baim begitu membuka pintu.

Benar dugaan ku dia baru selesai mandi karena rambutnya masih berantakan setengah basah. Terlihat seksi. Dia melebarkan pintu dan kembali masuk ke dalam kamar. Itu artinya aku boleh masuk.
Waktu pertama kali datang kesini, dia hanya menemuiku di ruang khusus untuk menerima tamu bahkan dia sampai mengusirku pulang padahal belum juga jam sembilan malam.

"Suka daging kambing ngga?" tanyaku begitu memasuki kamarnya.

"Kenapa?" dia balik tanya sambil menyisir rambutnya. Padahal aku lebih senang melihat rambutnya yang berantakan seperti tadi. Tapi kalau aku bilang pasti dia akan menyuruhku keluar.

"Suka ngga?" ulangku.

"Suka. Kenapa?"

Aku tersenyum lebar. "Nih. Mumpung masih panas." ku serahkan sebuah kotak makan padanya.

Dia menerima lalu membukanya. "Apa nih?" tanyanya dengan alis mengkerut.

"Bubur harissa. Bubur gandum campur daging kambing. Hmm, yummy. Cobain deh." ujarku antusias. Aku suka makanan itu tapi tidak bisa memasaknya. Yang lebih tepat tidak pernah berhasil memasaknya.

"Kamu yang masak?" tanyanya ragu.

"Bukan. Tadi di hotel ada acara orang Arab. Itu salah satu menunya. Tapi dimasak sama yang punya acara. Makanan lain hotel yang nyiapin tapi kalo bubur itu mereka siapin sendiri. Justru karena aku ngga pernah berhasil masaknya makanya aku bawain buat kamu. Ngga dijual dipasaran soalnya." jelasku panjang lebar.

"Ooh." dia mendekatkan kotak makan itu ke hidungnya. "Enak ngga?"

"Enak kok. Cobain aja." jawabku mantap. Bubur harissa, bubur yang terbuat dari gandum dan dicampur dengan daging kambing plus rempah-rempah. Butuh waktu berjam-jam untuk memasaknya. Itulah alasan kenapa aku tidak pernah berhasil membuatnya karena aku tidak telaten berada di depan kompor selama tiga jam hanya untuk mengaduk bubur itu hingga matang sempurna. Aku hobi masak tapi anti memasak makanan yang butuh waktu lama untuk mengolahnya.

3 RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang