#Baim#
Kukemudikan mobilku melintasi jalanan Malang yang sudah mulai ramai bahkan di jam enam pagi seperti ini. Sesuai janji, aku mengantar Mama ke bandara. Kalau dulu jarak tempuh Malang ke Surabaya hanya satu atau satu setengah jam, sekarang butuh waktu paling tidak tiga jam sejak adanya lumpur Lapindo.
Aku mengemudi tanpa berbicara. Padahal dulu aku bisa membicarakan apa pun dengan Mama, tapi sekarang aku lebih pilih aman dari pada salah topik. Kulirik Mama juga sepertinya lebih tertarik melihat jalanan di depan ketimbang mengajakku mengobrol.
Kuputar music player pada mobilku agar tidak terkesan terlalu sepi. Lagu yang terputar pertama, lagu milik Roulette berjudul aku jatuh cinta.
Awalnya kutak mengerti apa yang sedang kurasakan
Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada
Sejak kau hadir disetiap malam ditidurku
Aku tahu sesuatu sedang terjadi padakuSudah sekian lama kualami pedih putus cinta
Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku
Kau berbeda dari yang kukiraAku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh-sungguh cinta"Kenapa diganti?" tanya Mama saat aku menekan tombol next pada player bahkan sebelum lagu Roulette tadi habis.
"Dengerin lagu slow bikin ngantuk," alasanku yang jelas saja berbohong.
Bukannya aku mengantuk, hanya saja aku merasa lagu itu seperti sedang menyindirku. Ah, bukan menyindir tapi seperti menyuarakan apa yang sedang kualami. Cinta? Jatuh cinta? Masa iya aku sudah jatuh cinta? Bahkan aku sendiri tidak yakin apa yang kurasakan ini sudah masuk kategori jatuh cinta. Suka sih iya. Tertarik? Kuakui, aku memang tertarik. Tapi kalau cinta, aku belum yakin. Masalahnya kalau aku sendiri tidak yakin dengan apa yang kurasakan pada Sybil, kenapa pagi ini begitu bangun tidur, aku merasa persis seperti orang yang baru patah hati?
Aku merasa bodoh karena sudah percaya pada apapun yang dikatakan oleh Marko tentang tidak perlu membesar-besarkan perbedaan. Tolol karena sudah berharap kalau perbedaan antara aku dan Sybil tidak akan jadi masalah, lagi-lagi seperti yang dikatakan Marko. Lebih gobloknya lagi karena bisa-bisanya aku berpikir kalau aku punya kesempatan hanya karena satu chat berisi gombalan sialan itu.
Aku seperti terjebak pada perangkapku sendiri. Awalnya cuma berniat menggoda lucu-lucuan tapi kenapa aku jadi seperti ABG yang baru kenal perempuan. Cuma digombali seperti itu sudah baper. Malu sama umur, kan.
Dan sekarang lagu wish you we're here-nya Avril Lavigne berhasil membuatku merasa apa ya... Kangen sama Sybil. Damn it, perasaan ini membuatku frustasi apalagi kalau ingat percakapanku dengan Sybil tadi malam.
"Bil, kata temenku kalo orang Arab itu harus nikah sama orang Arab juga ya?" tanyaku ketika baru keluar dari kamar mandi sehabis berwudhu untuk sholat isya. Saat itu Sybil sedang menyantap makan malamnya.
"Temen kamu yang tadi siang itu?" alih-alih menjawab, dia malah balik tanya.
Aku mengangguk. Tentu saja bukan Marko yang mengatakan hal itu tapi aku.
"Ngga semua kok. Sekarang udah banyak kali orang Arab yang nikah sama non Arab. Sama orang Jawa, orang Sunda, bahkan saudaraku ada yang nikah sama mualaf Cina," jawabnya yang berhasil membuatku merasa kalau aku juga punya kesempatan.
"Oh ya?" tanyaku pura-pura tidak yakin, padahal dalam hati aku bersorak ria.
Dia mengangguk, lalu menegak air dalam gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 RASA
RomanceIbrahim Hakam, pria yang harus rela menjadi duda bahkan di usianya yang belum genap memasuki kepala tiga, belum bisa melupakan mantan istrinya yang sudah menikah lagi dengan sahabatnya sendiri. Kini harus kembali berhadapan dengan perjodohan yang ti...