#Sybil#
Setelah selesai mencuci muka bekas bedak seusai main tadi, aku kembali ke kamar. Ketika melewati ruang tengah hanya Nina yang masih tinggal, menonton televisi. Aku yakin dia tidak biasa tidur malam di jam normal. Pasti dia terbiasa tidur lewat tengah malam.
Ku lepas jilbab pashmina ku, berganti baju untuk tidur. Selama tinggal disini, aku hanya bisa melepas jilbab ketika di kamar atau ketika Baim sedang bekerja yang artinya rumah bebas dari laki-laki.
Tadinya aku berniat langsung tidur tapi aku jadi teringat kejadian tadi. Ku raih ponsel lalu membuka aplikasi WhatsApp dan membuka salah satu ruang obrolan yang berada pada urutan teratas.
Sybil : Im
Ku kirim chat itu pada Baim. Tiba-tiba saja aku merasa tidak enak karena sudah menumpahkan bedak ke wajahnya.
Ibrahim : apa?
Sybil : sudah tidur?
Ibrahim : sudah
Duh, kenapa dia balas singkat sekali. Aku jadi makin merasa tidak enak. Feeling ku bilang dia marah karena apa yang sudah ku lakukan.
Sybil : lha yang balas chat siapa?
Ibrahim : menurut kamu?
Aku menelan ludah. Perasaanku makin tak enak.
Sybil : aku minta maaf soal bedak tadi
Sybil : kamu ngga marah kan?
Ku tunggu balasan Baim dengan harap-harap cemas. Chat ku sudah dibaca tapi tidak langsung dibalas.
Ibrahim : kira2 kamu marah ngga kalo ada yang numpahin bedak ke wajah kamu?!
Sybil : kan bercanda Im 😢
Ibrahim : lucu bercanda gitu?
Mampus. Dia benar-benar marah.
Sybil : maaf 😥😥
Dibaca tapi hingga lima belas menit kemudian tidak ada tanda-tanda balasan darinya akan masuk.
Sybil : Im
Sybil : Baim
Sybil : Baiiiiim
Sybil : IBRAHIM
Aku mengirim chat yang hanya memanggil namanya berselang sepuluh menit dari tiap chat, kali ini bukan hanya tidak dibalas tapi juga tidak dibaca. Alhasil yang tadinya niatku tidur lebih awal dan bangun jam duabelas untuk menggantikan Tante Rahmi menemani Kania, aku malah tidak bisa tidur sama sekali.
Aku keluar kamar tepat jam duabelas, ku lihat Tante Rahmi duduk di ruang tengah bersama Nina. Sementara Kania terlihat anteng di gendongan neneknya. Bayi itu seolah punya alarm otomatis yang membuatnya terbangun tiap jam sebelas malam dan akan kembali tertidur pulas jam empat subuh. Di tengah malam itu bila digendong dia akan tidur atau terjaga tapi anteng, tapi begitu dibaringkan di tempat tidur, dia langsung merengek. Walau tidak menangis tapi rengekan itu cukup mengganggu bila dibiarkan lama-lama.
"Biar Sybil ganti, Tante tidur aja." ujarku membuat Tante Rahmi menoleh.
"Kamu ngga tidur ya?" tanyanya sambil memperhatikan wajahku.
Aku tersenyum lalu menggeleng. "Ngga bisa tidur, Tante. Ngga apa-apa kok." ku ulurkan tanganku meminta beliau memberikan bayi di gendongannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 RASA
RomanceIbrahim Hakam, pria yang harus rela menjadi duda bahkan di usianya yang belum genap memasuki kepala tiga, belum bisa melupakan mantan istrinya yang sudah menikah lagi dengan sahabatnya sendiri. Kini harus kembali berhadapan dengan perjodohan yang ti...